oEPA

PraktikTerbaik untuk
Pengelolaan Sampah Padat:

Panduan untuk Pengambil Keputusan
di Negara Berkembang

Agustus 2020
EPA 530-R-20-002-I


-------
Daftar Isi

PraktikTerbaik untuk Pengelolaan
Sampah Padat:

Panduan untuk Pengambil Keputusan di
Negara Berkembang

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat
Kantor Konservasi dan Pemulihan Sumber Daya

Final
Agustus 2020

Perhatian: Penyebutan nama dagang, produk, sumber daya, atau layanan tidak menyampaikan,
dan tidak boleh ditafsirkan sebagai menyampaikan, persetujuan, dukungan, atau rekomendasi
resmi EPA. Kecuali dinyatakan lain, fotoyang disertakan dalam dokumen ini diperoleh oleh EPA
dan kontraktornya, atau agregator foto stok.


-------
Daftar Isi

i

Daftar Isi

Daftar Studi Kasus	iii

Daftar Contoh Situasi	iv

Daftar Kotak Poin Utama	v

Akronim dan Singkatan	vi

UcapanTerima Kasih	vii

1.	Pengantar	1

1.1.	Bagian Panduan	4

1.2.	Fitur Utama Panduan	5

2.	Memahami Kebutuhan Akan Pengelolaan Sampah Padat	7

2.1.	Mengapa Pengelolaan Sampa Padat Penting?	9

2.2.	Tantangan Umum	10

3.	Pendekatan	15

3.1.	Mengapa Hierarki Pendekatan Pengelolaan Sampah Padat Penting?	17

3.2.	Elemen Hierarki Pengelolaan Sampah Padat	17

4.	Keterlibatan Pemangku Kepentingan	19

4.1.	Mengapa Melibatkan Pemangku Kepentingan?	21

4.2.	PraktikTerbaik	22

5.	Sistem Perencanaan	29

5.1.	Mengapa Perencanaan Penting untuk Sistem Pengelolaan Sampah Padat?	31

5.2.	Langkah Utama dalam Perencanaan	31

6.	Pertimbangan Ekonomi	35

6.1.	Biaya Pengelolaan Sampah Padat	37

6.2.	Pendanaan Internal	38

6.3.	Pendanaan Eksternal	39

6.4.	Mengadakan Kontrak dengan Sektor Swasta	43

6.5.	Tanggung Jawab Produsen yang Diperluas	43

7.	Karakterisasi Limbah	47

7.1.	Mengapa Karakterisasi Limbah Penting?	49

7.2.	PraktikTerbaik	50




-------
Daftar Isi	ii

8.	Pencegahan dan Minimalisasi	59

8.1.	Apa itu Pencegahan dan Minimalisasi Limbah?	61

8.2.	Mengapa Pencegahan dan Minimalisasi Limbah Penting?	61

8.3.	Memasukkan Pencegahan dan Minimalisasi ke dalam Pengelolaan Sampah Padat	62

9.	Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan	65

9.1.	Mengapa Pengumpulan Penting?	67

9.2.	Tantangan	68

9.3.	PraktikTerbaik	68

9.4.	Sampah Laut	77

10.	Pengelolaan Sampah Organik	81

10.1.	Apa itu Sampah Organik?	83

10.2.	Mengapa Fokus pada Sampah Organik?	83

10.3.	Pilihan Pengolahan	84

10.4.	PraktikTerbaik	86

11.	DaurUlang	93

11.1.	Apa itu Daur Ulang?	95

11.2.	Tantangan	96

11.3.	PraktikTerbaik	98

11.4.	Daur Ulang di Sektor Informal	103

12.	Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah	107

12.1.	Mengapa Fokus ke Tempat Pembuangan Sampah Terbuka?	109

12.2.	PraktikTerbaik	111

13.	Sanitary Landfill	115

13.1.	Apa itu Sanitary Landfill?	117

13.2.	PraktikTerbaik	118

14.	Pemulihan Energi	127

14.1.	Mengapa Mempertimbangkan Pemulihan Energi?	129

14.2.	Jenis Pemulihan Energi	129

14.3.	Tantangan	130

14.4.	Kapan Harus Mempertimbangkan WtE	131

15.	Bibliografi	133

Lampiran A - Ringkasan Sumber Daya Utama	147

Lampiran B - Sumber Daya Khusus Wilayah untuk Pengelolaan Sampah Padat	151

Lampiran C - Keterlibatan Publik/Alat Komunikasi	152


-------
Daftar Isi

Daftar Studi Kasus

Nomor Contoh

Judul

Nomor Halaman 1

4.3

Keterlibatan Pemangku Kepentingan di Battambang, Kamboja

26

4.4

Peran Kemitraan dalam Pengelolaan Sampah di Kota Cebu, Filipina

27

5.1

Perencanaan Limbah Bencana di Nepal

M

6.2

Kemitraan Pemerintah Swasta diTepi Barat dan Gaza

45

7.2

Karakterisasi Limbah di Naucalpan, Meksiko

54

8.1

Pencegahan Limbah Makanan di Hong Kong

63

9.7

Skema PengumpulanTerpisah Pintu-ke-Pintu Santos, Brasil

Z2

10.5

Memisahkan dan Mendaur Ulang Sampah Organikdi La Pintana, Chili

91

11.2

Memanfaatkan Bank Sampah untuk Memproses Daur Ulang di Indonesia

101

11.3

Pendaur Ulang Sampah Independen di Kota Ho Chi Minh, Vietnam

102

11.5

Memasukkan Sektor Informal dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah
Padat di Bangalore, India

106

12.2

Rehabilitasi Tempat Pembuangan Sampah di Delhi Timur, India

114

13.4

Mengembangkan Peta Jalan untukTransisi keTempat Pembuangan
Akhir dengan Rekayasa Sanitasi di San Cristobal, Republik Dominika

125


-------
Daftar Isi

iv

Daftar Contoh Situasi

Judul

Nomor Halaman 1

Terlibat dengan Sektor Informal di Peru

23

Memasukkan Pengelolaan Sampah Padatdalam Pelajaran Sekolah Dasardi Kamboja

24

Contoh Studi Kelayakan

33

Menetapkan Biaya Pengumpulan Variabel yang Dikaitkan dengan Status Sosial Ekonomi

39

Obligasi Perubahan Iklim untuk Pengelolaan Sampah Padat

41

Tanggung Jawab Produsen yang Diperluas di Afrika Barat

43

Studi Karakterisasi Limbah Kampala, Uganda

51

Penyumbatan Saluran Pembuangan

61

Pengumpulan Pintu-ke-Pintu diTrichy, India

69

Pengumpulan Komunal di Addis Ababa, Ethiopia

70

Kendaraan Listrik Pengumpul Sampah di Rio de Janeiro, Brazil

Z5

Pengumpulan Sampah yang Sudah Dipisahkan di Sumbernya Santa Juana, Chili

84

Peraturan Pengelolaan Sampah Padat India

86

Strategi Pengelolaan Sampah Organik Sao Paulo, Brasil

87

Pengomposan di Dhaka, Bangladesh

89

Program Daur Ulang Tunisia

97

Kebijakan Sampah Padat Nasional Brasil

99

Memasukkan Sektor Informal dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah Padat di Dakar, Senegal

105

Menutup Tempat Pembuangan Sampah Terbuka di Oman

112

Menghasilkan Listrik dari Landfill Gas di Sao Paulo, Brasil

121

Kemitraan Pemerintah Swasta diTiongkok

130


-------
Daftar Isi

v

Daftar Kotak Poin Utama

Daftar

Nomor Halaman

Sampah Lautdan Lingkungan

9

Kota Dapat Memanfaatkan Pusat Keunggulan untukMembangun Kapasitas

11

Lima Puntuk Pengelolaan Sampah Padat

32

Jenis Pengaturan Sektor Swasta

42

Risiko Terkait Fasilitas Pengolahan Sampah yang Terlalu Besar

53

Tantangan dalam Implementasi Kebijakan Pencegahan dan Minimalisasi Limbah

62

Cakupan Pengumpulan dibandingkan Efisiensi Pengumpulan

68

Tempat Pembuangan Sampah Terbuka,Tempat Pembuangan AkhirTerkendali,
dan Sanitary Landfill

109

Menutup KampanyeTempat Pembuangan Sampah

113

Menangani Sampah Khusus

118

Faktor yang Perlu Dipertimbangkan Saat Menentukan Biaya Tempat Pembuangan Akhir

119

Langkah Utama dalam Mengumpulkan dan Menangani Air Lindi

1 22


-------
Daftar Isi

vi

Akronim dan Singkatan

AD

Pencernaan Anaerobik

CBI

Inisiatif Obligasi Perubahan Iklim

CCAC

Koalisi Iklim dan Udara Bersih (Climate and Clean Air Coalition)

CEC

Komisi Untuk Kerja Sama Lingkungan

EPR

Tanggung Jawab Produsen yang Diperluas

e-waste

Sampah Elektronik

GMI

Global Methane Initiative

Panduan

Praktik Terbaik untuk Pengelolaan Sampah Padat: Panduan untuk Pengambil Keputusan di
Negara Berkembang

ISWA

Asosiasi Sampah Padat Internasional (International Solid Waste Association)

JSC-H&B

Dewan Layanan Gabungan untuk Hebron dan Betlehem

LFG

Landfill Gas

MRF

Fasilitas Pemulihan Bahan

NGO

Lembaga Swadaya Masyarakat

PET

PolietilenaTereftalat

PETCO

PET Recycling Company NPC

PPP

Kemitraan Pemerintah-Swasta

QR

Quick Response

S.M.A.R.T.

Specific (Spesifik), Measurable (Terukur), Attainable (Dapat Dicapai), Relevant
(Relevan), dan Timely (Tepat Waktu)

UNEP

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa

U.S. EPA

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat

WtE

Limbah-ke-Energi


-------
Daftar Isi

VII

Ucapan Terima Kasih

Kantor United States Environmental Protection Agency (U.S. EPA) mengembangkan PraktikTerbaik untuk
Pengelolaan Sampah Padat: Panduan untuk Pengambil Keputusan di Negara Berkembang (Panduan)
berdasarkan sejarah panjang U.S. EPA dalam mendukung praktik dan kebijakan pengelolaan sampah padat
yang melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

U.S. EPA menerima bantuan pengembangan konten, grafis, editorial, dan produksi dari Abt Associates
berdasarkan kontrak EP-W-10-054, dengan banyak dukungan dari konsultan independen Nimmi Damodaran.

Individu dan organisasi berikut mendukung pengembangan Panduan:

Keith Alverson	PusatTeknologi Lingkungan Internasional Program Lingkungan

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Badan Lingkungan Jerman

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa

Asosiasi Sampah Padat Internasional

Anja Schwetje
Sandra Mazo-Nix
Aditi Ramola

Ricardo Cepeda
Silpa Kaza

Asa Bergerus Rensvik
Sourabh Manuja
Gabriela Otero
Gerardo Canales
Goran Vujic

C40 Cities
Bank Dunia

Badan Perlindungan Lingkungan Swedia

Institut Energi dan Sumber Daya

Asosiasi Perusahaan Sanitasi & Sampah Khusus Brasil

Center for Clean Air Policy

Center for Circular Economy and Climate Change

Premakumara Jagath Dickella Gamaralalage Institute for Global Environmental Strategies

KuoTian

Universi

Krystal Krejcik

U.S. EPA

Lia Yohannes

U.S. EPA

Brandon Bray

U.S. EPA

Chris Cariseullo

U.S. EPA

Swarupa Ganguli

U.S. EPA

Tom Frankiewicz

U.S. EPA

Stephanie Adrian

U.S. EPA

Andrew Horan

U.S. EPA

Janice Sims

U.S. EPA

Al Korgi

U.S. EPA

Laura McMillan

U.S. EPA

Pam Swingle

U.S. EPA

Chris Newman

U.S. EPA

Paul Reusch

U.S. EPA




-------




1 PENGENALAN


-------

-------
1

Pengantar

3

Bagian 1

Pengantar

Pengelolaan sampah padat adalah isu lokal dengan
dampak global. Seiring dengan bertambahnya populasi
dunia, jumlah sampah yang dihasilkan juga semakin
nneningkat. Pada tahun 2015, dunia menghasilkan
2 miliar metrik ton sampah padat Jumlah ini
diperkirakan akan tumbuh menjadi 3,4 miliar metrik
ton pada tahun 2050. Di negara-negara berpenghasilan
rendah, jumlah sampah diperkirakan akan meningkat
lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2050 (Kaza dkk.
2018). Sistem pengelolaan sampah padat yang efektif
penting untuk dimiliki seiring dengan meningkatnya
timbulan sampah. Namun, pemerintah kota dan daerah
menghadapi banyaktantangan dalam hal pengelolaan
sampah padat mereka dengan benar. Akibatnya,
diperkirakan setidaknya 2 miliar orang tinggal di daerah
yang minim pengumpulan sampah dan bergantung
pada tempat pembuangan sampah yang tidak
terkendali (UNEP dan ISWA 2015). Sistem pengelolaan
sampah padat yang tidak memadai menghadirkan risiko
serius bagi kesehatan manusia, lingkungan, dan mata
pencaharian di banyak kota.

Praktik Terbaik untuk Pengelolaan Sampah Padat:
Panduan untuk Pengambil Keputusan di Negara
Berkembang (Panduan) difokuskan pada praktik
terbaik untuk pengelolaan sampah padat di pusat
perkotaan menengah dan besardi negara berkembang
(umumnya disebut sebagai "kota" dalam Panduan),
karena mereka menghadapi tantangan pengelolaan
sampah padat yang paling substansial. Mengingat
proyeksi timbulan limbah mereka, tantangan ini akan
menjadi semakin parah di masa mendatang dan
pengambil keputusan memiliki kesempatan untuk
mengambil tindakan penting dan efektif. Bagian
dari Panduan ini mungkin juga berlaku untuk kota
pedalaman, desa, atau wilayah yurisdiksi kecil lainnya.
Panduan ini utamanya ditujukan kepada otoritas
pemerintah negara bagian dan lokal di kota-kota ini.
Otoritas ini umumnya mencakup pengambil keputusan,
pembuat kebijakan, dan staf lembaga yang terlibat
dalam pengelolaan sampah padat. Aspek Panduan

mungkin berlaku bagi para pemangku kepentingan lain
seperti lembaga swadaya masyarakat, pelaku sektor
swasta, atau penduduk.

Panduan ini tidak dimaksudkan sebagai panduan
implementasi iangkah demi langkah, tetapi lebih
menekankan banyak manual semacam itu dan sumber
daya lain yang dapat dirujuk oleh otoritas lokal dan
pengambil keputusan untuk mendapatkan panduan
teknis yang lebih terperinci. Pendekatan yang mungkin
berhasil di satu kota atau wilayah mungkin tidak
dapat dijalankan di semua tempat, jadi Panduan ini
memberikan informasi dan sumber daya kepada para
pengambil keputusan guna meningkatkan pengelolaan
sampah padat dalam konteks situasi yang mereka
hadapi. Halaman berikut merangkum bagian Panduan.




-------
1

Pengantar

4

Bagian Panduan

©

©

53

m

Memahami kebutuhan untuk penaelolaan
sampah padat. Bagian 2 menjelaskan
manfaat pengelolaan sampah padat yang
lebih baikdan mengidentifikasi beberapa
tantangan utama yang dihadapi negara
berkembang saat menangani sampah padat.

Pendekatan. Bagian 3 menyajikan hierarki
pengelolaan sampah padat dan menjelaskan
alasannya.

9

Keterlibatan pemanaku kepentinaan.

Bagian 4 menjelaskan praktik terbaik untuk
mengidentifikasi dan melibatkan pemangku
kepentingan dalam mendukung sistem
pengelolaan sampah padat yang efektif.

Sistemperencanaan. Bagian 5 menyajikan
konsep utama terkait perencanaan sistem
pengeloaan sampah padat yang efektif.

Pertimbanaan ekonomi. Bagian 6
menjelaskan beberapa cara di mana kota
dapat membayar program dan proyek
pengelolaan sampah padat, termasuk
menggunakan sumber pendapatan internal
dan mengakses pembiayaan eksternal.

Karakterisasisampah. Bagian 7 mencakup
informasi tentang kategori yang perlu
dipertimbangkan, jenis informasi yang
harus dikumpulkan, dan cara memastikan
kualitas data.

Penceaahan danminimalisasi. Bagian
8 mencakup strategi untuk mengurangi
sampah dari berbagai sumber.

Pemisahan, penaumpulan, dan
penaanakutan. Bagian 9 mencakup
informasi tentang pengumpulan primer
(misalnya, dari rumah tangga) dan sekunder
menggunakan stasiun transfer (juga disebut
pusat pengumpulan sampah; ini adalah
fasilitas terdesentralisasi tempat sampah
dipilah dan dipindahkan).

o

0
©

©

Penaelolaan sampah oraanik. Bagian
10 mencakup informasi tentang jenis
pengolahan (misalnya, pengomposan dan
pencernaan anaerobik) serta kebijakan
dan program untuk mendukung strategi
pengalihan.

Daur Ulana. Bagian 11 mencakup deskripsi
jenis bahan yang dapat didaur ulang, strategi
untuk mempromosikan daur ulang, dan
pertimbangan infrastruktur dan kebijakan.

Penaelolaan tempat pembuanaan sampah.

Bagian 12 mencakup pendekatan untuk
peningkatan dari tempat pembuangan
sampah terbuka menjadi terkontrol dan
pada akhirnya tempat pembuangan sampah
tertutup.

Sanitary landfill. Bagian 13 mencakup
pendekatan dan aspek utama dari
perencanaan, perancangan, pengoperasioan,
dan penutupan sanitary landfill. Ini juga
membahas pemulihan dan penggunaan
energi landfill gas, yang merupakan aspek
utama dari sanitary landfill.

Pemulihan enerai. Bagian 14
mendeskripsikan informasi tentang
pembakaran sampah dan pembangkit energi.

Biblioarafi

Lampiran A - Ringkasan Sumber Daya Utama

Lampiran B - Sumber Daya Khusus Wilayah
untuk Pengelolaan Sampah Padat

Lampiran C - Keterlibatan Publik/

Alat Komunikasi

©

©
G

Anda dapat menggunakan ikon beranda untuk
mengakses halaman "Bagian Panduan" ini
kapan saja.

Anda juga dapat menggunakan ikon
kembali untuk kembali ke halaman yang
terakhir Anda lihat.


-------
1

Pengantar

5

Fitur Utama Panduan

Qp=l

StudiKasus

Stud kasus menyediakan
deskripsi lebih detail mengenai
proyek atau aktivitas dari
kota-kota di seluruh dunia

holder Engagement

Stakeholder Engagement in Battambang, Cambodia

In 2011. the City of Battambang, Cambodia, launched an effort to overhaul its solid waste management system.
The city, which is home to more than 150,000 people was facing several common solid waste management
challenges, including an insufficient operating budget, low collection coverage, waste burning, and associated
environmental and public health concerns. Battambang partnered with NGOs, the Cambodian Education and
Waste Management Organization, and the Institute for Global Environmental Strategies to scope their solid waste
management challenges, engage multiple stakeholder groups, and design strategies for effective solid waste
management

Battambang engaged a variety of stakeholder groups as a part of this process, including:

Local government staff took part in a city-to-city information exchange with Phitsanulok. Thailand. This exchange
helped local government staff form a preliminary strategy for solid waste management with the benefit of the
experiences and hindsight of their Thai counterparts.

NGOs. particularly the Cambodian Education and Waste Management Organization, assisted in facilitating the
process and supporting the local government

Private sector waste collectors CINTR1 and Leap Urn were critical partners in the er»gagement effort, since
Battambang does not operate any collection services itself. For reasonable fees the city committed to better
collection services. OMTRI also owns and operates the city's dumpsite.

Commercial waste generators, including several markets, agreed to participate in an organic waste segregation
pilot project with the Cambodian Education and Waste Management Organization and CINTRI.

Residential waste generators were engaged through the installation
of new waste bins and signage, the distribution of brochures, voice
announcements, community workshops, and a pilot project. Reasonable
fees linked to improved collection services were intended to reduce
waste burning. The pilot project identified a need for more education and
outreach on waste segregation.

Participatory Waste
Management Approach for
Climate Change Mitigation:
The Case of Battambang
City (IGES and
UNEP2018)

Inti Masalah

Kotak inti masalah menyediakan
contoh singkat dari kota-kota di
seluruh dunia

¦

Stakeholder Engagement

Including solid waste management in school curriculums is an important
way to raise awareness with the youth population. The Institute for Global
Environment Strategies and the United Nations Environment Programme
developed a series of lesson plans for primary school teachers in Cambodia
looking to add environmental education and waste management to their
curriculum. Students can take lessons about waste reduction, source
separation, recycling, and composting; and apply them in their own homes.

Informal recycling workers operated at the local dumpsite in unsafe
conditions, including waste fires. Workers participated in a voluntary
' training session on the health and environmental impacts of waste fires,
and how to extinguish them. Additionally, several informal recycling
workers are now employed at the organic waste separation facility.

DRAFT. DO NOT CITE, QUOTE, OR DISTRIBUTE

waste management activities encourages the use
of collection services and participation in recycling
and organic waste diversion programs. Engaging
with local and national policy makers can lead to
adoption of solid waste management regulations and
increased funding for programs [CCAC Undated(c)].

Traditional awareness-raising programs can include
media campaigns, door-to-door visits to discuss solid
waste management activities with stakeholders,
and community clean up events. Competitions
among neighborhoods and communities can help
raise awareness for solid waste management and
encourage behavior change. Education campaigns
can be integrated into school and university
curriculums to reach the youth population and
encourage good waste management practices.

Appendix C includes a variety of public engagement

Questions for Decision-Makers

•	What are the key issues or areas of
interest for the project?

Who are the key stakeholder groups?

•	What might be their level of interest?

•	Who are the key contacts for the groups?

•	What are the best mechanisms for
engaging with these groups?

•	Are there groups that would oppose, or
might be affected by. changes to solid
waste management?

•	How will stakeholders be engaged
throughout the life of the project?

O 0®



© @ © O © © © ©

DRAFT. DO NOT CfTE QUOTE. OR DISTRIBUTE

' PraktikTerbaik

PraktikTerbaik menyoroti
opsi dan manfaat manajemen
sampah padat

Pertanyaan-pertanyaan

• Pertanyaan-pertanyaan
untuk pembuat keputusan
guna mempertimbangkan
kapan mengevaluasi opsi
untuk meningkatkan
manajemen sampah
padat




-------
1

Pengantar

A

Marine Litter and the Environment

Inadequate solid waste management contributes
to the global marine Itter challenge. In fact studies
suggest that as much as 80 percent of marine
litter comes from land-based sources. For more
information on sources, impacts, and strategies for
reducing marine litter, see the Marine Utter section.

©



Ikon Navigasi Fa

Ikon yang

dapatdiklikakan

memfasilitasi

navigasi yang
mudah antar
setiap topik

Kotak Poin Utama

Kotak Poin Utama menyoroti
konsep, masalah, atau detail
lainnya yang penting
untukdipertimbangkan ketika
mengevaluasi peluang menyempurnakan
pengelolaan sampah padat

Understanding the Need for Solid Waste
Management

Solid waste management systems are designed to
protect the environment and improve conditions in
cities worldwide.

This section reviews the key benefits of effective
solid waste management systems, and common
challenges that prevent cities from establishing and
effectively implementing those systems.

Why Is Solid Waste Management
Important?

Inadequate solid waste management can impact cities
and their residents in myriad ways.These impacts can
generally be categorized into three categories:

• Human health. The improper handling of waste
can impact human health (e.g„ decomposing
organic waste attracts rodents, insects, and stray
animals). In some cities, human fecal matter and
urine are not separated from solid waste, which
attract insects and germs that spread disease
(e.g~ typhoid, cholera). Mosquitos also pose a
concern when they breed in solid waste (eg.
used tires); mosquitos can be vectors for diseases
such as malaria, dengue, and the Zika virus.

Mismanaged solid waste and open dumpsites can
lead to environmental contamination of surface
and groundwater, which are common sources of
drinking water. Uncontrolled burning of waste
may result in emissions of air pollutants including
dioxins, furans, black carbon, heavy metals, and
particulate matter, many of which can be toxic
for human health {ISWA 2015). For populations
living in direct contact with or close proxi mity to
waste disposal sites, these health effects can be
particularly severe. For more information on the
health risks to informal sector workers who are
exposed to inadequately managed waste streams,
see the Informal Sector Recycling section.

• Environmental. Inadequate control of leachate,
water that filters through waste and draws
out chemicals, at disposal sites can lead to
environmental contamination of soils and
waterbodies, impacting local ecosystems (U.S. EPA
2018d). Mismanaged waste is also a threat to
stray animals and wildlife as animals may try to
consume waste that contains food residue or
scraps. Open burning of waste produces emissions
of black carbon, a component of particulate matter
that has a significant impact on regional air quality

Understanding the Need for Solid Waste Management

Sumber Daya Utama

Kotak poin utama
mengidentifikasi
bahan panduan,
peralatan, dan studi


-------
2 MEMAHAMI
KEBUTUHAN AKAN
PENGELOLAAN
SAM PAH PADAT


-------
Sumber Daya Utama

Pengelolaan Sampah Padat (UNEP 2005a)

The Weight of Nations: Material Outflows from
Industrial Economies (Matthews et.al. 2000)

Sustainable Materials Management:
The Road Ahead (U.S. EPA 2009)

What a Waste 2.0: A Global Snapshot of Solid
Waste Management to 2050 (Kaza et. a I. 2018)

Global Waste Management Outlook
(UNEP dan ISWA2015)


-------
Memahami Kebutuhan Akan Pengelolaan Sampah Padat

9

Bagian 2

Memahami Kebutuhan Akan
Pengelolaan Sampah Padat

Sistem pengelolaan sampah padat dirancang untuk
rrielindungi lingkungan dan meningkatkan kondisi di
kota-kota di seluruh dunia.

Bagian ini mengulas manfaat utama dari sistem
pengelolaan sampah padat yang efektif, dan tantangan
umumyang menghalangi kota dalam menetapkan dan
menerapkan sistem tersebut secara efektif.

Mengapa Pengelolaan Sampah
Padat Penting?

Pengelolaan sampah padat yang tidak memadai
dapat berdampak pada kota dan penduduknya dalam
berbagai segi. Dampak tersebut secara umum dapat
dikategorikan menjadi tiga kategori:

Kesehatan manusia. Penanganan sampah yang
tidak tepat dapat berdampak pada kesehatan
manusia (misalnya, sampah organikyang
membusuk menarik hewan pengerat, serangga,
dan hewan liar). Di beberapa kota, kotoran manusia
dan urin tidak dipisahkan dari sampah padat, yang
menarik serangga dan kuman penyebar penyakit
(misalnya, tipus, kolera). Nyamukjuga menimbulkan
kekhawatiran ketika mereka berkembang biak di
sampah padat (mis., ban bekas); nyamuk dapat
menjadi vektor penyakit seperti malaria, demam
berdarah, dan virus Zika. Sampah padat yang tidak
dikelola dengan baikdan tempat pembuangan
terbuka dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan terhadap air permukaan dan air tanah,
yang merupakan sumber air minum yang umum.
Pembakaran sampah yang tidak terkendaii dapat
menghasilkan emisi polutan udara termasuk
dioksin, furan, karbon hitam, logam berat, dan
partikel, yang banyak di antaranya dapat menjadi
racun bagi kesehatan manusia (ISWA2015). Dampak
terhadap kesehatan bisa sangat parah bagi populasi
yang tinggal di kontak langsung atau berdekatan
dengan tempat pembuangan sampah. Untuk
informasi selengkapnya tentang risiko kesehatan
bagi pekerja sektor informal yang terpapar aliran
sampah yang tidak dikelola dengan baik, baca
bagian Daur Ulana Sektor Informal.

Lingkungan. Kontrol air lindi yang tidak memadai,
air yang menyaring sampah dan mengeluarkan
bahan kimia, di lokasi pembuangan dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan terhadap
tanah dan badan air, yang berdampak pada
ekosistem lokal (U.S. EPA 2018d). Sampah yang tidak
dikelola dengan baikjuga merupakan ancaman
bagi hewan liar dan satwa liar karena hewan
mungkin mencoba mengonsumsi sampah yang
mengandung sisa-sisa makanan. Pembakaran
limbah secara terbuka menghasilkan emisi karbon
hitam, sebuah komponen partikulatyang memiliki
dampak signifikan terhadap kualitas udara regional
dan iklim global.Tempat pembuangan limbah
melepaskan metana, yang berkontribusi pada
pembentukan ozon di permukaan tanah. Selain

POIN UTAMA A

Sampah Laut dan Lingkungan

Pengelolaan sampah padat yang tidak memadai
berkontribusi pada tantangan sampah laut global.
Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
80 persen sampah laut berasal dari sumber darat.
Untuk informasi selengkapnya tentang sumber,
dampak, dan strategi untuk mengurangi sampah
laut, lihat bagian Sampah Laut.

O®0 © ®@®@O®®0©QG


-------
2

Memahami Kebutuhan Akan Pengelolaan Sampah Padat

10

itu, metana merupakan gas rumah kaca yang
berkontribusi terhadap perubahan iklim. Untuk
informasi selengkapnya tentang kualitas udara dan
dampak perubahan iklim dari pengelolaan sampah
padat yang tidak memadai, lihat Inisiatif Sampah
Padat Kota (MunicipalSolid Waste Initiative) Koalisi
Iklim dan Udara Bersih).

Sosial-ekonomi. Pengelolaan sampah padat
yang tidak memadai dapat menimbulkan biaya
yang tinggi, baik dari segi pengeluaran langsung
maupun tidak langsung. Sistem sampah padat yang
tidak terkelola dengan baik dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi, termasuk menghambat
peningkatan nilai properti dan manfaatdi bidang
pariwisata karena minimnya jalan dan pantaiyang
bersih. Program pengurangan sampah dapat
menghemat biaya transportasi dan bahan bakar,
serta pemulihan biaya jika diterapkan dengan benar.
Peningkatan pengelolaan sampah padat terutama
dapat menguntungkan populasi yang sangat rentan
karena dapat menghemat biaya layanan kesehatan
publik dengan mencegah masalah pernapasan,
penyakit kulit, dan masalah perawatan kesehatan
lainnya yang terkait dengan pengelolaan sampah
padat yang tidak memadai (ISWA 2015). Untuk
informasi selengkapnya tentang minimalisasi
sampah, baca bagian Penceaahan dan Minimalisasi.

Mengambil tindakan untuk meningkatkan pengelolaan
sampah padat dapat membantu mengurangi dampak
ini. Bagian dari dokumen ini yang menjelaskan praktik
terbaik untuk pengelolaan sampah padat memberikan
rincian lebih lanjut tentang manfaat spesifik dari setiap
praktik terbaik.

Tantangan Umum

Kota-kota menyadari banyaknya masalah kesehatan,
lingkungan, dan masalah lain terkait pengelolaan
sampah padat yang tidak memadai. Namun, mereka juga
menghadapi banyak tantangan dalam mengelola sampah
dengan baik.Tantangan yang umumnya terjadi termasuk:

Sumber daya dan kapasitas keuangan yang
terbatas. Banyak kota memiliki keterbatasan
kapasitas dalam mendanai infrastrukturatau operasi
secara berkelanjutan. Kota umumnya bertanggung
jawab atas implementasi tetapi tidak memiliki
pendanaan atau kecakapan finansial dan mengalami
kesulitan dalam hal biaya investasi, pemeliharaan
fasilitas, penetapan anggaran yang memadai untuk
proyek sampah padat, atau kenaikan biaya dan
kekurangan pendapatan karena volume sampah
terus meningkat. Opsi yang dapat digunakan untuk
mendanai program sampah padat yang layak
adalah memprioritaskan pengelolaan sampah
padat, menganalisis strategi pemotongan biaya,
memasukkan program atau pajak bayar sesuai
penggunaan, dan bermitra dengan organisasi
investasi internasional.. Meskipun akan ada
penolakan terhadap beberapa program atau hal
terkait pajak atau biaya saat diperkenalkan, pencarian
sumber pendanaan yang berkelanjutan untuk
pengelolaan sampah padat tidak dapat dipisahkan
dari keberhasilan suatu program. Pertimbangan
ekonomi lain untuk pengelolaan sampah padat
dibahas di bagian Pertimbangan Ekonomi.

Keterbatasan akses dan pengetahuan tentang
teknis peralatan. Peralatan untuk menangani

Contoh 2.1. Tantangan Pengelolaan Sampah Padat yang Benar

Koordinasi
Pemerintah

zfx

mil

C N







C N



C N





$















w













1





1 Kapasitas
1 Keuangan

Teknologi

Keahlian

Kapasitas Staf

Perubahan
Politik

Perencanaan 1
dan Evaluasi 1

Kondisi Kerja K.mu„ik.,i	^T^s" N.,m,B«d.,.

0

©

O 9©®©®q®q®®©©©G


-------
2

Memahami Kebutuhan Akan Pengelolaan Sampah Padat

11

sampah padat seringkali perlu diimpor, dan
operator mungkin tidak memiliki pengetahuan
teknis tentang atau sumber daya untuk
pemeliharaan yang tepat dan konsisten. Jika
peralatan tidak dirancang untuk kondisi setempat,
ketidakcocokan ini dapat menambah tantangan
lebih lanjut karena perbaikan mungkin akan lebih
sering dilakukan, dan suku cadang mungkin sulit
ditemukan. Di daerah tropis, kondisi setempat
seperti lembap dan panas dapat berdampak negatif
pada peralatan, sehingga peralatan lebih sering
memerlukan perbaikan. Dalam banyak kasus, ada
beberapa opsi peralatan, beberapa di antaranya
mungkin lebih sesuai dengan kondisi setempat.
Beberapa opsi ini disajikan di bagian yang relevan
dalam Panduan ini. Analisis aliran sampah dan
sumber daya yang tersedia dapat memberikan
panduan tentang opsi yang paling tepat.

Keahlian teknis dan kesadaran tentang praktik
terbaik yang terbatas. Pemerintah daerah
sering kali kekurangan keahlian yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi teknologi atau solusi guna
mengidentifikasi teknologi atau solusi mana yang
paling tepat untuk situasi mereka. Situasi sulit dapat
terjadi ketika perusahaan swasta mengadakan
kontrak dengan kota dalam penyediaan teknologi
atau pelaksanaan proyek, tetapi meninggalkan
proyekjika kota tidak dapat memenuhi persyaratan
kontrak. Misalnya, banyak kontrak proyek
pengolahan sampah memasukkan persyaratan
bahwa kota menjamin bahan baku yang bersih
atau konsisten. Perusahaan swasta dapat dan akan
meninggalkan pekerjaan jika kota gagal memenuhi
persyaratan ini. Kota tidak selalu mengantisipasi
tantangan ini, sehingga menyebabkan proyek gagal
dijalankan. Para pengambil keputusan dan staf di
tingkat daerah sering kali tidak menyadari praktik
terbaik yang berhasil diterapkan oleh kota-kota
lain dalam situasi serupa. Pengetahuan teknis dan
kesadaran akan praktik terbaik dapat ditingkatkan
dengan berpartisipasi dalam pertukaran domestik
dan internasional seperti konferensi dan webinar
yang diselenggarakan oleh Asosiasi Sampah Padat
Internasional. Pusat keunggulan - seperti yang
disebutkan dalam kotakteks di sebelah kanan
- juga dapat menjadi sumber berharga untuk
menyampaikan pelajaran dan pengalaman.

Kapasitas staff yang terbatas. Banyak kota
kekurangan staf yang berdedikasi untuk menangani
masalah pengelolaan sampah padat. Mereka sering
kali berfokus pada penanganan darurat sampah
langsung dan memiliki waktu atau kapasitas yang

terbatas untuk terlibat dalam perencanaan dan
pengembangan strategi jangka panjang.

Perputaran politik. Perubahan administrasi
dapat mengakibatkan proyek ditutup atau
diubah seluruhnya oleh pejabatyang masuk
dan penugasan kembali staf kunci pada proyek
bermodal besar, termasuk proyek pengelolaan
sampah padat. Akibatnya, banyakjuara proyek
yang memiliki keahlian teknis yang luas tidak
dapat melihat proyek sampai selesai. Undang-
undang pengelolaan sampah padat, baik pusat
maupun daerah, yang menetapkan sistem
berkelanjutan jangka panjang yang berlanjutdi
seluruh administrasi, dapat membantu mengatasi
hambatan ini. Mempertahankan kesinambungan
staf pada proyek dan operasi pengelolaan sampah
padat juga dapat membantu meminimalkan
gangguan ini.

Kurangnya perencanaan dan evaluasi di tingkat
nasional dan perkotaan dapat secara negatif
memengaruhi kesuksesan sistem pengelolaan
sampah padat. Kerangka kerja atau peraturan
pusat penting untuk memfasilitasi perencanaan
jangka panjang; menetapkan standar nasional;
dan memberikan insentif bagi program untuk
mengurangi, mendaur ulang, atau membuat
kompos dari sampah mereka. Perencanaan di
tingkat kota tempat pelaksanaannya sering
diabaikan dan dapat menimbulkan tantangan
di kemudian hari. Hal ini terutama terjadi ketika
ada gangguan yang tidak direncanakan seperti
bencana alam. Membuat rencana pusat dan
setempat, yang mencakup sistem pemantauan
dan verifikasi, akan membantu menciptakan
sistem pengelolaan sampah padat yang stabil.
Baaian Sistem Perencanaan memberikan perincian
tambahan tentang pentingnya perencanaan dan
mengidentifikasi langkah-langkah utama.

Terbatas atau kurangnya koordinasi vertikal
dan horizontal pemerintah. Pengelolaan sampah
padat biasanya berada di bawah yurisdiksi beberapa
kementerian atau lembaga di berbagai tingkat
pemerintahan. Misalnya, instansi pemerintah
yang bertanggung jawab atas lingkungan,
pembangunan perkotaan dan perumahan, atau
pertanian semuanya mungkin terlibat di berbagai
bagian sistem pengelolaan sampah padat, tetapi
mungkin tidak memiliki kerangka kerja formal
untuk kolaborasi. Selain itu, pemerintah daerah
bertanggung jawab atas pelaksanaan peraturan
nasional, dan pemerintah pusat dapat memainkan




-------
Memahami Kebutuhan Akan Pengelolaan Sampah Padat

12

peran penting dalam menciptakan lingkungan
yang mendukung bagi keberhasilan
proyek-proyeksetempat. Mekanisme yang
memungkinkan koordinasi antar instansi atau
departemen dan antar lapisan pernerintahan
dapat membantu dalam menciptakan sistem
yang holistik.

Kondisi kerja yang sulit. Pekerja pengelolaan
sampah padat di negara berkembang mungkin
dibayar rendah dan kurang terlatih (UNEP 2005a).
Tanpa pelatihan yang tepat dan alat pelindung
diri, para pekerja ini berisiko mengalami cedera
atau penyakit. Studi menunjukkan bahwa
persentase yang tinggi dari pekerja yang
menangani limbah, dan individu yang tinggal
di dekat lokasi pembuangan, berisiko terinfeksi
cacing atau parasit (UNEP 2005a). Kondisi kerja
yang sulit juga mengakibatkan kurangnya
motivasi bagi pekerja dan tingkat retensi
karyawan yang rendah.

Terbatas atau kurangnya komunikasi
dengan pemangku kepentingan terkait,

termasuk penduduk, dapat mengakibatkan
pembuangan ilegal, penyalahgunaan dan
kerusakan kontainer, penolakan terhadap biaya
layanan, pemisahan sampah yang tidak tepat,
dan Iain-Iain. Komunikasi yang terkoordinasi
dan kampanye penjangkauan dapat membantu
memastikan bahwa kelompok pemangku
kepentingan terkait diberi informasi dan
diperlengkapi untuk mematuhi persyaratan
pengelolaan sampah padat setempat. Untuk
informasi tambahan tentang praktikterbaik
untuk mengidentifikasi dan memasukkan
pemangku kepentingan ke dalam perencanaan
pengelolaan sampah padat, lihat bagian
Keterlibatan Pemangku Kepentingan.

Sektor informal adalah kelompok
pemangku kepentingan yang penting untuk
dipertimbangkan dan dimasukkan selama
langkah-langkah spesifiksaat merencanakan
program pengelolaan sampah padat. Secara
umum, sektor informal terdiri dari individu,
kelompok, dan usaha kecil yang melakukan
layanan limbah informal yang melibatkan
pengumpulan dan penjualan daurulang,
biasanya melalui makelaratau perantara
(Aparcana 2017). Pekerja memperoleh
penghasilan dengan menjual barang daur ulang
yang mereka kumpulkan ke jaringan penyalur
dan industri daur ulang yang bekerja di sektor

swasta formal (Aparcana 2017, Wilson et al. 2009);
dalam kasus lain, pekerja dapat menjual kepada
pekerja sektor informal lainnya yang menggunakan
kembali bahan tersebut sebagai input dalam
proses atau produk lain (misalnya, penggunaan
suku cadang bekas untuk memperbaiki peralatan).
Sektor ini dapat memainkan peran besar dalam
memisahkan bahan dan menentukan limbah apa
yang akan dikumpulkan. Untuk tantangan dan
saran dalam bekerja dengan sektor informal, lihat
bagian Daur Ulana Sektor Informal.

Terbatasnya lahan yang tersedia. Seiring dengan
berkembangnya vvilayah perkotaan dan populasi,
jumlah ruang yang tersedia untuk fasilitas sampah
padat, lokasi pengumpulan iokal, dan stasiun
pemindahan berkurang. Mungkin tidak ada tempat,
paket yang tersedia mungkin terlalu mahal, atau
penduduk setempat mungkin menghalangi
pembangunan fasilitas karena takut bau akan
menurunkan kondisi tempat tinggal atau harga
properti mereka. Namun, penempatan fasilitas ini
jauh dari kota, di mana lahan lebih tersedia dan
lebih murah, sehingga menciptakan serangkaian
tantangan baru karena pengangkutan limbah
jarak jauh dapat memakan waktu dan mahal.
Pengelola sampah padat dapat bekerja dengan
pemimpin Iokal dan regional untuk membuat
rencana pengelolaan sampah padat yang
menekankan pentingnya perencanaan rute dan

Ov6 @®99®90®9©©@0


-------
Memahami Kebutuhan Akan Pengelolaan Sampah Padat

13

kota. Program pengalihan atau pemisahan juga
akan berperan besardalarn mengurangi jumlah
sampah yang perlu dikumpulkan dalam satu waktu.
Stasiun pemindahan dan pilihan lainnya untuk
pengumpulan dan penyimpanan dibahas di bagian
Pemisahan, Penaumpulan, dan Pemindahan.

Kortdisi klimatologi, geografis, dan topografi

semuanya memengaruhi ketersediaan dan biaya
peralatan, kelayakan teknologi, biaya operasional,
dan aspek lain dari pengelolaan sampah padat.
Misalnya, kota-kota di zona tropis mungkin
mengadaptasi strategi pengelolaan sampah
padat untuk memperhitungkan suhu yang lebih
tinggi dan tingkat dekomposisi sampah organik
yang lebih cepat daripada kota-kota di iklim
yang lebih dingin. Fitur geografis dan topografi
dapat menimbulkan tantangan bagi pengelolaan
sampah padat juga. Pulau-pulau, khususnya,
menghadapi tantangan yang signifikan karena
terbatasnya ruang untuk pembuangan sampah,
serta terbatasnya akses dan kapasitas untuk
mendaur ulang. Kota-kota di daerah perbukitan

mungkin perlu merancang Iokasi pembuangan
yang tahan terhadap longsoran lereng. Lampiran
B menyediakan beberapa sumberdaya utama
untuk memahami praktikterbaik dalam mengelola
sampah padat di kawasan global tertentu; sumber
daya ini berguna untuk mengidentifikasi kondisi
spesifik kawasan yang relevan untuk perencanaan
pengelolaan sampah padat.

Norma budaya. Preferensi dan kecenderungan
budaya dapat mempersulit upaya pengelolaan
sampah padat. Misalnya, peningkatan kekayaan
dan harga barang yang lebih rendah telah
menyebabkan pertumbuhan dramatis dalam
konsumsi material dan timbulan sampah di seluruh
dunia. Pengelola sampah padat dihadapkan pada
implikasi dari tren ini. Mengatasi norma budaya
selama perencanaan pengelolaan sampah padat
membutuhkan pendekatan keterlibatan pemangku
kepentingan yang terkoordinasi. Informasi lebih
lanjut tentang praktik terbaik untuk keterlibatan
pemangku kepentingan tersedia di bagian
Keterlibatan Pemangku Kepentingan.

Kota-kota sedang menjajaki berbagai pendekatan
untuk mengatasi keterbatasan yang berkaitan dengan
kapasitas teknis dan pengetahuan. Salah satu solusi
yang diterapkan kota adalah mengakses sumberdaya
dan informasi yang tersedia melalui"pusat keunggulan."
Ini adalah organisasi atau kemitraan yang didedikasikan
untuk berbagi informasi, memberikan pelatihan,
dan memfasilitasi pertukaran praktik terbaik terkait
pengelolaan sampah padat.

Contoh pusat unggulan pengelolaan limbah antara lain:

Platform Penaetahuan Sampah Kota:Alat: Sumber
daya ini dikelola oleh Inisiatif Limbah Koalisi Iklim dan
Udara Bersih untuk bertukar informasi dan sumberdaya
tentang praktikterbaik [CCACTidak Bertanggal (b)].

Institut Sampah Padat untuk Keberlaniutan: Institut

ini berbasis di University of Texas di Arlington, dan
memberikan dukungan pengembangan kapasitas dan

sesi pelatihan untuk membantu kota meningkatkan
pengelolaan sampah padat (University of Texas di
Arlington 2015).

Pusat Keunaaulan untuk Ekonomi Sirkuler dan
Perubahan Iklim: Pusat ini berbasis di Novi Sad, Serbia,
dan memberikan dukungan pertukaran informasi
terkait sampah padat dan keahlian teknis untuk
kota-kota di EropaTenggara,TimurTengah, dan
AsiaTengah (CECC 2020).

Pusat Keunaaulan Linakunaan Be'ah: Pusat ini
memberikan pelatihan dan dukungan ahli untuk
kota-kota di Oman untuk membantu mereka
meningkatkan pengelolaan sampah (be'ah 2017b).

Institut Enerai dan Sumber Dava Pusat Pengelolaan
Sampah: Pusat ini memberikan dukungan untuk
kota-kota di India melalui bantuan teknis, lokakarya,
dan jaringan (TERI 2020b).

Kota Dapat
Memanfaatkan Pusat
Keunggulan untuk
Membangun Kapasitas

Ov6 @®99®90®9©©@0


-------
Halaman ini sengaja dikosongkan.


-------

-------
Management Hierarchy fU.S, EPA 2017)
Sector Environmental Guideline:

Solid Waste (USAID 2018)

Referensi Utama

Sustainable Materials Management:
Non-Hazardous Materials and Waste

O

0


-------
3

Pendekatan

17

Bagian 3

Pendekatan

Tidakada satu pun pendekatan pengelolaan sampah
padat yang cocok untuk mengelola semua materia!
dan aliran sampah dalam segala situasi. Pemerintah
daerah harus bekerja untuk membuat rencana yang
memenuhi kebutuhan dan kondisi khusus daerah
mereka. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika
Serikat mengembangkan hierarki pengelolaan sampah
padat (Contoh 3.1) sebagai pengakuan atas kenyataan
ini. Hierarki ini menyediakan sistem peringkat umum
untuk berbagai strategi pengelolaan sampah padat dari
yang tidak hingga yang paling ramah lingkungan; dan
menekankan pada pengurangan, penggunaan kernbali,
dan daur ulang (U.S. EPA 2017f).

Bagian ini menjelaskan secara singkatsetiap strategi
pengelolaan yang terdapat dalam hierarki pengelolaan
sampah padat. Informasi lebih terperinci dapat
ditemukan di bagian selanjutnya,yang ditautkan di
setiap deskripsi.

Mengapa Hierarki Pendekatan
Pengelolaan Sampah Padat
Penting?

Hierarki pengelolaan sampah padat menyoroti
langkah-langkah paling ramah lingkungan yang harus
diambil sebelum membuang sampah ke tempat
pembuangan sampah atau tempat pembuangan
akhir. Langkah pertama dan paling disukai dalam
hierarki, pengurangan sumberdan penggunaan
kembali, berfokus pada pencegahan agar sampah tidak
terproduksi. Ketika sampah dikurangi atau digunakan
kembali di sumbernya, lebih sedikit bahan baku yang
dibutuhkan dan lebih sedikit sampah yang perlu
dikumpulkan, diangkut, dan dibuang. Pengurangan
proses ekstraktif ini mengarah pada manfaat
lingkungan dan penghematan biaya sepanjang umur
produk. Untuk sampah yang tidak dapat dikurangi
atau digunakan kembali pada sumbernya, daur ulang
atau pengomposan adalah pilihan terbaik berikutnya.
Daur ulang atau pengomposan menghasilkan manfaat
lingkungan dan penghematan biaya yang serupa
dengan pengurangan sumberdan penggunaan

Contoh 3.1. Hierarki Pengelolaan Limbah

Hierarki Pengelolaan Sampah

kembali, tetapi membutuhkan biaya investasi di
muka untuk menerapkan program daur ulang atau
pengomposan yang efektif. Strategi pengurangan
sumber dan daur ulang sama-sama membantu
mengurangi jumlah sampah yang pada akhirnya dapat
masuk ke lingkungan, termasuk badan air dan sampah
laut. Pemulihan energi dapat dipertimbangkan untuk
limbah yang tidak dapat didaur ulang atau dibuat
kompos. Pemulihan energi mengurangi jumlah limbah
yang pada akhirnya berakhir di tempat pembuangan
akhir dan tempat pembuangan sampah, dan
mengimbangi kebutuhan akan penggunaan bahan
bakarfosil. Namun, pemulihan energi dari limbah dapat
menghasilkan emisi polusi udara dan memerlukan
investasi dan biaya operasional yang signifikan.

Elemen Hierarki Pengelolaan
Sampah Padat

Pengurangan dan Pengunaan Ulang Sumber

Pengurangan sumber, juga dikenal sebagai pencegahan
limbah, mengacu pada pengurangan jumlah limbah
yang dihasilkan. Mengurangi limbah pada sumbernya

5*9




-------
3

Pendekatan

18

adalah strategiyang paling ramah lingkungan (U.S.
EPA 2017f). Individu dapat mengurangi jurnlah limbah
yang mereka hasilkan dengan membeli produk
yang tahan lama dan dapat digunakan kembali,
atau mencari produk yang telah dirancang dengan
mempertimbangkan pengurangan limbah. Bagian
Penceaohan dan Minimalisasi membahas pengurangan
dan penggunaan kembali sumber lebih jauh.

Daur Ulang dan Pengelolaan Limbah Organik

Daur ulang adalah serangkaian kegiatan yang
mencakup pengumpulan barang bekas, digunakan
kembali, atau tidak terpakai yang seharusnya dianggap
sampah; pemilahan dan pengolahan produk yang dapat
didaur ulang menjadi bahan baku; dan memproduksi
ulang bahan mentah daur ulang menjadi produk baru
(U.S. EPA 2017f). Sektor informal merupakan kontributor
utama dalam sistem daur ulang di banyaktempat di
seluruh dunia. Bagian Daur Ulanc menjelaskan manfaat
dan tantangan dari daur ulang, dan praktik terbaik
dalam menyiapkan program daur ulang, termasuk
melibatkan sektor informal.

Pengelolaan limbah organik berurusan dengan
pengalihan dan pengolahan limbah organik melalui
pengomposan dan pencernaan anaerobik (AD). Kompos
adalah material organik yang dapat ditambahkan ke
tanah untuk membantu pertumbuhan tanaman. AD
adalah proses yang menghasilkan biogas-sumber
energi terbarukan - menggunakan limbah organik
sebagai bahan baku. Pengomposan atau penggunaan
AD untuk sisa makanan, buangan pemotongan
pekarangan, dan bahan organik lainnya menjauhkan
bahan-bahan ini dari tempat pembuangan akhir, di mana
mereka memakan tempat dan melepaskan metana,
gas rumah kaca yang kuat. Bagian Pengelolaan Limbah
Oraanik mencakup pilihan berbeda dari pengomposan
skala kecil hingga AD skala besar, dan praktik terbaik
untuk memisahkan limbah ini dari aliran limbah umum.

Pemullhan Energi

Pemulihan energi adalah konversi bahan yang tidak
dapat didaur ulang menjadi panas, listrik, atau bahan
bakaryang dapat digunakan melalui berbagai proses.
Proses ini sering disebut limbah-ke-energi. Mengubah
bahan yang tidak dapat didaur ulang menjadi listrik dan
panas menghasilkan sumber energi dan mengurangi
emisi karbon dengan mengimbangi kebutuhan energi
dari sumber fosil, dan mengurangi pembentukan
metana dari tempat pembuangan akhir (U.S. EPA 2017f).

Pabrik limbah-ke-energi memiliki biaya investasi di
muka yang tinggi dan mahal untuk dioperasikan dan
dipelihara. Selain itu, emisi beracun dari unit tersebut
harus dikendalikan. Jika digabungkan dengan kontrol



polusi udara ujung pipa yang efektif (yaitu, kontrol
yang ditempatkan pada fasilitasyang mengolah gas
sebelum masuk ke lingkungan) dan teknik pembuangan
limbah, pabrik ini berpotensi mengurangi volume
limbah dan emisi gas rumah kaca (USAID 2018). Narnun,
rencana pembiayaanyang memadai dan pengendalian
polusi yang efektif merupakan faktor kunci untuk
dipertimbangkan sebelum merencanakan fasilitas
sampah menjadi energi sebagai pilihan pengelolaan
sampah padat yang layak. Bagian Pemulihan Enerai
memberikan lebih banyakinformasi tentang berbagai
jenis teknologi dan syarat utama untuk dipertimbangkan
terkait dengan pendekatan manajemen ini,

Pengolahan dan Pembuangan

Sebelum pembuangan, pengolahan dapat membantu
mengurangi volume dan toksisitas sampah. Pengolahan
dapat berupa fisik (mis., menyobek), kimia (mis.,
pembakaran), atau biologis (mis., AD; U.S. EPA 2017f).
Tempat pembuangan akhir merupakan komponen
penting dari sistem pengelolaan sampah padat terpadu.
Sampah yang tidak dapat dicegah atau didaur ulang
harus dibuang di tempat pembuangan akhir yang
dirancang, dibangun, dan dikelola dengan baik, di
tempat yang dapat menyimpan sampah tersebut
dengan aman untuk membatasi dampak lingkungannya
(U.S. EPA 2002a). Gas metana, produk sampingan dari
penguraian limbah, dapat dikumpulkan dan digunakan
sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi. Setelah
tempat pembuangan akhir ditutup, lahan tersebut dapat
digunakan untuk tujuan lain seperti tempat rekreasi.
Bagian Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah dan
Sanitary Landfill membahas strategi untuk meningkatkan
atau menutup tempat pembuangan sampah terbuka,
dan menyiapkan serta mengoperasikan tempat
pembuangan akhir secara berututan.


-------




i

4 KETERLIBATAN

PEMANGKU

KEPENTINGAN





oo©

©o


-------
Referensi Utama

>?anduan Partisipasi Publik (U.S. EPA 2017d)

Buku Peaanaan tentana Komunikasi dan
^Keterlibatan untuk Penaelolaan Sampah Padat
(ABRELPE CCAC 2017)

Panduan Penaambil Keputusan untuk
[ r'enaelolaan Sampah Padat Volume II
(U.S. EPA 1995)

o	© ®


-------
Keterlibatan Pemangku Kepentingan

21

Bagian 4

Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Keterlibatan pemangku kepentingan adalah proses
membangun hubungan dengan penduduk, kelompok
kepentingan, dan entitas lain yang terkena dampak
untuk mendapatkan dukungan bagi kebijakan, program,
dan masalah layanan pengelolaan sampah padat.

Bekerja dengan pemangku kepentingan membantu
menciptakan sistem pengelolaan sampah padat yang
kuat, melindungi lingkungan, dan menjadikan kota
sebagai tempat tinggal yang lebih baik.

Bagian ini memberikan informasi tentang keuntungan
terlibat secara aktif dengan pemangku kepentingan,
dan praktikterbaik untuk mengidentifikasi pemangku
kepentingan dan menggabungkan umpan balik mereka
ke dalam perencanaan pengelolaan sampah padat.
Contoh 4.1 memperkenalkan pelaku sektor limbah
tipikal yang berperan di sebagian besar kota.

Mengapa Melibatkan
Pemangku Kepentingan?

Kota-kota merasa perlu melibatkan masyarakat
selama proses perencanaan untuk membuat
program pengelolaan sampah padat yang kuat dan
mempertahankan dukungan jangka panjang untuk
operasinya. Mengoperasikan program pengelolaan
sampah padat secara ekonomis dan efisien memerlukan
kerja sama yang signifikan dari penghasil sampah
(misalnya, penduduk perorangan dan bisnis), pengurus
sampah, sektor informal, dan semua individu dan
organisasi lain yang terkena dampak pengelolaan
sampah padat. Untuk mempertahankan dukungan
program jangka panjang, kota-kota telah memahami
bahwa kelompok ini perlu terus terlibat dalam

009




-------
Keterlibatan Pemangku Kepentingan

22

pengambilan keputusan dan mendapat informasi
tentang kebijakan, program, dan proyek.

Keterlibatan pemangku kepentingan di sektorsampah
harus mengikuti empat prinsip umum keterlibatan
pemangku kepentingan:

Integritas. Tujuan dan cakupan yang transparan
dan jelas.

Inklusivitas. Dapat diakses oleh semua
pemangku kepentingan yang mencari berbagai
nilai dan perspektif.

Dialog. Diskusi terbuka dan tulus yang didukung
oleh informasi yang tepat waktu dan akurat.

Pengaruh. Masukan yang tercermin di hasil.

PraktikTerbaik

Saat merencanakan program pengelolaan sampah
padat, keterlibatan pemangku kepentingan mencakup
berbagai entitas pemerintah daerah dan kegiatan yang
mungkin dilakukan. Kota dapat berbagi informasi;
berkonsultasi dengan pemangku kepentingan
melalui berbagai proses; dan, dalam beberapa kasus,
mendorong partisipasi aktif dalam proses pengambilan
keputusan pemerintah. Keterlibatan pemangku
kepentingan yang efektif memungkinkan kota untuk
memanfaatkan perspektif pengelolaan sampah
padat yang beragam untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan. Ini juga memungkinkan warga
untuk lebih memahami proses pemerintah daerah; dan
memperkuat kapasitas mereka untuk berpartisipasi
dalam proses deliberatif dengan membangun
kepercayaan diri, keterampilan, pengetahuan, dan
pengalaman. Kota dapat menggunakan langkah-
langkah berikut sebagai panduan untuk merencanakan
program partisipasi publik.

Menjadi Terorganisir

Sebelum menjangkau pemangku kepentingan, kota
merasa terbantu untukterlebih dahulu mengumpulkan
informasi dari entitas pemerintah terkaityang terlibat
dalam proses pengelolaan sampah padat yang
berlaku.Tinjauan ini dapat mencakup departemen
pengelolaan sampah, departemen pekerjaan umum,
dan departemen keuangan proyek. Penting agar
staf departemen dapat memahami undang-undang
dan target yang sudah diterapkan di kota itu. Proses
ini akan memungkinkan mereka untuk memahami

sejarah di balik program sampah padat saat ini, menilai
kemungkinan, mengidentifikasi dan menggunakan
sumber daya, dan mengetahui di mana masukan publik
memungkinkan. Terakhir, penting untuk memastikan
bahwa ada kemauan politik untuk upaya ini (misalnya,
dukungan dari pejabat terpilih saat ini dan yang
potensial di masa depan).

Memilih Tingkat Partisipasi Publik

Kota dapat mengintegrasikan pemangku kepentingan
ke dalam proses pengambilan keputusan melalui
berbagai kegiatan berdasarkan tujuan program.
Spektrum keterlibatan pemangku kepentingan
umumnya dikategorikan ke dalam tiga jenis kegiatan:

Menginformasikan. Keputusan telah dibuat
atau tindakan diperlukan. Ada kebutuhan untuk
memastikan bahwa pemangku kepentingan yang
terkena dampak mengetahui informasi tersebut.

Berkonsultasi. Masukan, umpan balik, atau saran
dari para pemangku kepentingan diperlukan
sebelum bagian dari proyek atau keputusan
diselesaikan.

Terlibat aktif. Kelompok pemangku kepentingan
atau penduduktertentu dilibatkan untuk mengatasi
masalah dan mengembangkan solusi.

Memilih jenis keterlibatan pemangku kepentingan akan
membantu otoritas lokal dan pengambil keputusan
memilih alat dan teknikyang dapat digunakan karena
tidakada satu pendekatan yang sesuai untuk setiap
masalah. Beberapa teknik dirancang khusus untuk
berbagi informasi atau memperoleh pandangan dan
pendapat, sementara yang lain bertujuan untuksecara
efektif melibatkan pemangku kepentingan dan warga
dalam pengambilan keputusan.Teknik keterlibatan
pemangku kepentingan yang paling tepat ditentukan
oleh masalah, tujuan yang diinginkan, dan sumber
daya yang tersedia. Ini adalah praktikterbaik untuk
merancang teknik keterlibatan pemangku kepentingan
bekerja sama dengan organisasi lokal yang memahami
masalah yang berkaitan dengan daerah dan penduduk
setempat.

Mengidentifikasi Peran Pemangku
Kepentingan

Mengakui penduduk sebagai sumber daya
yang berharga melepaskan kreativitas dan
mengakui kolaborasi sebagai katalis utama untuk

O Q®w® @®®$0®9@@©0


-------
Keterlibatan Pemangku Kepentingan

23

Ciudad Saludable adalah organisasi niriaba yang berbasis di Peru yang bertujuan untuk
menirigkatkan kondisi kehidupari pekerja sektor informal dengan menciptakan sistem
perigelolaan sampah padatyang efisien. Komponen utama dari model bisnis mereka
adalah melibatkan semua pemangku kepentingan selama proses berlangsung. Model
organisasi ini menggunakan usaha mikro yang menghasilkan kompos dan produk
sampingan lainnya yang dapat dipasarkan. Usaha mikro menciptakan jaringan besar usaha
kecil yang mempekerjakan 1,500 pekerja sektor informal,

Ciudad Saludable telah menciptakan kesadaran di Amerika Latin tentang kondisi kerja
pekerja sektor informal. Organisasi ini juga telah membantu menciptakan kerangka kerja
legislatif baru yang memfasilitasi dialog di tingkat nasional dan lokal, dan menekankan
pendidikan dan berbagi pengetahuan.

Ciudad Saludable diperkirakan mencapai 30 persen dari populasi Peru dan memperkirakan
bahwa mereka telah memperbaiki kehidupan lebih dari 6 juta orang yang tinggal di daerah
perkotaan dan pedesaan (Skoll 2006). Bagian Daur Ulana Informal memberikan contoh
manfaat dan tantangan dari melibatkan sektor informal.

uuaaa saiuaaoie

nnempromosikan kemajuan lokal. Kota-kota merasa
lebih disarankan untuksecara jelas menetapkan peran
dan tanggung jawab pihak-pihak yang berpartisipasi
untuk memastikan akuntabilitas dan kepernilikan (dari
proses). Pemerintah membuat keputusan kebijakan
yang mengarahkan pelaksanaan program pengelolaan
sampah padat, tetapi pemangku kepentingan yang
tercantum dalam Contoh 4.2 semuanya berpartisipasi
dalam sistem pengelolaan sampah penuh dalam
beberapa cara (UNEP 2005a).

Contoh 4.3 menyajikan contoh bagaimana satu
kotamadya di Kamboja melibatkan berbagai pemangku
kepentingan sebagai bagian dari upaya komprehensif
untuk meningkatkan pengelolaan sampah padat.

Mengintegrasikan Masukan Pemangku
Kepentingan ke dalam Proses Pengambilan
Keputusan

Banyak kota yang menganggap penting untuk berbagi
rencana perubahan yang diusulkan pada program
sampah padat mereka dengan publik dan terlibat
dengan pemangku kepentingan untuk meminta umpan

balik. Ini adalah praktik terbaik untuk memungkinkan
partisipasi publik dalam evaluasi rencana dan strategi,
dan memastikan bahwa ada metode komunikasi
dan titik kontak di dalam lembaga pemerintah yang
memimpin upaya dengan siapa pemangku kepentingan
dapat bekerja. Pemangku kepentingan dapat
berpartisipasi secara digital menggunakan platform
publik atau grup daftar email, atau melalui pertemuan
langsung seperti pertemuan terbuka atau meja bundar.

Contoh 4.4 menyajikan contoh pengintegrasian
masukan pemangku kepentingan ke dalam proses
pengambilan keputusan di Kota Cebu, Filipina.

Kesadaran dan Pendidikan

Aspek kunci dari pengelolaan sampah padat adalah
terus berkomunikasi dan mendidik para pemangku
kepentingan selama proyek berlangsung, tidak hanya
selama tahap tertentu dari pengembangan proyek.
Misalnya, menginformasikan penghasil sampah tentang
kegiatan pengelolaan sampah padat mendorong
penggunaan layanan pengumpulan dan partisipasi
dalam program daur ulang dan pengalihan sampah

O ™ © © © © ©3


-------
INTI MASALAH

Strateai Linakunaan Global

untuk Phnom Penh, Kamboia

(Yagasa dan Gamaralalage
2019).

Memasukkan Pengelolaan
Sampah Padat dalam
Pelajaran Sekolah
Dasar di Kamboja

Memasukkan pengelolaan sampah padat dalam kurikulum sekolah
merupakan cara penting untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pemuda.
Institut Strategi Lingkungan Global dan Program Lingkungan Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengembangkan serangkaian rencana pelajaran untuk guru
sekolah dasar di Kamboja yang ingin menambahkan pendidikan lingkungan
dan pengelolaan limbah ke dalam kurikulum mereka. Murid dapat mengambil
pelajaran tentang pengurangan limbah, pemisahan sumber, daur ulang, dan
pengomposan; dan menerapkannya di rumah mereka sendiri.

Keterlibatan Pemangku Kepentingan	24

organik.Terlibat dengan pembuat kebijakan lokal
dan nasional dapat mengarah pada penerapan
peraturan pengelolaan sampah padat dan peningkatan
pendanaan untuk program [CCACTidak Bertanggal(c)].

Program peningkatan kesadaran tradisional dapat
mencakup kampanye media, kunjungan dari rumah ke
rumah untuk membahas kegiatan pengelolaan sampah
padat dengan pemangku kepentingan, dan acara
bersih-bersih masyarakat. Kompetisi antar lingkungan
dan masyarakat dapat membantu meningkatkan
kesadaran akan pengelolaan sampah padat dan
mendorong perubahan perilaku. Kampanye pendidikan
dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dan
universitas untuk menjangkau populasi pemuda dan
mendorong praktik pengelolaan limbah yang baik.

Lampiran C mencakup berbagai keterlibatan publik dan
alat komunikasi.

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Apa isu-isu utama atau bidang minat
untuk proyek?

Siapa kelompok pemangku kepentingan
utama?

Sampai mana tingkat minat mereka?

Siapa kontak utama untuk kelompok-
kelompok ini?

Apa mekanisme terbaik untuk
terlibat dengan kelompok-kelompok ini?

Apakah ada kelompok-kelompok
yang akan menentang, atau mungkin
terpengaruh oleh, perubahan
pengelolaan sampah padat?

Bagaimana pemangku kepentingan bisa
terlibat selama masa hidup proyek?

O ™ © © © © ©3


-------
Keterlibatan Pemangku Kepentingan

25

Contoh 4.2. Peran Pemangku Kepentingan (diadaptasi dari UNEP 2005a)

Pemerintah setempat

Pemerintah setempat merencanakan dan
mengimplementasikan program pengelolaan sampah
padat. Banyakdepartemenyang sering terlibat: departemen
pekerjaan umum mengumpulkan dan membuang sampah;
departemen kesehatan dan sanitasi masyarakat memeriksa
dan menegakkan standar sanitasi; departemen perlindungan
lingkungan memantau kualitas udara dan air, dan langkah-
langkah pengendalian polusi; departemen taman atau
pertanian dapat menggunakan komposyang merupakan
produk pengolahan sampah organik; dan departemen
pembiayaan mengalokasikan dana yang tersedia untuk
kegiatan pengelolaan sampah padat.

Pemerintah nasional atau subnasional

Badan pemerintahan nasional menetapkan kebijakan dan
peraturan pengelolaan sampah padat, termasukspesifikasi
penanganan, pengolahan, dan penimbunan sampah; tindakan
perlindungan kesehatan masyarakat; dan pencegahan
polusi. Mereka memiliki peran dalam pemeriksaan dan
penyelenggaraan fasilitas pengolahan dan limbah. Selain
itu, mereka menetapkan peraturan dan standar untuk
pengambilan produksampingan pengolahan limbah,termasuk
biogas dan listrik.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

LSM yang mewakili berbagai kepentingan seperti
pengembangan atau keselamatan tenaga kerja, perlindungan
lingkungan, pembangunan ekonomi, kesehatan masyarakat,
atau bahkan lingkungan tertentu memiliki kepentingan dalam
pengelolaan sampah padat. Kelompok-kelompok ini dapat
menjadi mitra penting dalam proses perencanaan.Terutama,
mereka memiliki pemahaman tentang sudut pandang lokal
untuk dipertimbangkan oleh otoritas lokal dalam pengambilan
keputusan. Kelompok-kelompok ini juga dapat berperan
penting dalam mendidik masyarakat tentang berbagai aspek
pengelolaan sampah padat.

Institusi akademik

Perguruan tinggi lokal seringkali memiliki keahlian teknis yang
dapat mendukung karakterisasi atau kegiatan pengumpulan
limbah melalui pengumpulan dan analisis data ilmiah, dan juga
dapat memantau hasil program percontohan.

Pekerja daur ulang informal

Pekerja sektor informal mengumpulkan bahan-bahan yang
dapat didaur ulang dan digunakan kembali dari tempat sampah
komunal dan tempat pembuangan, dan sering kali bekerja
dalam kondisi yang tidakaman. Ada banyak keuntungan
untuk memasukkan pekerja sektor informal ke dalam
sistem pengelolaan sampah padat formal, terutama untuk
mengurangi kerentanan sosial dan mendorong kesetaraan dan
pemberdayaan gender bagi perempuan yang banyak terdapat
di sektor ini. Lihat baaian Daur Ulana Sektor Informal untuk
informasi selengkapnya.

Penghasil sampah komersial dan industri

Beberapa perusahaan komersial dan industri menghasilkan
sampah, termasuk kantor, fasilitas medis, hotel, pasar, lokasi
konstruksi, operasi industri, dan Iain-Iain. Penghasil sampah
skala besar ini, yang biasanya tidak bergantung pada sarana
pengumpulan yang sama dengan pengguna perumahan,
terkadang memilah dan mengangkut sampah mereka ke
lokasi komunal (misalnya, mereka dapat mengatur perjanjian
sektor swasta untuk pengumpulan dan pembuangan).

Badan pemerintah multi-yurisdiksi (badan perencanaan
metropolitan)

Badan-badan yang menyatukan beberapa pemerintah daerah
untuk tujuan perencanaan daerah sering kali bertanggung
jawab untuk operasi yang lebih besar seperti tempat
pembuangan akhir, mengubah limbah menjadi energi, digester
anaerobik, atau fasilitas pengomposan. Badan-badan ini dapat
berkolaborasi dalam penempatan sanitary landfill yang baru,
stasiun pemindahan, dan fasilitas daur ulang atau pengolahan
lainnya. Untuk fasilitas bersama, mereka juga akan menetapkan
biaya pembuangan atau pengguna.

Penghasil sampah rumah tangga

Sampah perumahan atau rumah tangga dapat menjadi
bagian terbesar dari aliran sampah perkotaan. Namun, pilihan
pengumpulan dan pembuangan sampah seringkali kurang
tersedia di daerah pinggiran kota.yang dapat menyebabkan
pembuangan terbuka dan terpaparnya pendudukterhadap
bahaya kesehatan manusia. Warga dapat memainkan peran
penting dalam meningkatkan pencegahan, minimalisasi,
pemilahan, dan skema pengumpulan sampah; dan
penempatan fasilitas pengolahan dan pembuangan sampah.
Pendidikan dan sosialisasi kepada warga tentang program
atau biaya sampah baru mendukung pengelolaan sampah
padat yang lebih baik secara keseluruhan. Dalam banyak kasus,
perempuan mengelola pengumpulan dan pemisahan sampah
rumah tangga. Sebagai praktikterbaik, perempuan harus
dilibatkan dalam upaya penjangkauan lokal.

Perusahaan swasta

Pelaku sektor swasta seperti pengangkut sampah, perusahaan
konstruksi, operator TPA, operator fasilitas pemulihan material,
dan pembeli material sering kali membuat kontrak dengan
pemerintah untuk melakukan kegiatan pengelolaan sampah
padat. Di negara-negara dengan sistem tanggung jawab
produsen yang diperluas, sektor swasta juga bertanggung
jawab atas perlakuan akhir masa pakai produknya. Bagian
Economic Considerations membahas tanggung jawab produsen
yang diperluas dengan lebih rinci.

Penghasil sampah institusional

Organisasi lain yang menghasilkan sampah termasuk lembaga
pemerintah, sekolah dan universitas, lembaga keagamaan,
serta rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Layanan pengelolaan
sampah padat untuk kelompok-kelompok ini bervariasi;
beberapa kotamadya memasukkan organisasi-organisasi
ini ke dalam wilayah layanan mereka, sementara yang lain
mengharuskan mereka untuk mengontrak pengangkut sampah
swasta. Seringkali keputusan tergantung pada jenis dan jumlah
sampah yang dihasilkan oleh institusi ini. Kelompok-kelompok
ini juga dapat memainkan peran penting dalam pendidikan
dan penjangkauan, mendorong anggota untuk mempraktikkan
minimalisasi dan pemilahan sampah yang baik.

OO0^0O99@O®O©@@G


-------
Keterlibatan Pemangku Kepentingan

26

Keterlibatan Pemangku Kepentingan di Battambang, Kamboja

Pada tahun 2011, Kota Battambang, Kamboja, mericanangkari upaya merombaksistem pengelolaan sampah
padatnya. Kota ini, yarig berperiduduk lebih dari 150.000 orang, menghadapi beberapa tantangan umum
pengelolaan sampah padat, termasuk anggaran operasional yang tidak mencukupi, cakupan pengumpulan yang
rendah, pembakaran sampah, dan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat yang terkait. Battambang
bermitra dengan LSM, Organisasi Pendidikan dan Pengelolaan Sampah Kamboja, dan Institut Strategi Lingkungan
Global untuk menjangkau tantangan pengelolaan sampah padat mereka, melibatkan berbagai kelompok
pemangku kepentingan, dan merancang strategi untuk pengelolaan sampah padat yang efektif,

Battambang melibatkan berbagai kelompok pemangku kepentingan utama sebagai bagian dari proses ini, termasuk:

Staf pemerintah daerah mengambil bagian dalam pertukaran informasi kota-ke-kota dengan Phitsanulok,
Thailand. Pertukaran ini membantu staf pemerintah daerah membentuk strategi awal untuk pengelolaan sampah
padat, dengan memanfaatkan pengalaman dan saran dari rekan-rekan mereka di Thailand.

LSM, khususnya Organisasi Pendidikan dan Pengelolaan Limbah Kamboja (Cambodian Education and Waste
Management Organization), membantu memfasilitasi proses tersebutdan mendukung pemerintah daerah.

Pengumpul limbah sektor swasta CINTRI dan Leap Lim adalah mitra penting dalam upaya keterlibatan, karena
Battambang tidak mengoperasikan layanan pengumpulan itu sendiri. Untuk biaya yang masukakal, kota
berkomitmen untuk layanan pengumpulan yang lebih baik. CINTRI juga memiliki dan mengoperasikan tempat
pembuangan sampah kota.

Penghasil limbah komersial, termasuk beberapa pasar, setuju untuk berpartisipasi dalam proyek percontohan
pemisahan limbah organik dengan Organisasi Pendidikan dan Pengelolaan Limbah Kamboja dan CINTRI,

Penghasil limbah rumah tangga diiibatkan melalui pemasangan
tempat sampah dan papan penanda baru, pembagian brosur,
pengumuman suara, lokakarya komunitas, dan proyek percontohan.
Biaya yang masukakal terkait dengan peningkatan layanan
pengumpulan dimaksudkan untuk mengurangi pembakaran limbah.
Proyek percontohan mengidentifikasi kebutuhan akan lebih banyak
pendidikan dan sosialisasi tentang pemilahan limbah.

Pekerja daur ulang informal beroperasi di tempat pembuangan
sampah lokal dalam kondisi yang tidak aman, termasuk pembakaran
limbah. Para pekerja berpartisipasi dalam sesi pelatihan sukarela tentang
dampak kesehatan dan lingkungan dari pembakaran limbah, dan cara
memadamkannya. Selain itu, beberapa pekerja daur ulang informal
sekarang bekerja di fasilitas pemisahan limbah organik.

O ™ © © © © ©3


-------
Keterlibatan Pemangku Kepentingan

27

Peran Kemitraan dalam Pengelolaan
Sampah Padat di Kota Cebu, Filipina

Di Filipina, urbanisasi yang cepat telah menekan kemampuan negara itu untuk membuang limbah dengan benar.
Di Kota Cebu, tanggung jawab perigumpulan limbah berada di tangari pemerintah kota dan barangay, distrik
administratif terkecil di Filipina. Kota Cebu mengumpulkan limbah dari perusahaan komersial, institusi, dan rumah
tangga di jalan utama, Barangays bertanggung jawab untuk pengumpulan limbah di dalam unitadministrasi
mereka menggunakan kendaraan mereka sendiri atau yang disediakan oleh kota. Mulai tahun 2010, Kota Cebu
mulai menerapkan undang-undang untuk meningkatkan pengumpulan dan pengelolaan limbah.

Untuk meningkatkan efektivitas dan partisipasi dalam legislasi tersebut, Kota Cebu menjalin kemitraan dengan
sejumlah kelompokdan lembaga lokal, yang telah menghasilkan pencapaian seperti:

•	Serangkaian kompetisi tahunan melalui kemitraan dengan bisnis dan media lokal. Salah satu contohnya
adalah "Penghargaan Barangay LingkunganTerbaik"yang diberikan kepada masyarakat dengan partisipasi
tinggi dalam kegiatan pengelolaan sampah padat.

•	Kampanye peningkatan kesadaran di seluruh kota. Kampanye ini melibatkan LSM lokal, asosiasi pemilik
rumah, pekerja sektor informal, lembaga akademis, perusahaan lokal, dan media.

•	Pengelolaan sampah padat tambahan melalui kemitraan pemerintah-swasta. Dua usaha swasta telah
mendirikan fasilitas pengolahan di dekat tempat pembuangan akhir Kota Cebu. Satu menangani daur ulang
plastik dan yang lainnya menangani limbah organik, mengurangi jumlah limbah yang masuk ke tempat
pembuangan akhir.

•	Program daur ulang komunitas melalui kemitraan dengan
bisnis dan penyewa lokal. Salah satu program di Ayala Mall telah
membuat program daur ulang yang efektif: bisnis di mal menjual
barang daur ulang mereka, yang dibeli dan digunakan kembali oleh
masyarakat setempat. Selain itu, SM City Cebu Mall mengadakan
Hari Pasar Limbah pada hari Sabtu, di mana penduduk barangay
dapat membeli atau menjual bahan daur ulang mereka.

•	Peningkatan daur ulang melalui kemitraan dengan lembaga
lingkungan. Cebu dan Kantor Komite Lingkungan mendukung
organisasi perempuan dengan program mingguan"Uang dari
Sampah". Komunitas lokal mengumpulkan dan mengangkut
barang-barang yang dapat didaur ulang ke tempat pengumpulan
yang ditentukan. Di sini, setiap barangay diberi pembeli
masing-masing untuk bahan yang dapat didaur ulang.

O O6 ®S@9®0®9@©©0


-------
Halaman ini sengaja dikosongkan.


-------

-------
Referensi Utama

Meninakatkan Pembuanaan Sampah Padatdi Kota
San Cristobal. Republik Dominika (U.S. EPA 2018c)

Panduan Penaambil Keputusan untuk Penaelolaan
Sampah Padat. Volume II (U.S. EPA 1995)

Perivusunan Rencana Penaelolaan Sampah Padat
Terpadu. Manual Pelatihan; Volume 4: Rencana
Penaelolaan Sampah PadatTerpadu (UNEP 2009c)

Penvusunan Rencana Penaelolaan Sampah
Padat Terpadu. Manual Pelatihan: Volume 2:
Penilaian Sistem Penaelolaan Limbah Saat Ini dan
Kesenianaannva (UNEP 2009b)

Pandana Penaelolaan Limbah Global (UNEP 2015)


-------
Sistem Perencanaan

31

Bagian 5

Sistem Perencanaan

Evaluasi dan perencanaan adalah langkah penting bagi
kota-kota yang ingin membuat atau mengevaluasi sistem
pengelolaan sampah padat. Kota memiliki posisi terbaik
untuk menilai kebutuhan mereka sendiri, mengevaluasi
kondisi terkini, dan merencanakan masa depan. Bagian
ini mengidentifikasi langkah-langkah utama untuk
merencanakan dan mengevaluasi sistem limbah.

Mengapa Perencanaan Penting
untuk Sistem Pengelolaan
Sampah Padat?

Sistem pengelolaan sampah padat dapat dipengaruhi
pada berbagai tahap oleh berbagai pemangku
kepentingan, dan juga dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktoreksternal. Penting untuk melalui proses
perencanaan untukmengetahui efekyang dapat
ditimbulkan oleh satu keputusan manajemen pada
setiap tahap. Memiliki rencana formal akan membantu
kota dalam membuat transisi yang lebih mulus ke
implementasi dan menjaga proyek sampah padat tetap
pada jalurnya. Rencana ini juga dapat memastikan
kelangsungan sistem pengelolaan sampah padat dalam
hal pergantian staf dalam departemen yang bertanggung
jawab untuk pengelolaan sampah padat, serta perubahan
politik. Perencanaan sangat penting untuk menerapkan
sistem pengelolaan sampah padat karena banyaknya
jumlah dan berbagai pemangku kepentingan yang
terlibat. Informasi lebih lanjut tentang praktik terbaik
untuk keterlibatan pemangku kepentingan tersedia di
bagian Keterlibatan Pemangku Kepentingan.

Langkah Utama dalam
Perencanaan

Perencanaan sistem pengelolaan sampah padat dapat
melibatkan berbagai kegiatan. Langkah-langkah penting
yang telah diambil banyakkota lain dijelaskan di bawah
ini. Untuk panduan lebih rinci tentang membangun
sistem pengelolaan sampah padat, lihat Manualpelatihan
Program Linakungan Perserikatan Banasa-Banasa tentang
perencanaan pengelolaan sampah padat (UNEP 2009c).

1.	Mengidentifikasi, menginventarisasi, dan menilai
sumber daya. Kota-kota merasa terbantu untuk
memahami kebutuhan mereka sendiri sebelum
membuat sistem pengelolaan sampah padat. Hal ini
juga membantu untuk memiliki komitmen politik
untuk pengelolaan sampah padat, seseorang atau
kelompok untuk memberikan kepemimpinan
selama proses, dan rencana untuk keterlibatan
publik (Tchobanoglous dan Kreith 2002). Langkah
ini juga melibatkan pembuatan inventarisasi sumber
daya saat ini dan operasi yang ada dengan melihat
infrastrukturyang ada,fasilitasterdekat, dan sumber
daya publik dan swasta lainnya. Informasi lain yang
relevan untuk dikumpulkan termasuk:

Informasi tentang jenis dan volume limbah (lihat
bagian Karakterisasi Limbah)

Penilaian biaya peralatan dan tenaga kerja
Data demografi (misalnya, populasi, jumlah
bisnis dan rumah tangga, proyeksi masa depan).

Jika data tidak tersedia untuk area tertentu,
mungkin bermanfaat untuk meminta data dari
komunitas terdekat untuk membandingkan atau
mengembangkan perkiraan untuk analisis dasar.
Setelah data dikumpulkan, mereka dapat diatur
dengan cara yang paling sesuai dengan tujuan yang
diidentifikasi. Salah satu cara untuk mengkategorikan
data adalah dengan fungsi terkait dalam sistem
pengelolaan sampah padat (yaitu, pengurangan dan
minimalisasi sampah, identifikasi dan karakterisasi
sampah, penyimpanan dan pengumpulan,
pengomposan, daur ulang, atau pembuangan
sampah). Kategori lain yang berlaku termasuk
administrasi, pendidikan dan penjangkauan, dan
sumber daya keuangan. Alat Pengumpulan Data
Penilaian CepatMSWKota (CCAC 2020) yang dibuat
oleh Inisiatif Limbah Kota Koalisi Iklim dan Udara
Bersih menyediakan contoh untuk membantu kota
dalam mengidentifikasi dan mengumpulkan data
untuk rencana pengelolaan sampah padat.

2.	Mengidentifikasi kebutuhan. Kota dapat
menggunakan data yang dikumpulkan untuk

oeo®


-------
Sistem Perencanaan

32

untuk Penaelolaan Sampah
Padat, Volume II

POIN UTAMA

Lima Puntuk Pengelolaan
Sampah Padat

Lima P berikut ini sangat relevan untuk
dipertimbangkan saat membuat sistem
pengelolaan sampah padat:

Perencanaan: Merumuskan dan mengikuti
rencana yang dirancang dengan baik dan
komprehensif.

Harga (Price): Mendasarkan rencana pada
analisis ekonomi yang sehat.

Publisitas: Menggunakan platform publik
untuk mempromosikan rencana, mendapatkan
dukungan publik, dan mendidik penduduk.

Politik: Mempertahankan dukungan politik
selama tahap perencanaan dan pelaksanaan.

Ketekunan (Perseverance): Mempersiapkan
strategi implementasi jangka panjang.



membantu meriilai kebutuhan pengelolaan sampah
padat mereka. Kebutuhan ini harus mencerminkan
realitas saat ini dan juga mempertimbangkan
perubahan di masa depan (misalnya, pertumbuhan
penduduk, tren konsumsi, tingkat timbulan
lirnbah). Sangat membantu untuk mengidentifikasi
kesenjangan data untuk perencanaan dan evaluasi
masa depan sebagai bagian dari proses identifikasi
kebutuhan, tetapi pendekatan yang mapan adalah
dengan menggunakan data terbaikyang tersedia
untuk upaya perencanaan. Volume 2 dari Manual
Pelatihan Program Linakunaan Perserikatan Banasa-
Banasa untuk Rencana Penaelolaan Sampah Padat
Teroadu (UNEP 2009b) menawarkan arahan tentang
cara menilai sistem pengelolaan sampah padat
dan mengidentifikasi kesenjangan. Perencanaan
untuk bencana dan gangguan signifikan lainnya
merupakan kebutuhan utama di banyak kota.

Contoh 5.1 memberikan studi kasus tentang
perencanaan limbah bencana di Nepal.

3. Menetapkan tujuan dan sasaran. Maksud
dan tujuan menetapkan visi yang jelas untuk
pengembangan sistem pengelolaan sampah padat
Pernyataan tujuan membantu mengidentifikasi
hasil yang diinginkan secara keseluruhan dari sistem
pengelolaan sampah padat. Pernyataan tujuan dapat
mencakup nilai dan peran pemangku kepentingan
yang berbeda, termasuk pembuat kebijakan dan
penduduk lainnya.Tujuan adalah pencapaian

tambahan yang dapat diukur dan dipantau yang
merupakan bagian dari tujuan keseluruhan.

4.	Mengevaluasi pilihan pengelolaan sampah padat.

Sistem pengelolaan sampah padat menggabungkan
berbagai pilihan teknologi dan kebijakan. Untuk
mengevaluasi pilihan, kota biasanya mengacu
pada daftar kebutuhan, tujuan, dan sasaran yang
teridentifikasi; dan mengevaluasi kelayakan dari
semua solusi yang mungkin. Evaluasi juga harus
mempertimbangkan sumber daya teknis dan
keuangan yang tersedia. Solusi jangka pendek dan
jangka panjang dapat diidentifikasi berdasarkan
kebutuhan saat ini dan sumber daya yang tersedia
secara lokal. Ini adalah praktik terbaik untuk
mempertimbangkan setiap opsi secara menyeluruh
karena setiap bagian dari sistem pengelolaan
sampah padat mempengaruhi bagian lain. Beberapa
contoh dari kriteria evaluasi termasuk:

Persyaratan peraturan

Dampak ekonomi

Penerapan berdasarkan alirari limbah,

5.	Menentukan opsi pengelolaan sampah
padat yang direkomendasikan. Otoritas lokal
dan pengambil keputusan kemudian dapat
menggunakan evaluasi untuk memilih opsi
pengelolaan sampah padat yang memungkinkan
untuk dimasukkan ke dalam sistem. Akan

OO0® ®®9®0®9@©©0


-------
Sistem Perencanaan

33

INTIMASALAH |g|

Confoh Studi
Kelayakan

Urituk merighemat surnber daya, kota dapat mencari contoh studi kelayakan di masa lalu urituk proyek perigelolaan
sampah padat. Inisiatif Metana Global (GlobalMethane Initiative) [GMI Tidak Bertanggal (e)] dan liiisiatifLimbah Kota
Koalisi Iklim dan UdaraBersih (CCAC 2018c) merupakan sumber informasi yang baiktentang pengalaman kota-kota.
Mereka rnenyertaka tautan ke laporan studi kelayakan, seperti studi ora-kelavakan untukorovek oenaolahan limbah
oraanik di Quito, Ekuador (CCAC 2018c).

sangat membaritu untuk mengevaluasi dan
rnemprioritaskan opsi menggunakan metode
S.M.A.R.T., yang memastikan bahwa pilihan itu
spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan tepat
waktu. Pilihan dapat direkomendasikan untuk
meningkatkan sistem saat ini, menambah elemen
tertentu dalam sistem, atau mengembangkan proyek
atau layanan baru.

6.	Mengembangkan strategi implementasi.

Mengembangkan strategi implementasi termasuk
mengidentifikasi tindakan spesifik, pihakyang
bertanggung jawab, dan linimasa. Strategi
implementasi biasanya mencakup rincian tentang
bagaimana kota akan memantau kemajuan untuk
mengukur pencapaian dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.

7.	Mengamankan pendanaan untuk menerapkan
sistem pengelolaan sampah padat. Pendanaan
dapat menjadi hambatan yang signifikan bagi
beberapa kota. Banyak kota berjuang untuk
memulihkan biaya untuk layanan pengelolaan
sampah padat (misalnya, melalui biaya
pengumpulan), dan mengakses pembiayaan
eksternal untuk proyek modal bisa sangat
rumit. Untuk informasi selengkapnya tentang
pertimbangan ekonomi dari pengelolaan sampah
padat, lihat bagian Pertimbangan Ekonomi.

8.	Mengimplementasikan rencana. Setelah kota
mengembangkan rencana dan mendapatkan
pendanaan untuk itu, dan ada dukungan dari
pemangku kepentingan, implementasi dapat
dimulai. Sistem atau proyek yang direncanakan
dapat dilaksanakan oleh entitas publik atau swasta,

atau kemitraan di antara mereka. Misalnya, aspek-
aspek tertentu dari pengelolaan sampah padat
biasanya dilaksanakan melalui kontrak antara
kota dan perusahaan swasta yang menawarkan
layanan pengumpulan dan pembuangan. Dalam
kasus ini, kota dapat mengembangkan Permintaan
Proposal untuk pihakyang memiliki kemampuan
untuk menyediakan layanan ini. Perusahaan
swasta kemudian dapat mengajukan proposal,
dan kota dapat mengevaluasi berbagai tawaran
dan menandatangani kontrak dengan perusahaan
yang dipilih. Banyak kota rnemprioritaskan kontrak
dengan sektor swasta yang berbasis kinerja, dengan
pembayaran terkait dengan kualitas dan kuantitas
pekerjaan yang diselesaikan.

9. Memantau dan mengevaluasi sistem. Penting
untuk terus memantau dan mengevaluasi sistem
pengelolaan sampah padat dan menyesuaikan
rencana dan kegiatan sesuai kebutuhan. Pemantauan
dan evaluasi harus dilakukan secara teratur dan
telah ditentukan sebelumnya, karena ini akan
membantu rencana tetap relevan dengan kota,
mengidentifikasi area untuk perbaikan, dan juga
dapat membantu menyoroti keberhasiian program
dari waktu ke waktu. Kota dapat merancang metrik
atau indikator kinerja selama tahap perencanaan
yang membantu mengukur keberhasiian program.
Penting untuk memastikan bahwa metrik didasarkan
pada data yang dapat dikumpulkan oleh kota. Hasil
dari langkah pemantauan dan evaluasi juga dapat
dibagikan kepada pemangku kepentingan dan
publik untuk menunjukkan efektivitas program
atau langkah-langkah yang diambil untuk mengisi
kesenjangan.

OO0® ®®9®0®9@©©0


-------
Sistem Perencanaan

34

CONTOH 5.1 STUDI KASUS

.--iik*is£S2¥S

Perencanaan Limbah Bencana di Nepal

Nepal rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan longsoran salju. A 2015 earthquake
devastated Nepal, killing nearly 9,000 people and destroying 800,000 buildings. Gempa tersebut menghasilkan hampir
14juta ton limbah, termasuk limbah rumah tangga dan limbah berbahaya. Karena kurangnya sumber daya dan tenaga,
limbah bencana tidak menjadi prioritas bagi badan pemerintah daerah mana pun dan pada tahun 2019, puing-puing
dari peristiwa tersebut masih dapat dilihat di Nepal.

Pada tahun 2019, Kepemimpinan untukLingkungan dan Pembangunan Nepal dan Program Lingkungan Perserikatan
Bangsa-Bangsa mempersiapkan "Strateai/Kebiiakan Penaelolaan Limbah Bencana Nepal" (UNEP 2018a). Tuiuan
rencana tersebut termasuk mempromosikan teknologi terbaru melaiui kemitraan publik-swasta untuk memproses
limbah bencana, meminimalkan produksi limbah bencana, dan mengembangkan teknikdan infrastruktur untuk
membuang limbah yang sangat berbahaya. Kebijakan tersebut menguraikan enam strategi utama untuk mencapai
tujuan-tujuan ini:

•	Lebih lanjut mengintegrasikan perencanaan sampah bencana ke dalam undang-undang dan undang-
undang yang ada terkait dengan pengelolaan sampah padat seperti Undang-Undang Pengurangan Risiko
Bencana dan Pengelolaan tahun 2017. Undang-undang ini menempatkan pembuangan limbah yang dihasiikan
dari bencana di bawah peran dan tanggung jawab komite penanggulangan bencana distrikdan menyatakan
bahwa perusahaan komersial publik dan swasta memiliki tanggung jawab untuk mengelola limbah dan polusi
dengan tepat untuk meminimalkan dampak buruk bagi orang-orang setelah bencana.

•	Meningkatkan kemampuan administratif dan teknis organisasi yang menangani pengelolaan limbah
bencana melaiui program peningkatan kapasitas.

•	Mengurangi produksi limbah bencana melaiui kebijakan bangunan dan konstruksi yang lebih ketat yang
meningkatkan klasifikasi penggunaan lahan dan kriteria konstruksi bangunan. Rencana tersebut juga
menyarankan penggunaan bahan konstruksi lokal untuk infrastruktur dan menyebarkan kesadaran masyarakat
tentang limbah bencana.

•	Mengelola sampah bencana melaiui penerapan prinsip pengelolaan sampah terpadu. Langkah-langkah
ini termasuk:

Identifikasi ruang
pengumpulan
sementara

Klasifikasi
sampah

Pilih teknologi
daur ulang
yang sesuai

Memastikan
investasi dari donor
swasta, masyarakat,
dan organisasi

Menciptakan
lapangan
pekerjaan melaiui

pengelolaan
sampah bencana

Mengamankan pendanaan yang diperlukan untuk pengelolaan limbah bencana, termasuk memanfaatkan
dana penanggulangan bencana untuk pemerintah provinsi dan lokal untuk menangani transportasi, mobilisasi
sumber daya manusia, penyusunan kebijakan, dan perencanaan terkait limbah bencana.

Mengevaluasi bagaimana meminimalkan dampak limbah bencana terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan. Proses ini melibatkan pembentukan komite inspeksi dan evaluasi di semua tingkat pemerintahan
untuk mempelajari dampak pengelolaan sampah padat dan menyiapkan kriteria yang tepat untuk meminimalkan
dampak sampah bencana dan pembuangan akhir sampah bencana.

009® §@Q0Q®9@©©O


-------
L

g 4 A * - i -

6 PERTIMBANGAN
EKONOMI

ODOO

®0@0®9©©00


-------
Referensi Utama

Menaaunakan Aliran Pendapatan Internal dan
Pembiavaan Eksternal untuk Provek Pengelolaan
Samoah Padat (CCAC 2018c)

Primer untuk Kota untuk Mengakses Pembiavaan
Provek Sampah Padat Kota (ISWA 2017c)

Pembiavaan Berkelaniutan dan Model Kebiiakan
untuk Pengomposan Kota (Bank Dunia 2016)

Penielas: Bagaimana Cara Membiavai
Infrastruktur Urban? (Kota C40 2017)

Kuesioner Kesiapan Pembiavaan
(CCAC 2018b)

Pembiavaan Berbasis Hasil untuk Sampah
Padat Kota (Bank Dunia 2014)

KPS Sampah Padat Kota (MSW)

(Bank Dunia 2019a)

Keuangan Kota: Buku Panduan untuk
Pemerintah Lokal (Farvacque-Vitkovic
dan Kopanyi 2014)

Aliansi Pembangunan Global (USAID 2019)

International Environmental Finance Tools
(U.S. EPA 2011)

Buku Panduan Kebiiakan Plastik: Strategi untuk
Lautan Bebas Plastlk (Konservasi Laut dan Aliansi
Laut Bebas Sampah 2019)


-------
6

Pertimbangan Ekonomi

37

Bagian 6

Pertimbangan Ekonomi

Biaya operasional pengumpulan, perigolahari,
dan pembuarigan sampah padat, dan komunikasi
dengan pemangku kepentingan menciptakan beban
keuangan yang signifikan bagi banyak kota di negara
berkembang,yang dapat rnenjadi penghalang untuk
menerapkan sistem pengelolaan sampah padat
yang berhasil. Dalam beberapa kasus, pengelolaan
sampah padat menyumbang porsi terbesar dari
anggaran daerah; rata-rata, pengelolaan sampah padat
menyumbang 20 persen dari anggaran lokal di negara-
negara berpenghasilan rendah (Kaza et ai. 2018).
Kota-kota sering mengalami kesulitan untuk melacak
dan memahami keseluruhan biaya untuk layanan
pengelolaan sampah padat, karena berbagai bagian
sistem ditangani oleh berbagai departemen dan mitra.

Mengamankan dana untuk proyek-proyek dengan
modal besar,yang memerlukan akses pembiayaan dari
sumber eksternal, dapat menjadi lebih menantang.
Seringkali, bahkan ketika kota dapat memperoleh
investasi awal, proyek dapat gagal karena kegagalan
untuk merencanakan dengan baik biaya operasional
fasilitas pengelolaan sampah padat, Selain itu, karena
uniknya kondisi ekonomi, hukum, dan peraturan setiap
kota, tidak ada solusi sederhana untuk mengatasi
tantangan keuangan yang terkait dengan pengelolaan
sampah padat yang efektif. Untungnya, ada sejumlah
strategi sukses yang telah digunakan kota-kota untuk
memulihkan biaya pengelolaan sampah padat secara
lebih efektif dan mengamankan pembiayaan untuk
proyek-proyek besar.

Bagian ini memberikan gambaran umum tentang
biaya pengelolaan sampah padat dan cara kota
mengimbangi biaya tersebut dengan menggunakan
sumber pendanaan internal (misalnya, biaya
pengumpulan) dan pembiayaan eksternal. Ini
juga memberikan pendekatan yang mapan untuk
mengakses pembiayaan untuk proyek-proyek
pengelolaan sampah padat.

Biaya Pengelolaan Sampah Padat

Contoh jenis biaya umum yang terkait dengan proyek
pengelolaan sampah padat untuk layanan dan
fasilitas meliputi:

•	Biaya perencanaan dan administrasi. Kota
sering mengeluarkan biaya untuk melakukan
studi dan penilaian pengelolaan sampah padat,
mengembangkan rencana dan desain masa
depan, dan melibatkan pemangku kepentingan
dan berkomunikasi dengan rumah tangga.

Ini adalah praktik terbaik untuk memasukkan
biaya ini dalam penganggaran untuk proyek
pengelolaan sampah padat.

•	Biaya investasi. Biaya investasi bervariasi
berdasarkan seberapa signifikan proyek dalam
konteks sistem pengelolaan sampah padat kota.
Biaya investasi proyek mencakup semuanya mulai
dari proses perencanaan hingga implementasi
awal, dan mencakup studi kelayakan, evaluasi
teknis, perijinan, riset pasar, negosiasi kontrak,
pengawasan konstruksi, pelibatan pemangku
kepentingan, pembebasan lahan, infrastruktur



®0@0®9©©®0


-------
6

Pertimbangan Ekonomi

38

lokasi, infrastruktur pendukung, peralatan, dan
kepatuhan terhadap peraturan (ISWA 2017c).

•	Biaya operasional. Biaya operasional bisa
sulit diprediksi karena variabel situasional dan
lingkungan dapat berubah. Umumnya, biaya
ini termasuktenaga kerja, bahan bakar, utilitas,
pemeliharaan dan perbaikan, dan biaya bahan
baku (misalnya, untuk proyek pencernaan
anaerobik), di antara item lainnya. Biaya yang
kurang jelas yang mungkin lebih sulit untuk
diperkirakan mencakup biaya overhead
(misalnya, perlengkapan kantor, komunikasi),
penjangkauan dan kesadaran, pajak dan asuransi,
pemantauan dan pelaporan yang diwajibkan
secara hukum, tanggap darurat (misalnya,
kebakaran atau kegagalan peralatan), dan
pengembangan kapasitas (ISWA 2017 c).

Penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor
yang dapat memengaruhi biaya yang diidentifikasi
di atas, termasuk pertumbuhan penduduk dan
peningkatan timbulan limbah. Pemerintah daerah
sering kali hanya merencanakan sampai siklus pemilu
berikutnya, mengabaikan strategi jangka panjang
yang diperlukan untuk rencana proyeksampah
padat. Kota-kota merasa penting untuk mendorong
praktik terbaik dan memberikan pelatihan yang
diperlukan kepada staf mereka untuk program
pengelolaan sampah padat yang berhasil.

Pendanaan Internal

Sumber Penggunaan Dana Internal

Sumber umum untuk pengelolaan sampah padat
meliputi:

•	Sumber pendapatan lokal yang terdedikasi.

Kota dapat menggunakan pajak, tarif, dan
biaya layanan lokal untuk memulihkan biaya
pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan
limbah. Biaya layanan biasanya bervariasi
menurut jenis penghasil limbah seperti rumah
tangga, lembaga komersial, dan fasilitas
industri. Beberapa kota telah mengadopsi biaya
pengumpulan yang lebih rendah untuk rumah
tangga pedesaan atau berpenghasilan rendah.

Banyakkota juga mengenakan biaya ("biaya
tip") kepada pengangkut limbah ketika mereka

membawa limbah ke fasilitas untuk pengolahan
atau pembuangan. Biaya ini kemudian digunakan
untuk pemeliharaan dan peningkatan fasilitas.
Kota juga dapat menggunakan hasil penjualan
daur ulang, kompos, biogas, atau listrik dari
proyek biogas sebagai sumber dana khusus
untuk mengimbangi biaya pengelolaan sampah
padat mereka.

• Anggaran operasional daerah dan nasional.

Banyakkota menggunakan anggaran operasional
mereka untuk menutupi biaya pengelolaan
sampah padat, dan beberapa pemerintah pusat
memberikan subsidi kepada pemerintah daerah
untuk membantu mengatasi kesenjangan
pendanaan pengelolaan sampah padat (Kaza
et al. 2018). Namun, sumber pendanaan ini
tidakselalu dapat diandalkan, dan dalam
banyak kasus, dana anggaran operasional
umum dapat lebih efektif digunakan untuk
mendukung kegiatan atau program di mana
peluang untuk menghasilkan pendapatan
mandiri adalah minimal. Karena alasan ini, banyak
kota memprioritaskan penggunaan sumber
pendapatan lokal khusus daripada mengambil
dari anggaran operasional umum.

Manfaat Menggunakan Pendanaan Internal

Menggunakan pendanaan internal menawarkan
beberapa manfaat, antara lain:

Membantu memastikan bahwa sumber
daya yang konsisten tersedia untuk program
pengelolaan sampah padat
Berpotensi menghasilkan surplus pendanaan
yang dapat digunakan untuk membayar modal
proyek di masa depan

Mengurangi risiko yang dirasakan bagi calon
investor proyek.

Selain itu, menggunakan pendanaan internal untuk
mengimbangi biaya dapat membantu mengurangi
risiko praktik pengelolaan sampah padat yang
tidakefisien.

Tantangan Menggunakan Pendanaan Internal

Kota menghadapi beberapa tantangan untuk
mendapatkan aliran dana internal untuk pengelolaan

O © © ©


-------
6

Pertimbangan Ekonomi

39

INTIMASALAH jgj

Menetapkan Biaya Pengumpulan
Variabel yang Dikaitkan dengan
Status Sosial Ekonomi

Maputo, Mozambik, telah menetapkan jadwal biaya layanan pengumpulan limbah,
yang terikat dengan status sosial ekonomi. Biaya layanan pengumpulan limbah
dikumpulkan melalui tagihan listrik rumah tangga dan bisnis. Rumah tangga dan
bisnis yang menggunakan lebih banyak listrikakan dibebankan biaya lebih tinggi
untuk layanan pengumpulan limbah mereka. Skema pemulihan pendapatan
ini didasarkan pada asumsi bahwa penggunaan listrik dapat berfungsi sebagai
proksi atas status sosial ekonomi dan timbulan limbah. Mengaitkan biaya layanan
pengumpulan sampah dengan penggunaan listrik dapat membantu rumah tangga
dan bisnis berpenghasilan rendah membayar lebih sedikit untuk pengumpulan
limbah.

sampah padat. Banyak kota berjuang untuk
menghitung biaya layanan yang sesuai untuk
pengelolaan sampah padat. Biaya layanan yang
dibayarkan oleh penghasil dan biaya tip yang
dibayarkan oleh pengangkut limbah jarang terjadi
di banyak negara berkembang, dan mungkin sulit
secara politis dan logistik untuk rnulai mengenakan
biaya untuk layanan yang sebelumnya tersedia
tanpa biaya. Pejabat terpilih di banyak kota juga
ragu-ragu untuk memberlakukan kebijakan yang
akan mengenakan biaya layanan pengumpulan
limbah pada konstituen mereka. Selain itu, kota-kota
yang telah memberlakukan kebijakan semacam
itu seringkali kesulitan untuk menegakkannya
secara efektif. Kapasitas administrasi dan keuangan
yang terbatas untuk mengelola biaya pengelolaan
sampah padat dan pendapatan lainnya juga dapat
mempersulit upaya kota untuk menggunakan dana
internal untuk mengimbangi biaya pengelolaan
sampah padat.

Informasi lebih lanjut tentang tantangan yang terkait
dengan penggunaan sumber pendapatan internal,
dan strategi potensial untuk mengatasinya, tersedia
melalui Koalisi Iklim dan Udara Bersih (CCAC):

Menggunakan Aliran Pendapatan Internal dan
Pembiavaan Eksternal untuk Provek Pengelolaan
Sampah Padat (CCAC 2018d)

Pembiayaan Eksternal

Pendanaan internal seringkali tidak cukup untuk
membayar proyek infrastruktur besar yang padat

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Berapa sebenarnya biaya pengelolaan sampah
padat kota (termasuk semua biaya operasional,
modai, perencanaan, dan administrasi)?

Apakah ada sumber penghasilan internal yang
belum dimanfaatkan,yang dapat digunakan
kota untuk mengimbangi biaya operasional?

Apa saja hambatan untuk menggunakan
sumber dana tersebut?

Tindakan apa yang dapat diambil oleh kota
untuk mengatasi hambatan tersebut?

OOOO ^9©CO0O0QOO


-------
6

Pertimbangan Ekonomi

40

Contoh 6.1. Jenis Pembiayaan Umum untuk Proyek dalam Sektor Limbah

Hibah



Pembiayaan
Berbasis Hasil



Kemitraan
Pemerintah-Swasta



Obligasi



Pinjaman

LEBIH
SEDIKIT
RISIKO

LEBIH
BANYAK
RISIKO

Hibah dapat membantu

mengimbangi biaya
proyek besar dan tidak
perlu dikembalikan.
Sumber umum hibah
termasuk pemerintah

nasional, lembaga
keuangan, dan yayasan.

Bentuk pembiayaan ini
menghubungkan
pembayaran untuk
layanan (mis.,
pengumpulan sampah)
dengan pencapaian dan
verifikasi hasil atau target
yang telah disepakati
sebelumnya.

Perjanjian kooperatif
antara sektor publikdan

swasta ini dapat
membantu memindahkan
sebagian beban dan risiko
keuangan dari kota ke
perusahaan swasta.

Kota dapat menjual
obligasi kepada institusi
atau individu dengan janji
untuk membayar kembali
nilai dan bunga obligasi
pada interval tertentu.

Pinjaman dari lembaga
keuangan atau bank
biasanya memiliki jumlah
pembayaran tetap selama
periode tertentu.
Pinjaman biasanya
memerlukan rencana
untuk memastikan
persyaratan dapat
dipenuhi dan proyek
berkelanjutan secara
finansial.

Catatan: Risiko mengacu pada risiko yang dialami oleh kota ketika memilih jenis instrumen pendanaan untuk proyek sektor limbah.

modal, seperti pembangunan stasiun pemindahan
limbah baru atau tempat pembuangan akhir. Dalam
kasus ini, kota seringkali perlu mencari pembiayaan
eksternal dari investor swasta, lembaga keuangan,
dan mitra lainnya. Contoh 6.1 menyoroti beberapa
jenis pembiayaan umum untuk proyek pengelolaan
sampah padat.

Langkah-langkah kunci yang terlibat dalam
mengamankan pembiayaan eksternal untuk proyek
pengelolaan sampah padat meliputi:

1. Dengan hati-hati menilai kebutuhan teknis
dan potensi manfaat proyek. Sebelum mulai
merencanakan pengaturan keuangan untuk
suatu proyek, merupakan praktikterbaik untuk
mengevaluasi dasar teknisnya dengan cermat.
Evaluasi ini melibatkan pelaksanaan analisis
teknis yang kuat, menggunakan data yang baik
dan metodologi serta alatyang telah ditetapkan
dengan baik. Proposal proyekyang memiliki
dasar analisis teknis yang kuat dianggap memiliki
risiko yang lebih rendah oleh para calon investor
yang potensial. Selain itu, penilaian teknis yang
cermat dapat membantu mengurangi risiko bagi
berbagai kota. Misalnya, analisis teknis yang kuat
dapat membantu kota merencanakan proyek
yang diukur dan dirancang dengan sepantasnya;
perkiraan ini dapat membantu mengurangi risiko

pengeluaran biaya lebih banyak daripada yang
dibutuhkan untuk infrastruktur.

Analisis teknis yang cermat juga dapat
memudahkan kota-kota menentukan
kemampuan dalam memenuhi kewajiban mereka
di bawah pengaturan pengimplementasian
proyek. Misalnya, jika sebuah kota
mempertimbangkan untuk terlibah dengan
perusahaan swasta untuk membangun dan
mengoperasikan penceranaan anaerobikyang
membutuhkan volume bahan baku limbah
organik berkualitas tinggi yang konsisten, kota
dapat melaksanakan peneliian karakterisasi
limbah untuk memproyeksikan berapa banyak
bahan baku yang mungkin tersedia dan
bagaimana bahan tersebut dapat dipisahkan dari
aliran limbah umum. Kota juga dapat melakukan
penilaian pasar untuk menentukan permintaan
atas biogas dan sisa yang dihasilkan oleh
proyek tersebut.

Juga merupakan praktikyang terbaik untuk
menilai keuntungan dalam segi lingkungan,
kesehatan dan lainnya dari proyekyang diajukan.
Misalnya, menganalisis kualitas udara dan
keuntungan perlindungan air bawah tanah
dari proyek pengelolaan sampah padat yang
diajukan dapat membantu kota mendapatkan

OO0O

00@0®9©©00


-------
6

Pertimbangan Ekonomi

41

ifcfc /

Kw '

KRITERIA LIMBAH

Standar Obligasi Iklim



Climate Bonds

INTI MASALAH











II

¦

¦





Ta ¦

¦¦









¦¦



¦

¦

Obligasi Perubahan
Iklim untuk
Pengelolaan
Sampah Padat

Sumber: Inisiatif Obligasi Perubahan Iklim

Untuk informasi
selengkapnya,
lihat website CBI.

Climate Bonds Initiative (CBI) adalah organisasi yang bekerja untuk memobilisasi pasar
obligasi global demi solusi perubahan iklim. CBI mengimplementasikan berbagai
praktik, termasuk menerbitkan intelijen pasar, memberikan saran kebijakan, dan
menetapkan standar untuk obligasi hijau. Pada 2019, mereka menerbitkan serangkaian
kriteria untuk obligasi pengelolaan limbah. Dengan disertifikasi oleh CBI, obligasi
pengelolaan limbah dapat membuktikan kepada investor bahwa proyekyang mereka
danai telah memenuhi kualifikasi mitigasi dan/atau adaptasi tertentu.

biaya dari organisasi yang misinya berfokus pada
lingkungan,

2. Meningkatkan kesiapan pendanaan.

Mengidentifikasi dan mendapatkan pendanaan
eksternal untuk proyek adalah proses yang rurnit
dan intensif akan sumber daya. Sebelum mulai
menjelajahi keuntungan pendanaan tertentu,
kota merasa terbantu jika terlebih dahulu
mempertimbangkan "kesiapan pendanaan"
mereka (CCAC 2018b). Kota dapat meningkatkan
kesiapan mereka untuk mendanai proyek dengan
melaksanakan evaluasi mandiri atas berbagai
faktoryang memengaruhi kemampuan untuk
mengidentifikasi, mendapatkan, dan mengelola
pengaturan keuangan dengan mitra eksternal.
Kota-kota kemudian dapat memperbaiki
kelemahan keuangan atau risiko potensial
mereka sebelum mencoba untuk mengakses
pendanaan. Kunci untukfaktor"kesiapan"
mencakup:

• Pertimbangan kapasitas, seperti apakah kota
memiliki staf dan sumber daya yang tersedia
untuk menyusun permintaan untuk proposal
dan tender, mengatur kontrak, mengadakan
layanan, dan mengelola keuangan.

•	Konteks poiitik, termasuk apakah proyek
tersebut memiliki risiko untuk dibatalkan oleh
administrasi.

•	Faktor legal dan regulasi, seperti apakah
ada regulasi yang melindungi calon investor
dan proses yang jelas untuk mendapatkan
persetujuan (mis. dari pemerintah nasional).

•	Sumber pendanaan, termasuk apakah
kota memulihkan biaya untuk layanan
pengelolaan sampah padat secara efisien.

•	Dasar teknis untuk proyek, seperti yang
telah dibahas di bawah Langkah 1 di atas.

Informasi tambahan mengenai pertanyaan yang
diajukan oleh kota sebagai bagian dari evaluasi
kesiapan ini tersedia melalui KuesionerKesiapan
Pendanaan CCAC (CCAC 2018b).

3. Terlibat dengan lembaga keuangan. Kota-
kota merasa terbantu jika mulai bekerja
dengan lembaga keuangan pada awal proses
pelingkupan proyek. Pembentukan awal
hubungan ini membantu memastikan bahwa
kota memenuhi kriteria kelayakan lembaga,
melakukan analisis teknis dan keuangan

OOOO ^9©CO®O0QOO


-------
6

Pertimbangan Ekonomi

42

POIN UTAMA

Jenis Pengaturan Sektor Swasta

Kota umurrinya menggunakan jenis pengaturan berikutguna

mendapatkan dukungan sektor swasta untuk proyek pengelolaan limbah:

•	Perjartjian konsesi melibatkan pemilihan perusahaan swasta untuk
menyediakan layanan dengan biaya selama periode waktu yang
teiah ditentukan. Konsesi dapat melibatkan jenis peraturan yang
berbeda atas kepemilikan lokasi dan perlengkapan. Misalnya, konsesi
untuk membangun, memiliki, mengoperasikan, dan mengalihkan
mengharuskan perusahaan swasta untuk membangun, memiliki, dan
mengoperasikan fasilitas hingga akhir masa perjanjian, dan kemudian
mengalihkan kepemilikan kepada kota.

•	Perjanjian desain dan konstruksi melibatkan pemilihan
perusahaan rekayasa untuk mengembangkan infrastruktur
pengelolaan limbah. Perjanjian ini tidakakan mencakup operasi
dan pengelolaan situs.

•	Kontrak layanan melibatkan pemilihan sebuah perusahaan untuk
mengambil tanggung jawab atas operasi sehari-hari dari fasilitas
atau layanan. Ini bisa berupa kontrak berbasis kinerja, dengan
pembayaran bergantung kepada efektivitas kontraktor.



Pembuanaan Samoah
Padat dj Kota San
Cristobal, Republik
. Dominika a

urituk memenuhi persyaratan lembaga, dan
menghindari pemborosan sumber daya yang
terbatas. Misalnya, banyak bank multinasional
yang tidak memberikan pinjaman kepada
kotamadya. Namun, dengan terlibat dengan
bank pada awal proses pelingkupan proyek, kota
dapat memahami langkah-langkah yang terdapat
dalam bekerja melalui perantara seperti agensi
terakreditasi pada tingkat perrierintah nasiona

Kota-kota pada umumnya bekerja dengan
lembaga keuangan untuk mengidentifikasi
instrumen keuangan yang paling sesuai untuk
proyek, dan menyesuaikan"kasus bisnis"untuk
proyek yang rnereka ajukan. Untuk praktik terbaik
dalam terlibat dengan lembaga keuangan, lihat
Panduan Baai Kota untuk Menaakses Peridanaan
baai ProvekSampah Padat Kota dari Asosiasi
Sampah Padat Internasional (ISWA 2017c).

4. Menilai kelayakan keuangan. Penilaian

kelayakan keuangan adalah pendekatan yang
telah ditetapkan untuk mengevaluasi viabilitas
dan kepraktisan ekonomi dari sebuah proyek

yang diajukan. Penyelesaian penilaian-penilaian
ini dapat memerlukan sumber daya yang cukup
besar; banyak kota yang mengajukan permintaan
bantuan teknis dari yayasan atau organisasi lain
untuk membantu mengurangi biaya pelaksanaan
penelitian tersebut. Selain itu, kota juga dapat
memperoieh keuntungan dari berbagai alat
pemodelan keuangan bebas biaya yang tersedia
melalui kemitraan internasional. Misalnya, CCAC
Municipal Solid Waste Initiative menawarkan
model pembiavaan untuk menilai viabilitas
ekonomi proyek pengelolaan samoah oraanik
(U.S. EPA 2016c).

5. Menata pendanaan dan menyelesaikan
transaksi hukum Ada banyak cara yang bisa
dilakukan kota untuk menata pendanaan proyek.
Kota-kota merasa terbantu jika bekerja sama
dengan lembaga keuangan dan mitra potensial
lainnya untuk menyelesaikan transaksi hukum.
Keuangan Kota dari Bank Dunia; Buku Panduan
untukPemerintah Lokal (Farvacque-Vitkovic dan
Kopanyi 2014) adalah sumber yang bagus untuk
penataan pendanaan proyek kota.

OOOO ^9©CO®O0QOO


-------
6

Pertimbangan Ekonomi

43

Untuk

iriformasi selerigkapnya,
lihat website oerusahaan

(PETCO 2020).



INTIMASALAH |g|

Tanggung Jawab
Produsen yang Diperluas
di Afrika Barat

Pada tahuri 2004, industri polietilena tereftalat (PET) Afrika Selatari secara sukarela
membangun sebuah perusahaan (PET Recycling Company NPC, atau PETCO) untuk
menerapkan upaya EPR industri. Di bawah sistem PETCO, perusahaan yang mengonversi resin
PET menjadi barang harus membayar retribusi atas jumlah resin yang mereka beli. PETCO
menggunakan uang yang dikumpulkan melalui retribusi tersebut untuk mendanai inisiatif
daur ulang PET, pendidikan dan penjangkauan konsumen, dan kegiatan lainnya.

Kontrak dengan Sektor Swasta

Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS) adalah
kontrak jangka panjarig aritara pihak swasta dan
entitas pemerintah untuk menyediakan layanan
publik. Dalam pengaturan seperti itu, pihak
swasta mengambil sebagian besar risiko proyek
dan tanggung jawab pengelolaan dengan tujuan
menghasilkan keuntungan jangka panjang (PPP
Knowledge Lab 2019). Dengan kontrak formal
ini, perusahaan swasta dapat membangun,
mengoperasikan, dan memelihara fasilitas limbah.
Perjanjian ini dapat menjadi keuntungan jika ada
keterbatasan dalam keahlian teknis, seperti yang
terjadi di negara berkembang.

Supaya berhasil di negara berkembang, KPS harus
fleksibel, memberikan produkyang aman dan
terbukti, memastikan nilainya, dan memenuhi
persyaratan kinerja lingkungan (USAID 2019a). KPS
pada sektor sampah padat umumnya didanai oleh
pungutan, biaya tips, atau retribusi langsung lainnya;
karena itu, penting untuk memastikan dukungan
pemangku kepentingan sebelum memasuki jenis
kemitraan yang mengikat secara hukum ini. Proyek
juga dapat didanai dari pendapatan hasil penjualan
produksampingan pengolahan limbah, termasuk
biogas, listrik, dan kompos.

KPS umumnya disusun untuk berjalan dalam jangka
waktu yang lama, dan hal ini membatasi fleksibilitas
kota. Di banyak negara, perusahaan swasta menolak
berinvestasi dalam proyek lokal, karena mereka
tidakyakin apakah kontrak akan tetap berlaku
ketika administrasi berubah. Perusahaan umumnya
mensyaratkan kontrakjangka panjang untuk
memulihkan investasi mereka dan mendapatkan
keuntungan.

Tanggung Jawab Produsen yang
Diperluas

Kota-kota di negara berkembang mungkin akan
melihat bahwa akses mereka ke sumber pembiayaan
yang telah dibahas di atas terbatas atau tidak
memadai untuk menutupi semua biaya pengelolaan
sampah padat. Misalnya, di beberapa negara
berkembang, menerapkan pajakdaerah untuk
menutupi biaya pengelolaan sampah mungkin
tidak dapat dilakukan karena keterbatasan kapasitas
penduduk untuk membayar dan mekanisme
penegakan hukum yang tidak memadai,

Dalam kasus ketika peiuang menggunakan
pendapatan internal terbatas, beberapa
pemerintahan telah menggunakan sistem tanggung
jawab produsen yang diperluas (extended producer



®0@0®9©©®0


-------
6

Pertimbangan Ekonomi

44

responsibility/EPR) untuk mengurangi beban
keuangan publik untuk pengelolaan limbah. Sistem
ini, yang umumnya diadopsi pada tingkat nasional,
biasanya menetapkan persyaratan hukum bahwa
produsen bertanggung jawab atas barang yang
telah mencapai akhir masa pakai.Tanggung jawab
ini biasanya berupa finansial, tetapi juga dapat
berupa administratif atau logistik, Dalam beberapa
kejadian, produsen diharuskan membayar kepada
kota secara langsung untuk mengompensasi biaya
pengumpulan dan pembuangan barang yang
mereka produksi. Produsen seringkali memasukkan
biaya ini ke harga produk mereka, memastikan
bahwa produsen dan konsumen barang-barang
tertentu yang menanggung beban pengelolaan
sampah padat tersebut, bukan masyarakat umum.

EPR telah digunakan di negara berkembang untuk
mengelola limbah berbagai jenis produk, termasuk
kemasan, limbah rumah tangga berbahaya, baterai,
dan elektronik. Pemerintah telah menggunakan
berbagai jenis instrumen EPR, dan seringkali
menggabungkan beberapa instrumen menjadi
satu paket EPR. Program EPR umum mencakup
(Akenji 2012):

•	Persyaratan penarikan produk kembali.

Produsen diwajibkan untuk mengumpulkan
produk kembali setelah masa pakai habis.

•	Standar kinerja. Standar ini dapat
menetapkan konten daur ulang minimum
untuk produk, atau menentukan jumlah
produk pascakonsumen yang wajib didaur
ulang oleh produsen. Standar ini mendorong
penggunaan komponen produkyang lebih
mudah digunakan kembali atau didaur ulang.

•	Skema deposit-pengembalian dana.

Konsumen diharuskan untuk membayar
deposit ketika membeli produk, tetapi
deposit ini akan dikembalikan ketika mereka
mengembalikan produk untuk didaur ulang
atau dibuang secara aman.

•	Biaya pembuangan di muka. Konsumen
diharuskan untuk membayar biaya pada saat
pembelian, yang dipterimbangkan sebagai biaya
mengelola limbah setelah penggunaan.

•	Pajak bahan. Produsen diharuskan membayar
pajak atas bahan mentah yang dipertimbangkan
sebagai dampak lingkungan pembuangan
produk. Pajak ini dapat mendorong produsen
untuk lebih banyak menggunakan bahan yang
ramah lingkungan.

•	Label Eco dan peningkatan kesadaran.

Kampanye kesadaran publik dapat membantu
mengedukasi konsumen tentang produk
yang lebih ramah lingkungan; dan tentang
pengumpulan, pemisahan, dan proses
pengolahan limbah. Konsumen yang telah
diedukasi dapat memilih produkyang lebih baik
pada saat pembelian

Kota berkemungkinan menghadapi beberapa
tantangan ketika menerapkan sistem EPR.Tantangan
yang paling umum dihadapi kota-kota di negara
berkembang adalah infrastrukturyang tidak
memadai untuk mengumpulkan dan mengolah
komponen aliran limbah yang tercakup di dalam
sistem EPR. Selain itu, untuk beberapa aliran
limbah, sulit untuk mengidentifikasi produsen
yang harus bertanggung jawab atas pengumpulan
dan pengolahan akhir masa pakainya. Misalnya, di
beberapa negara Asia, usaha kecil menyusun kembali
dan menjual barang elektronik bekas, terkadang
menambahkan logo merektiruan untuk membantu
menjual kembali produk tersebut (Kojima et al. 2009).
Perilaku ini menyulitkan proses identifikasi produsen
asli ketika produk mencapai akhir masa pakainya.

Contoh 6.2 menyajikan contoh bagaimana
pemerintah daerah telah bekerja dengan sektor
swasta untuk membiayai proyek pengelolaan sampah
padat di Tepi Barat dan Gaza.


-------
6

Pertimbangan Ekonomi

45

Kemitraan Pemerintah-Swasta di Tepi Barat dan Gaza

Selama bertahun-tahun, sampah padat di Tepi Barat dan Gaza dibuang di tempat pembuangan sampah yang
tidak diatur atau dibakar secara iiegal. Kondisi poiitik dan ekonomi yang tidak stabii menghaiangi pemerintah
kota untuk berinvestasi secara memadai dalam hal infrastrukturdan layanan pengelolaan sarnpah padat. Untuk
membantu mengatasi situasi ini, BankDunia, Komisi Eropa, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat,
dan Pemerintah Italia menyediakan dana untuk tempat pembuangan sampah akhir di Al-Minya, dua stasiun
transfer, dan infrastrukturyang terkait untuk Hebron dan Betlehem diTepi Barat bagian Selatan. Daerah ini
adalah tempat tinggal bagi hampir 1 juta orang yang menghasilkan hampir 500 metrik ton sampah setiap hari.

Pemerintah daerah tidak berkapasitas untuk mengelola infrastruktur baru ini secara berkelanjutan, maka Joint
Services Council for Hebron and Bethlehem (JSC-H&B) bekerja dengan International Finance Corporation untuk
merancang sebuah KPS guna mengidentifikasi mitra sektorswasta yang dapat mengelola TPA. Pada bulan
September 2013, JSC-H&B menandatangani kontrak dengan konsorsium Yunani, W.A.T.T. S.A.-MESOGEOS
S.A. dan EPEM S.A., untuk mengelola tempat pembuangan limbah Al-Minya, dua stasiun transfer di Hebron
dan Tarqoumiya, dan transfer limbah antara stasiun transfer dan TPA. Pemeringtah kotamadya setempat
masih bertanggung jawab atas pengumpulan sampah primer, dan JSC-H&B memberikan jaminan sampah
minimum 500 metrik ton per hari, serta membayar biaya per ton atas limbah yang dikelola. Karena JSC-H&B

tidak mampu menutupi keseluruhan biaya KPS, kelompok Bank Dunia
juga mengatur hibah berbasis keluaran sebesar $8 juta dari Kemitraan
Global untuk Bantuan Berbasis Keluaran guna membantu menutupi
biaya operasional dan meningkatkan keberlanjutan sistem pengelolaan
sampah padat tersebut.

Proyekini telah menciptakan lebih dari 100 pekerjaan, meningkatkan
layanan bagi 840.000 penduduk, dan akan mengurangi gas rumah kaca
sebesar 13.400 metrik ton pada tahun 2021. Selain itu, hibah lain dari
Bank Dunia membantu memastikan bahvva pekerja sektor informal
telah dilatih untuk bekerja di bidang lain.

Kemitraan Pemerintah-Swasta

di Tepi Barat & Gaza

(IFC 2013), dan Pelaiaran dari

KSP pertama Bank Dunia

(World Bank Blog
2019)



®0@0®9©©®0


-------
Halaman ini sengaja dikosongkan.


-------
7LIMBAH

KARAKTERISASI


-------
Referensi Utama

Penvusurian Rencana Penaelolaari Samoah
PadatTeroadu. Manual Pelatihan: Volume I:
Karakterisasi Limbah dan Kuantifikasi denaan
Perkiraan untukMasa Deoan (UNEP 2009a)

Webinar: PraktikTerbaik untuk Karakterisasi

Sam pah (CCAC and U.S. EPA 2018)

OOO©©OO®©0@O0


-------
Karakterisasi Limbah

49

Bagian 7

Karakterisasi Limbah

Komposisi sampah di setiap kota, pusat kota, negara,
dan wilayah di seluruh dunia tidaksama. Secara
umum, negara berpenghasilan rendah dan menengah
memiliki persentase sampah makanan/organikyang
lebih tinggi dalam aliran limbah mereka dibandingkan
dengan negara berpenghasilan tinggi; sementara
negara berpenghasilan tinggi memiliki proporsi barang
daur ulang yang lebih tinggi seperti kertas, karton,
plastik, dan logam (Kaza et a 1.2018). Jenis sampah yang
berbeda ini memerlukan strategi pengelolaan sampah
padatyang berbeda, sehingga kota-kota menyadari
bahwa pemahaman tentang aliran sampah sangat
diperlukan guna merancang dan menerapkan sistem
yang relevan dan dapat diterapkan.

Bagian ini memberikan gambaran umum mengenai
sumber sampah padat, metode kuantifikasi, dan praktik
terbaik untuk karakterisasi limbah.

Mengapa Karakterisasi
Limbah Penting?

Informasi mengenai sumber, jumlah, dan komposisi
sampah akan memberikan dasar bagi semua tahapan
dari program pengelolaan sampah yang berhasil.

Secara khusus, memahami faktor-faktor berikut akan
membantu kota dalam merancang dan menerapkan
strategi untuk meningkatkan aspektertentu dalam
strategi pengelolaan sampah padat mereka:

Pencegahan dan minimalisasi limbah. Memahami
aliran limbah akan membantu otoritas lokal
dan pembuat keputusan mengembangkan
kampanye penjangkauan yang ditargetkan dan
langkah-langkah kebijakan. Misalnya, kampanye
penjangkauan dapat mendorong penghasil sampah
organikskala besar (misalnya, pasar produksi)
untuk membangun biodigesterguna menghasilkan
biogas dan digestasi sebagai pembenah tanah, zat
aditif yang memperbaiki tanah dari sisa makanan.
Kota juga dapat menggunakan data dari penelitian
karakterisasi sampah untuk mengidentifikasi
bahan yang tidak dapat didaur ulang, yang

harus ditargetkan sebagai bagian dari strategi
penjangkauan pencegahan limbah atau langkah-
langkah kebijakan.

Pengumpulan limbah. Memahami aliran limbah
akan membantu otoritas lokal dan pengambil
keputusan merencanakan fasilitas dan program
pengumpulan dan penyimpanan (misalnya,
mengetahui jumlah dan jenis limbah organikyang
dihasilkan akan memengaruhi keputusan tentang
program pemilahan sumber potensial).

Daur ulang dan pengolahan limbah. Memahami
aliran limbah akan membantu otoritas lokal
dan pengambil keputusan mengembangkan
infrastrukturyang sesuai dan merencanakan
perubahan aliran limbah yang diakibatkan oleh
perubahan musim dan hari libur. Misalnya,
sebuah kota harus mengetahui jumlah limbah
organikyang dihasilkan dalam batas-batasnya
untuk memutuskan ukuran fasilitas kompos
potensial yang sesuai, yang juga dapat menangani
peningkatan aliran masukselama periode tertentu.

Pembuangan limbah. Memahami aliran limbah
akan membantu otoritas lokal dan pembuat
keputusan merencanakan pembuangan limbah.
Misalnya, penelitian karakterisasi limbah di lokasi
pembuangan yang sudah ada akan membantu kota
menentukan situasi dasar dan efektivitas program
pengelolaan sampah padat, memperkirakan
masa pakai lokasi pembuangan yang tersisa,
dan merencanakan pengalihan sampah dan opsi
pengolahan lebih lanjut pada masa mendatang.

Keselamatan adalah masalah yang menyeluruh
dalam semua tahap pengelolaan sampah padat.
Beberapa limbah memerlukan penanganan khusus
karena korosifitas, toksisitas, atau karakteristik
berbahaya lainnya. Memahami komposisi limbah
akan memungkinkan pekerja untuk mengambil
tindakan pencegahan yang sesuai. Untuk informasi
selengkapnya, lihat bagian IdentifikasiLimbah Khusus.

OOdd®OO®00©OO


-------
Karakterisasi Limbah

50

PraktikTerbaik

Bagian ini menjelaskan beberapa praktikterbaik
dalam memahami aliran limbah, termasuk
mengetahui sumber, jumlah, dan komposisi limbah;
mengembangkan proyeksi limbah pada masa depan;
dan akuntansi untuk limbah khusus.

Penilaian Aliran Limbah

Penilaian dasar atas karakteristik aliran limbah saat ini
diperlukan untuk memproyeksikan tingkat timbulan
dan komposisi limbah pada masa mendatang. Juga
penting untuk memahami sumber daya apa (modal dan
lainnya) yang mungkin dibutuhkan oleh kota dalam
waktu dekat untuk mengelola fraksi aliran limbah yang
berbeda dengan benar.

Sumber

Sampah padat dapat dikategorikan berdasarkan sumber
asalnya. Kategori timbulan limbah yang umum meliputi:

Residensial. Mencakup semua jenis rumah tangga,
seperti rumah keluarga tunggal, apartemen, serta
jenis perumahan formal dan informal lainnya.
Limbah yang dihasilkan oleh sektor ini umumnya
berupa limbah makanan dan organik; kertas dan
karton tekstil; dan sebagian kecil kaca, karet, kulit,
dan logam. Sebagian kecil plastikjuga disertakan;
fraksi ini cenderung meningkatseiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan globalisasi (UN-Habitat
2010). Limbah rumah tangga berbahaya adalah
subset dari limbah perumahan yang meliputi bahan
kimia seperti cat, pelarut, bahan pembersih, baterai,
dan alat elektronik. Limbah ini dibahas di bagian
Identifikasi Limbah Khusus.

Komersial Termasukgedung perkantoran, pusat
perbelanjaan, hotel, bandara, restoran, dan pasar.
Pasar, restoran, kantin, dan hotel cenderung
memiliki aliran limbah dengan persentase limbah
makanan dan komponen organik lain yang tinggi.
Perkantoran, hotel, dan gudang cenderung
menghasilkan barang daur ulang seperti kertas,
karton, plastik, dan kaca dalam jumlah besar.

Institusional. Termasuk sekolah,fasilitas medis,
dan penjara. Fasilitas institusional seringkali
menghasilkan limbah kertas dalam jumlah besar.
Beberapa institusi - termasuk rumah sakit dan
sekolah - juga menghasilkan limbah makanan dalam
jumlah besar. Fasilitas medis menghasilkan sampah

berbahaya, yang tidakboleh ditangani bersamaan
dengan sampah padat umum. Pilihan pengelolaan
dibahas di bagian Identifikasi Limbah Khusus.

Industri Termasuk perusahaan manufaktur atau
fasilitas proses industri. Komponen kemasan,
limbah ruang makan dan toilet, tekstil, besi
tua,sisa kayu, batu bata/beton, dan limbah lain
semacamnya merupakan produk limbah yang
umum dari fasilitas industri. Jenis limbah yang
dihasilkan berkaitan dengan jenis industri, tetapi
biasanya diproduksi dalam jumlah yang banyak.
Industri biasanya menghasilkan sampah berbahaya
dan tidak berbahaya, maka ini adalah praktik terbaik
untuk memastikan bahwa sampah berbahaya
dikelola berdasarkan persyaratan hukum negara,
tidak dicampur dan dikumpulkan bersama sampah
padat tidak berbahaya (UN-Habitat 2010).

Kuantitas

Dua opsi dasar akan menentukan jumlah limbah:
pemodelan dan pengukuran. Banyak kota
menggunakan teknik pemodelan yang bergantung
pada tingkat timbulan limbah umum untuk
memperkirakan jumlah total limbah yang dihasilkan.
Teknik ini umumnya tidak mahal, tetapi hanya
memberikan gambaran umum atas volume dan jenis
limbah. Menggunakan data umum seperti itu akan
meningkatkan kemungkinan kesalahan perhitungan
atas jumlah dan laju timbulan limbah (UN-Habitat 2010).
Dengan demikian, maka hasil pemodelan mungkin
bukan cerminan sebenarnya atas aliran limbah lokal.
Teknik pemodelan akan bekerja paling baik jika data
kuantitas limbah berasal dari kota tetangga yang
memiliki demografi dan sumber serupa, yang kemudian
diverifikasi melalui metode pengujian fisik.

Teknik pengukuran fisik lebih akurat dibandingkan
teknik pemodelan, tetapi lebih mahal dan memakan
waktu.Teknik tersebut melibatkan pengambilan sampel
aliran limbah lokal untuk mengembangkan profil
limbah melalui metode statistik untuk memprediksi
total kuantitas dan komposisi aliran limbah dengan
menganalisis volume kecil dari limbah. Audit ini dapat
menjadi cukup sulit karena sampel harus diuji beberapa
kali sepanjang tahun untuk memperhitungkan variasi
musiman (U.S. EPA 1995). Berbagai teknik pengukuran,
yang dapat dilaksanakan sendiri atau dikombinasikan
dengan teknik lain, adalah (UNEP 2009a):

OOdd®OO®00©OO


-------
Karakterisasi Limbah

51

karakterisasi limbah
Komakech et al.'s.

INTIMASALAH ggg

Studi Karakterisasi
Limbah Kampala, Uganda

Kota Kampala, Uganda, melakukan penelitian karakterisasi limbah pada
tahun 2012 untuk menilai jumlah dan jenis limbah yang dibuang diTempat
Pembuangan Limbah Kiteezi. Kota mengambil sampel limbah dari truk yang
memasuki tempat pembuangan secara acak, dan selanjutnya menganalisis
limbah organik untuk menentukan kandungan energinya. Hasil penelitian
sangat berbeda dengan kota-kota Afrika Sub-Sahara lainnya seperti Abuja,
Accra, dan Gaborone.

Mengukur pada titik timbulan. Teknik
pengambilan sampel irii akan mengukur limbah
yang dihasilkan dengan melakukan survei rumah
tangga. Beberapa kota juga telah melakukan
penelitian di fasilitas institusional, industri, dan
komersial yang dipilih.

Memeriksa catatan yang dipelihara oleh
penghasil limbah. Beberapa penghasil komersial,
industri, dan institusional mungkin memiliki catatan
mengenai jumlah limbah yang mereka hasilkan.
Kota-kota dapat memanfaatkan informasi ini untuk
memperkirakan jumlah limbah yang dihasilkan oleh
sektor-sektor tersebut.

Melaksanakan survey kendaraan. Survei
kendaraan pengumpul limbah akan memberikan
perkiraan limbah yang dihasilkan oleh berbagai
sumberdan cara pengelolaannya (mis., pengolahan,
pembuangan). Namun, teknik ini tidakakan
memperhitungkan limbah yang tidakdikumpulkan
atau dibuang dengan tidaksemestinya.

Memeriksa catatan di fasilitas pembuangan.

Sebagian besar fasilitas pembuangan menimbang
sampah yang masuk. Meskipun memberikan
perkiraan limbah yang dibuang di fasilitas, catatan
ini tidak mencakup jumlah yang dihasilkan dan
diolah (misalnya, daur ulang, pengomposan),

atau dibuang secara tidak benar (misalnya,
pembakaran terbuka).

Komposisi

Banyak kota telah menggunakan penelitian karakterisasi
(atau komposisi) limbah untuk mengidentifikasi jenis
dan jumlah bahan tertentu di dalam aliran limbah dari
area yang ditentukan. Penelitian ini, yang umumnya
melibatkan pemilahan sampel limbah dengan tangan,
dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan lokal.
Kelengkapan kategori dan jenis bahan (Gambar 7.1)
yang diukur bergantung pada tujuan penelitian dan jenis
limbah yang umum ada di suatu kota tertentu. Penelitian
karakterisasi limbah biasanya dilakukan di lokasi berikut:

Lokasi penghasil limbah. Kota-kota sering
melakukan penelitian karakterisasi dengan memilah
sampel limbah yang dikumpulkan dari pemukiman
atau area komersial (misalnya, di pasar produksi).

Stasiun transfer. Limbah yang dikumpulkan dari
tempat timbulan (misalnya, rumah dan bisnis)
sering kali disimpan di stasiun pemindahan
sebelum diangkut ke tempat pembuangan. Sampel
dari stasiun transfer dapat memberikan profil
komposisi limbah di suatu kota. Pengambilan
sampel di beberapa stasiun transfer dapat
memberikan informasi untuk memberitahu
pengambilan keputusan di seluruh kota.

OOQOO®w8 O6®90©OO


-------
Karakterisasi Limbah

52

Contoh 7.1. Contoh Kategori dan Bahan Limbah untuk Karakterisasi Limbah
(Sumber: U.S. EPA 2018f)

Kategori
Limbah

Jenis Bahan

Contoh

Kertas

Koran/cetakan

Koran



Kertas kompos

Tisu, serbet, handuk kertas



Kertas kardus

Kotak kemasan/pengiriman



Kertas kantor

Amplop, kertas fotokopi, kop surat



Kertas campur

Majalah, surat spam, kertas karton, katalog, buku telepon



Wadah berlapis lilin

Karton susu/jus

Plastik

Wadah plastik (#1-7 dan tidak
teridentifikasi)

Yogurt, soda, mentega, resep, susu, deterjen, pot bunga



Bungkus plastik

Kantung belanja/sampah, loose film, kemasan makanan



Polistirena

Plastik mika, alat makan, gelas yang diperbesar atau regular



Plastik kaku lainnya

Ember, mainan, tas penyimpanan, furnitur

Limbah maka-

Tulang

Tulang

nan

Sisa makanan

Sayuran, daging, roti

Sampah padat

Popok sekali pakai

Popok sekali pakai

lainnya

Residu halus

Bahan kecil yang tidak dapat dibedakan, biasanya 0-2 sentimeter



Limbah lainnya

Bahan yang tidak sesuai dalam kategori mana pun

Logam

Sisa logam lainnya

Sisa logam lainnya, baik besi maupun bukan besi



Wadah besi

Kaleng makanan hewan, kaleng sup, aerosol



Wadah bukan besi

Kaleng soda, kaleng bir

Kaca

Kaca bening

Semua kaca bening



Kaca berwarna

Semua kaca berwarna

Limbah hala-

Serattanaman keras

Bahan kayu - pohon kecil, cabang, tunggul

man

Limbah kebun

Dedaunan, rumput, bahan nonkayu

Organik lain-

Kapas

Kapas

nya

Tekstil

Pakaian, sepatu, kain, handuk, lap



Kulit

Ikat pinggang, sepatu, tas tangan



Karet

Sarung tangan

Elektronik

Elektronik

Ponsel, radio, komputer

Berbahaya

Berbahaya

Cat, baterai, instrumen medis tajam, bahan kimia, sampah medis

Limbah tidak
reaktif

Palet/kayu/potongan kayu
Tembikar/keramik

Pa let, sisa kayu
Piring, gelas



Material konstruksi

Kerikil, batu bata, aspal, beton, kotoran

o © © 0 ©


-------
Karakterisasi Limbah

53



POIN UTAMA Ct

Risiko Terkait Fasilitas
Pengolahan Sampah yang
Terlalu Besar

Beberapa kota sengaja membeli atau membangun
fasilitas pengolahan limbah berukuran besar
sebagai akibat dari data yang terbatas atau
berkualitas rendah tentang jumlah limbah yang
dihasilkan di masyarakat mereka, yang berakibat
pada biaya modal berlebihan dan tidak perlu.
Untukalasan ini, kota sering melakukan kesalahan
dalam ukuran fasilitas konservatif.

Lokasi pembuangan. Limbah yang dikirim ke

ternpat pembuangan limbah setempat dapat
diambil sampelnya untuk menentukan komposisi
limbah. Mencatat sumber limbah (misalnya,
lingkungan dan sektor) memungkinkan analisis
karakterisasi yang lebih mendetail.

Karakteristik limbah di setiap lokasi berbeda, ini
disebabkan oleh daur ulang dan praktik pembuangan
yang tidak tepat. Lokasi karakterisasi limbah harus
dipilih berdasarkan tujuan analisis yang diinginkan.
Misalnya, upaya karakterisasi limbah di lokasi penghasil
limbah dapat membantu upaya penjangkauan ke
penghasil limbah, sementara yang berada di lokasi
pembuangan dapat membantu mengidentifikasi
opsi pengolahan alternatif,terutama karena kapasitas
di lokasi pembuangan telah penuh. Contoh 7.2
menampilkan contoh bagaimana sebuah kota di Meksiko
menggunakan hasil penelitian karakterisasi limbah untuk
merencanakan proyek pengolahan limbah.

Penqembanqan Proyeksi Masa Depan.

Kota-kota merasa penting untuk memproyeksikan
tingkat dan komposisi timbulan limbah pada masa
mendatang untuk menentukan ukuran dan merancang
program dan fasilitas yang sesuai untuk mengolah
limbah tersebut.

Generasi Masa Depan

Memprediksi tren masa depan secara akurat dalam
timbulan limbah lokal sangat penting untuk viabiiitas
program jangka panjang. Kota telah memahami bahwa
faktor terpenting untuk dipertimbangkan adalah
perubahan populasi, pembangunan ekonomi, dan
perubahan kebijakan publik.

Tren populasi lokal dan regional umumnya dipantau
dan diproyeksikan oleh badan-badan nasional

Pembangunan ekonomi memiliki hubungan
langsung dengan tingkat hasil limbah; hasil
limbah per kapita meningkat seiring dengan
peningkatan pembangunan ekonomi dan
perubahan perilaku konsumsi

Pergeseran kebijakan publik dapat dengan cepat
mengubah jumlah dan jenis bahan limbah
yang tersedia untuk mendukung opsi yang
telah diberikan.

Komposisi Masa Depan

Perubahan dalam komposisi aliran limbah merupakan
sumber ketidakpastian yang cukup besar pada masa
mendatang. Meskipun perkiraan umum nasional sulit
diterapkan secara lokal, perkiraan tersebut dapat
menjadi titik awal yang baik untuk dipertimbangkan
ketika merencanakan program pengelolaan
sampah padat.

Banyak kota merasa terbantu jika mempertimbangkan
tren umum mengenai komposisi sampah padat
saat melakukan perencanaan jangka panjang untuk
pembuangan sampah berikut:

Fraksi sampah kertas, plastik (khususnya kemasan),
dan sampah elektronik umumnya meningkat
seiring dengan meningkatnya status ekonomi.

Fraksi makanan dan limbah biologis umumnya
menurun seiring dengan peningkatan status
ekonomi (lihat Gambar 7.3).

Kepadatan massal limbah berkurang dengan
naiknya tingkat pembangunan ekonomi, karena
persentase yang lebih tinggi dari produk kertas
dan plastik, bersama dengan fraksi abu dan sisa
makanan yang lebih rendah (Savage et al. 1998).



0SO®9@©©O


-------
Karakterisasi Limbah

54

Karakterisasi Limbah di Naucalpan, Meksiko

Naucalpan, pinggiran Mexico City, menghadapi beberapa tantangan pengeiolaan sampah padat. Pertama, kota
mengangkut limbah dalam jumlah besar ke daerah iain karena mereka tidak memiliki tempat pembuangan sendiri, dan hal
ini menghabiskan banyak bahan bakar dan sumber daya. Selain itu, Naucalpan tidak memiliki cara untuk memisahkan dan
mengolah sampah organikyang sistematis, hal ini terjadi pada sebagian besar dari keseluruhan aliran limbah. Kandungan
organik ini, yang dapat dipulihkan dan digunakan demi keuntungan Naucalpan, dimasukkan ke dalam limbah yang
dibuang di tempat pembuangan limbah yang jauh, di sana kemudian limbah ini terurai dan menghasilkan emisi metana.

Untuk membantu mengatasi tantangan ini, Naucalpan sedang mempertimbangkan
fasilitas untuk mengoiah limbah organik meiaiui penguraian anaerobik. Biogas yang
dipulihkan dari digester akan digunakan untuk membangkitkan listrik. Sebelum
melakukan usaha ini, kota perlu mendapatkan data berkualitas tinggi mengenai aliran
limbah mereka. Memahami jumlah dan jenis limbah organikyang dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam digester anaerobik merupakan langkah pertama yang penting
dalam memahami viabiltas sistem.

Pada tahun 2017, Lembaga Perlindungnan Lingkungan Amerika Serikat (United States
Environmental Protection Agency) (U.S. EPA) - atas nama Inisiatif Limbah Kota Koalisi Iklim dan
Udara Bersih - melakukan penelitian karakterisasi sampah di stasiun pemindahan Naucalpan.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa sekitar 69 persen limbah yang ditangani di stasiun
transfer dapat didaur ulang atau dialihkan dari tempat pembuangan, dan bahwa lebih dari
separuh limbah dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pengomposan atau proyek
penguraian anaerobik. Kota menggunakan hasil penelitian ini untuk menginformasikan
pengambilan keputusan tentang rancangan dan opsi pengadaan proyek.

Grafik di bawah ini menunjukkan komposisi yang berbeda dari aliran limbah yang
dikumpulkan dari lingkungan berpenghasilan tinggi dibandingkan dengan lingkungan
berpenghasilan rendah.

analisis aliran samaah

di Naucalpan

Komposisi Sampah

Untuk menentukan komposisi sampah kota secara keseluruhan, kota memperkirakan perincian sampah yang
diterima di stasiun transfer dan menimbang nilai komposisi sampah lingkungan berpenghasilan rendah sebesar
60% dan nilai lingkungan berpenghasilan tinggi sebesar 40%.

BERPENGHASILAN RENDAH BERPENGHASILAN TINGGI

KESELURUHAN

Berbahaya/Elektronik/Baja

Kaca
Kertas
Sampah Inert

Organik Lainnya
Limmbah Halaman

Plastik

Sampah Padat Kota Lainnya
Organik

OO0OO®w8 O6®90©OO


-------
Karakterisasi Limbah

55

Contoh 7.3. Kornposisi Limbah Global berdasar-
kan Tingkat Pendapatan (Kaza et al. 2018).

Berpenghasilan
menengah ke
bawah

Identifikasi Limbah Khusus

Limbah khusus memerlukan proses penanganan,
pengolahan, dan pembuangan khusus. Jika dibuang ke
aliran sampah padat, sampah ini dapat menimbulkan
risiko kesehatan yang serius bagi pekerja, lingkungan
sekitar, dan lingkungan. Namun, sampah khusus
terkadang bercampur dengan aliran sampah padat
kota oleh rumah tangga,fasilitas komersial dan industri,
dan penghasil sampah iainnya. Karena bahaya yang
ditimbulkan oleh limbah ini, penting untuk secara
ketat mengkarakterisasi aliran limbah, menetapkan
pemisahan limbah khusus, dan memastikan
pengumpulan terpisah dan pembuangan limbah
khusus yang tepat. Contoh 7.4 mengidentifikasi jumlah
limbah khusus, bahaya yang ditimbulkan, dan solusi
potensiai untuk mengelolanya.

Berpenghasilan
tinggi

Berpenghasilan
menengah ke atas

Berpenghasilan
rendah

Makanan dan hijau

Kaca

Baja

Lainnya

¦I Kertas dan karton

¦	Plastik

¦	Karet dan kulit
Kayu

OO0OO®w8 O6®90©OO


-------
Karakterisasi Limbah

56

Contoh 7.4. Ikhtisar Limbah Khusus dan Sumber Daya

Limbah	Deskripsi	Berbahaya	Solusi Pengelolaan	Informasi Selengkapnya

Limbah

Barang elektronik

• Paparan manusia

Standar dan

• Pedoman Proaram Linakunaan

Elektronik

bekasyang dibuang

terhadap kontaminan

penerapan untuk

Perserikatan Banasa-Banasa



atau dikirim ke

dan zat penyebab

memproses limbah

tentana pemulihan bahan vana



pendaur ulang

kanker

elektronik

aman baai linakunaan





• Pelepasan ke

Pelatihan dan

(UNEP 2013)





lingkungan

pengembangan









kapasitas untuk









mencapai praktik









pengelolaan yang









baik



Limbah

Limbah medis

Penularan penyakit

Pemisahan limbah

• Panduan United States Aaencv for

medis

berbahaya/sangat

•

Pelatihan dan

International Development Sector



berbahaya: bahan



penerapan di fasilitas

Environmental:Limbah Perawatan



kimia dan obat-



medis

Kesehatan (USAID 2019c)



obatan, benda





• Manaiemen Limbah dariAktivitas



tajam, feses, cairan





Perawatan Kesehatan vana Aman



tubuh, limbah





Oraanisasi Kesehatan Dunia



radioaktif, dan





(WHO 2014)



benda serupa







Baterai

• Baterai isi ulang

• Pelepasan ke

Kebijakan dan

• Situs web Perserikatan Banasa-



yang digunakan

lingkungan berupa

penerapan yang

Banasa Alternatif Linakunaan



di sektor otomotif

partikel timbal dan

ditingkatkan

untuk Baterai Asam Timbal



dan industri

asap dari peleburan

Pelatihan dan

[UNEP Tidak Bertanggal(b)]



• Baterai kering

• Paparan manusia:

pengembangan

• Commission for Environmental



• Baterai lithium-ion

luka bakar pada kulit

kapasitas untuk

Cooperation (CEC): Penaelolaan





dan mata

mencapai praktik

Baterai Asam Timbal Bekas vana





• Pelepasan

pengelolaan yang

Ramah Linakunaan diAmerika





kenlingkungan

baik

Utara (CEC 2016)





berupa logam berat



• Mendaur Ulana Baterai Asam





• Api di fasilitas limbah



Timbal Bekas Oraanisasi Kesehatan









Dunia: Pertimbanaan Kesehatan









(WHO 2017)









• Manual Pelatihan Konvensi









Basel untuk Persiapan Rencana









Penaelolaan Nasional Baterai









Asam Timbal Bekas TUNEP Tidak









Bertanggal(d)]

Limbah

Produk rumah

• Pelepasan ke

Penjangkauan

• Situs web Samoah B3 Rumah

berbahaya

tangga berbahaya

lingkungan

publik untuk

Tanaaa U.S. EPA (HHW)

rumah

yang mudah

• Reaksi mudah

mengurangi limbah

(U.S. EPA 2019b)

tangga

terbakar, korosif.

terbakar atau bahan

dan meningkatkan

• Laooran Penaelolaan Samoah



atau beracun

kimia

penanganan/

Padat Proaram Linakunaan



(misalnya.



pembuangan yang

Perserikatan Banasa-Banasa



pembersih, cat, oli



tepat

(UNEP 2005a)



motor)

•

Program untuk









menerima dan









memproses limbah









secara bertanggung









jawab



OOdd®OO®00©OO


-------
Karakterisasi Limbah

57

Contoh 7.4. Ikhtisar Limbah Khusus dan Sumber Daya

Limbah
berbahaya
industri dan
komersial

Ban

Kotoran
he wan

Limbah

konstruksi

dan

pembong-
karan

Limbah dari
proses komersial
atau industri
yang beracun
atau berbahaya
(misalnya, pelarut,
tinta, limbah
penghalusan logam)

Ban kendaraan
terdiri dari senyawa
karetalam dan
sintetisyang rumit

Limbah dari fasilitas
pengolahan hewan
yang melayani
wilayah perkotaan

Pelapis gipsum,
si rap atap, kayu,
batu bata, beton,
dan papan pelapis
dinding

Pelepasan ke
lingkungan
Reaksi mudah
terbakaratau bahan
kimia

Pembakaran spontan
dan pelepasan racun
terkait
Kerusakan

lingkungan terhadap
habitat atau jalan air
Menjadi tempat bagi
patogen udara atau
penyakit vektor

Gas dan bau
berbahaya bagi
kesehatan manusia
Kontaminasi air dan
tanah (misalnya,
bakteria berbahaya
bagi manusia,
tumbuhan.atau
organisme)

Benda tajam
(misalnya, paku,
gelas) yang dapat
menularkan penyakit
(misalnya, tetanus)
Cetakan dari bahan
yang terpapar
elemen

Material berbahaya
atau penyebab kanker
(misalnya, asbes)

Lampu neon Bola lampu bekas Paparan merkuri

Standardan
penerapan untuk
memproses limbah
berbahaya
Pelatihan dan
pengembangan
kapasitas untuk
mencapai praktik
pengelolaan yang baik

•	Penjangkauan ke
bengkel otomotif dan
tempat pembuangan
limbah kendaraan
mengenai metode
penyimpanan, daur
ulang, dan pembuangan
yang tepat

•	Bekerja sama dengan
pendaur ulang untuk
mengidentifikasi opsi
dan pasar penggunaan
kembali

Proses untuk pengolahan
(misalnya, pengomposan)
atau pembuangan limbah

Penjangkauan
pembangun dan
pengembang mengenai
metode penyimpanan,
daur ulang, dan
pembuangan yang tepat
Prosedur untuk
pembuangan yang tepat

Proses pengumpulan
bola lampu dan material
pemulihan (misalnya,
kaca dan bubukyang
mengandung merkuri)
Pelatihan dan
pengembangan
kapasitas untuk
mencapai praktik
pengelolaan yang baik

Situs web Penahasil Sampah B3 U.S.
EPA (U.S. EPA 2020b)

U.S. EPA: Menaelola Limbah
Berbahava Anda:Panduan Untuk
UsahaKecil (U.S. EPA 2020c)
Laporan Pengelolaan Sampah
Padat Program Lingkungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNEP 2005a)

U.S. EPA Limbah Ban: Buku Panduan
mengenai Pengelolaan dan
Penerapan Daur Ulang untuk AS
dan Meksiko (U.S. EPA 2010)
Panduan Teknis Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk Pengelolaan
Ban Pneumatik Bekas dan Limbah
vang Ramah Lingkungan
(UNEP 2011)

Daur Ulang Ban Bekas di Kanada
(Pehlken and Essadiqi 2005)

•	Pengelolaan Strategi dan Praktik
Kotoran Hewan vang Berkelaniutan
(Malomo etal. 2013)

•	Kotoran Hewan: Teknoloai Daur
Ulang dan Pengelolaan
(Gomez-Brandon et al. 2013)

•	Panduan untuk Pengelolaan
Kotoran vang Berkelaniutan pada
Sistem Produksi TernakAsia
(IAEA 2008)

•	Website Kios Pengetahuan Kotoran
CCAC [CCAC Tidak Bertanggal(d)]

U.S. EPA Sustainable Materials
Management Options for Construction
and Demolition Debris
(U.S. EPA 2018e)

Buku Sumber Praktis Mengenai
Penyimpanan dan Pembuangan
Merkuri (UNEP 2015)

OOdd®OO®00©OO


-------
Halaman ini sengaja dikosongkan.


-------
8 PENCEGAHAN
DAN PEMINIMALAN

©

OO0® ® ®w® 0®9©©@0


-------
Referensi Utama

Menaelola dan Menaubah Aliran Limbah: Alat
Baai Masvarakat (U.S. EPA 2017c)

Peralatan: Menauranai Jeiak Pembuanaan
Makanan (FAO 2013)

Sampah Makanan Sebaaai Masalah Global
Pari Sudut Pandanq Penaelolaan Sampah
Padat Kota (ISWA 2013a)

Limbah Makanan: Komitmen Globa untuk

Menauranai Limbah Makanan pada 2025
(CGF 2020)

Laporan dan Lembar Fakta Analisis Keruaian
Makanan (FAO 2020)

oeo@@®®w® o®ao©oo


-------
8

Pencegahan dan Minimalisasi

61

Bagian 8

Pencegahan dan Minimalisasi

Pencegahan dan minimalisasi sampah, serta proses
dan praktikyang ditujukan untuk mengurangi jumlah
sampah yang dihasilkan adalah praktik terbaik untuk
sistem pengelolaan sampah padat. Mengurangi
limbah dan menggunakan bahan kembali tidak
hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga
dapat bermanfaat bagi kesehatan masyarakat dan
menghemat uang.

Bagian ini mernberikan gambaran umumtentang
pencegahan dan minimalisasi sampah, serta cara
menyertakannya ke dalam rencana pengelolaan
sampah padat.

Apa itu Pencegahan dan
Minimalisasi Limbah?

Pencegahan limbah, sering disebut dengann
pengurangan sumber, berarti pengurangan total hasil
sampah. Limbah makanan, material kemasan, dan
produksekali pakai adalah beberapa item yang umum
berada di aliran limbah, yang dapat menjadi target
untuk pencegahan dan minimalisasi limbah.

Limbah makanan dapat diatasi dengan
mendistribusikan kembali makanan yang akan
terbuang. Contohnya termasuk penggunaan
apiikasi untuk menghubungkan donor makanan
seperti restoran, katering makanan, dan toko
kelontong ke bank makanan; menggunakan
lemari es masyarakat agar kelebihan makanan
dari satu rumah tangga dapat diakses oleh rumah
tanggayang lebih membutuhkan; dan kampanye
penyadaran yang dapat meningkatkan konsumsi
produkyang akan terbuang sia-sia karena tidak
memiliki bentuk, ukuran, atau warna yang
ideal. Lihat Contoh 8.1 untuk studi kasus pada
pengurangan limbah makanan di Hong Kong.

Material kemasan di aliran limbah dapat
diminimalkan dengan mencari produk dengan
kemasan minimal, dan menetapkan biaya untuk
kantong plastikdan kertas.

f\§ ~ » ;

Produk sekali pakai dapat diminimalkan dengan
mendorong pembelian barang yang awet dan
tahan lama.

Pencegahan limbah dapat sesederhana beralih dari
produksekali pakai ke produkyang dapat digunakan
kembali; atau serumit mendesain ulang produk agar
menggunakan lebih sedikit bahan mentah atau agar
bertahan lebih lama.

Kenapa Pencegahan dan
Minimalisasi Limbah Penting?

Karena pencegahan sampah akan menghindarkan
dari timbulnya sampah, ini adalah aktivitas
pengelolaan sampah padat yang paling hemat biaya
dan disukai. Mencegah atau meminimalkan limbah
akan menghemat sumber daya (misalnya, dengan
mengurangi biaya pengumpulan dan transportasi),
melindungi lingkungan, dan mencegah pelepasan gas
rumah kaca (U.S. EPA 2017f).

OQ©

if-2»

m




-------
Pencegahan dan Minimalisasi

62

X

SOU

Menggabungkan Pencegahan
dan Minimalisasi ke dalam
Pengelolaan Sampah Padat

Pemangku kepentingan pada semua tingkatan
memainkan peran penting dalam pencegahan dan
minimalisasi limbah, dan strategi pencegahan dan
minimalisasi harus mempertimbangkan norma dan
praktik sosial setempat, serta kondisi ekonorni dan
pasar. Baaian Keterlibatan Pemanaku Kepentingan
mengidentifikasi praktik terbaik untuk bekerja dengan
berbagai individu dan organisasi guna merancang
strategi pengelolaan sampah padat yang efektif.

Banyak negara sudah mempraktikkan beberapa bentuk
pengurangan limbah karena orang-orang menilai
material secara berbeda berdasarkan budaya mereka.
Memperbaiki dan menggunakan kembali, daur ulang,
menjual kembali, barter, dan memberi barang bekas
sebagai hadiah adalah praktik yang dianjurkan di
beberapa bagian dunia (UNEP 2005a).

POIN UTAMA

Tantangan dalam Implementasi
Kebijakan Pencegahan dan
Minimalisasi Limbah

Kota menghadapi banyak tantangan dengan menerapkan
kebijakan yang memerlukan perubahan perilaku
konsumen dan komersial yang luas. Sejumlah negara telah
memberlakukan kebijakan yang melarang atau membatasi
kantong plastik sekali pakai. Kantong-kantong yang tidak
terkumpul akan menjadi sampah yang menyumbat saluran
air hujan, menghambat proses pengolahan air limbah, dan
mengalir ke hiiir menjadi sampah laut.

Tantangan yang terkadang dihadapi oleh negara saat
melarang penjualan atau penggunaan kantong ini meliputi:

Vendor menggunakan kantong plastik yang dibeli
melalui pasar gelap

Konsumen mengandalkan kantong alternatif yang
memiliki dampak lingkungan lainnya (misalnya, terbuat
dari bahan yang tidak ramah lingkungan)

Akses terbatas bagi konsumen dan vendor ke alternatif
ekonomisyang bertahan lama.

Tantangan-tantangan ini menyoroti pentingnya
bekerja dengan para pemangku kepentingan guna
mengembangkan solusi kokoh yang dapat diterapkan
secara efektif.

Mengurangi jurnlah sampah untuk transportasi dan
pembuangan adalah praktik terbaik untuk program
pengelolaan sampah padat. Limbah dapat dipulihkan
di lokasi sumber, saat pengangkutan, dan di lokasi
pembuangan. Pemisahan lebih awal lebih disukai
karena hal ini akan menghasilkan material yang lebih
bersih dan berkualitas lebih tinggi, serta juga dapat
mengurangi biaya transportasi dan pembuangan.
Insentif yang mengintegrasikan dan mendorong
keterlibatan sektor informal dapat menjadi penting
untuk meminimalkan limbah (USAID 2018). Lihat bagian
Pemisahan, Penaumpulan, dan Penaanakutan.

Seperti yang telah dibahas pada bagian Kgrakterisasj
Limbah, pembangunan ekonomi umumnya mengarah
pada peningkatan konsumsi berbagai jenis barang
(terutama barang elektronik). Oleh karena itu, banyak
kota merasa terbantu jika memperhitungkan perkiraan
pembangunan ekonomi ketika merencanakan strategi
pencegahan dan minimalisasi limbah.

oo®

if-2»

m


-------
Pencegahan dan Minimalisasi

Pencegahan Limbah Makanan di Hong Kong

Sekitar 3.600 metrikton makarian terbuarig setiap hari di Hong Kong. Sampah makanan mewakili sekitar 40
persen dari semua sampah padat yang dikumpulkan dan diangkut untuk dibuang ke pembuangan akhir,
yang mengakibatkan penggunaan bahan bakar, kapasitas tempat pembuangan, dan tenaga kerja yang
berlebihan. Sebagian besar limbah makanan ini berasal dari supermarket, yang biasa membuang produk
yang tidakmemenuhi preferensi konsumen.

PARKnSHOP, yang mengoperasikan hampir 300 supermarket
di Hong Kong, teiah berusaha untuk mengurangi iimbah
makanan seraya menangani masalah sosial lainnya: menyediakan
makanan untuk populasi yang kurang mampu. Jaringan
supermarket tersebut menjalin kemitraan dengan organisasi
nonpemerintah (LSM) setempat/'Penyelamatan Makanan bagi yang
Membutuhkan." Melalui program ini, supermarket memberikan
kelebihan makanan yang akan terbuang percuma kepada LSM,
dan LSM mendistribusikannya kepada individu atau keluarga
yang membutuhkan. Dari 2012 hingga 2018, PARKnSHOP telah
menyumbangkan lebih dari 800 metrik ton makanan yang akan
terbuang ke tempat pembuangan akhir.

OO®©®®O©0©©O0


-------
Halaman ini sengaja dikosongkan.


-------
9 PEMISAHAN,
PENGUMPULAN,
DAN PENGANGKUTAN


-------
Referensi Utama

Penaumpulan Sampah Padat Kota di Neaara
Berkembana (UN-Habitat 2010)

Stasiun Transfer Limbah: Manual untuk

Penaumpulan Limbah: Sebuah Laporan
(Kogler 2007)


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

67

Bagian 9

Pemisahan, Pengumpulan,
dan Pengangkutan

Program pemisahan dan pengumpulan sampah yang
efektif merupakan komponen penting dari sebuah
sistem pengelolaan sampah terpadu. Kegiatan ini
melibatkan banyak pemangku kepentingan, mulai
dari rumah tangga individu hingga operator armada
pengumpul; banyak kota merasa bahvva menetapkan
metode komunikasi dan koordinasi yang jeias di antara
kelompok-kelompok tersebut adalah hal yang penting.
Pemisahan, pengumpulan, dan pengangkutan limbah
yang efektif juga melibatkan berbagai jenis infrastruktur,
termasukwadah untukmemisahkan dan menyimpan
limbah sebelum dikumpulkan; dan kendaraan seperti
gerobak, sepeda atau becak, dan truk.

Bagian ini memberikan gambaran umum tentang
manfaat dan tantangan pemisahan, pengumpulan, dan
pengangkutan limbah yang tepat, serta praktik terbaik
untuk menerapkan program-program ini.

Mengapa Pengumpulan Penting?

Sampah yang tidak terkumpul akan berakibat pada
pembuangan sampah sembarangan, pembuangan
ilegal, dan pembakaran,yang dapat menyebabkan
dampak kesehatan dan lingkungan yang serius pada
titiktertentu. Ini mencakup;

Sampah Laut. Plastik yang melewati sistem
pembuangan air selokan dan air hujan berakhir
di badan airyang mengalir ke lautan. Untuk
informasi selengkapnya tentang hubungan antara
pengelolaan sampah padat dan sampah laut, lihat
bagian Sampah Laut.

Banjir lokal. Limbah dapat menyumbat saluran air
dan memperlambat atau menghentikan aliran air
dari kota.

Hilangnya nilai real estat. Limbah yang dibuang
di jalan atau lahan terbuka akan merusak
pemandangan dan menurunkan nilai tanah.

Penyebaran penyakit. Hama, seperti parasit,
tikus, dan babi, tertarik dengan limbah yang tidak
terkumpul dan dapat membawa berbagai penyakit.

Polusi air lokal. Air lindi dari limbah yang dibuang
di tempat terbuka dapat mencemari sumber air
setempat.

Polusi udara lokal. Pembakaran limbah yang tidak
terkumpul akan memberikan kontribusi dalam
peningkatan konsentrasi polutan lokal berbahaya
seperti partikel halus dan senyawa organikyang
mudah menguap.

Tersumbatnya saluran air oleh limbah yang tidak terkumpul merupakan penyebab terjadinya banjir besar dan wabah
penyakit yang ditularkan melalui air di Surat, India, pada tahun 1994 (Wilson et a 1.2013). Saluran air yang tersumbat
oleh limbah kantong plastik juga menjadi alasan terjadinya banjir di Ghana (Hinshaw 2015) dan Bangladesh (BBC
News 2002). Limbah juga dapat didorong oleh air hujan atau tertiup angin ke saluran pembuangan dari fasilitas
pengumpulan atau transfer terdekat. Masalah ini dapat dicegah dengan mudah, dan menempatkan fasilitas seperti
itu jauh dari saluran air terbuka merupakan praktikyang terbaik.


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

68

run'

ill

iiiii



inn

F''

niiUp

H

HI

m

ir.-



jj|3'

rijii'l ; . U,H J-- . . I1, i	I.

¦m L

¦ « w



POIN UTAMA

Cakupan
Pengumpulan
dibandingkan
Efisiensi Pengumpulan

Saat menetapkan tujuan pengumpulan, kota mengetahui bahwa membedakan antara cakupan dan efisiensi
pengumpulan adalah ha I yang penting. Cakupan pengumpulan umumnya mengacu pada fraksi area geografis
kota tempat layanan pengumpulan disediakan. Efisiensi pengumpulan umumnya mengacu pada fraksi limbah
yang dihasilkan di area tertentu tempat limbah dikumpulkan. Sebuah kota yang mengumpulkan banyak limbah
yang dihasilkan di bagian kecil domain geografisnya akan dikatakan memiliki efisiensi pengumpulan yang tinggi,
tetapi cakupan pengumpulan yang rendah.

Perubahan iklim global. Dekomposisi
limbah organik dalam kondisi ariaerobik akan
menyebabkan emisi metana, gas rumah kaca
yang kuat. Selain itu, pembakaran limbah yang
tidak terkumpul akan berkontribusi pada emisi
karbon hitam, komponen partikel halus. Karbon
hitam adalah polutan iklim berumur pendekyang
memiliki dampak signifikan terhadap perubahan
iklim global.

Tantangan

Banyak kota berupaya untuk meningkatkan cakupan

dan efisiensi pengumpulan limbah mereka karena

berbagai faktor rumit, termasuk:

Peningkatan volume limbah. Urbanisasi yang
cepat, pertumbuhan penduduk, dan perubahan
pola konsumsi dengan pertumbuhan ekonomi
berkontribusi pada peningkatan jumlah limbah
yang dihasilkan.

Tempat terbatas untuk menyimpari dan
memindahkan limbah. Peningkatan kepadatan
penduduk mengurangi jumlah ruang yang tersedia
untuk tempat sampah komunitas dan stasiun transfer.

Masalah flsik dalam pengumpulan. Misalnya,
kota yang dibangun di lembah atau di lereng curam
cenderung memiliki jalan sempit yang sulit dilalui
untuk pengumpulan limbah yang layak.

Kurangnya pendanaan. Banyak kota menghadapi
masalah kekurangan dana, serta tuntutan untuk
menyediakan banyak layanan publik.

Kesadaran dan partisipasi pemangku
kepentingan yang terbatas. Skema pengumpulan
yang efektif bergantung pada masyarakat
yang terinformasi dengan baikdan bersedia
berpartisipasi, terutama dalam kasus ketika kota-
kota menerapkan sistem pengumpulan sumber
terpisah (dibahas di bawah). Untuk informasi
selengkapnya tentang strategi bekerja dengan
publik untuk meningkatkan kesadaran dan
partisipasi, lihat bagian Keterlibatan Pemanaku
Kepentingan.

PraktikTerbaik

Bagian ini menjelaskan praktikterbaik untuk menyimpan
dan mengumpulkan limbah, termasuk memahami
komposisi limbah, mengidentifikasi penyimpanan limbah
yang tepatsebelum pengumpulan, merencanakan lokasi
pengumpulan, memisahkan limbah untuk memfasilitasi
pengumpulan untuk pengolahan dan pembuangan
yang tepat, melibatkan sektor informal dalam
pengumpulan limbah, menggabungkan stasiun transfer,
mengoptimalkan frekuensi dan rute pengumpulan,
dan menggunakan kendaraan pengumpulan yang
paling tepat.

Komposisi Limbah

Karakterisasi sumber, kuantitas, dan jenis limbah dapat
membantu rencan kota dalam pengumpulan limbah.
Misalnya, kota perlu mengetahui volume setiap fraksi
aliran limbah di setiap bagian kota untuk mengatur
frekuensi pengumpulan yang tepat. Untuk informasi
selengkapnya tentang memahami aliran limbah, lihat
bagian Karakterisasi Limbah.

oeo®@@®®wo ®9@©@o


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

69

Coritoh 9.1. Karakteristik Infrastruktur
Penyimpanan

Kota Trichy mengawali penggunaan kode Quick Response (QR)™ dengan
meriyediakannya kepada penduduk dan perusahaan komersial di suatu lingkungan.
Informasi segera dimasukkan secara online saat pengumpul memindai kode QR™
di setiap titik pengumpulan, ha! ini memastikan tidak ada titik pengumpulan
yang terlewatkan. Bangalore melakukan contoh serupa, tetapi memperluasnya
untuk memastikan pemilahan yang tepat dengan meminta pengumpul limbah
mengunggah foto limbah yang tidak dipilah bersama dengan kode QR™ yang sesuai.

Infrastruktur Penyimpanan

Kota memanfaatkan infrastruktur penyimpanan limbah
untuk mengumpulkan limbah yang terkumpul sebelum
diangkut ke fasilitas pembuangan. Kota menggunakan
berbagai fasilitas dan peralatan terdesentralisasi untuk
menyimpan limbah, termasuk depot; area tertutup
atau pad; tempat sampah atau drum tetap untuk
penyimpanan komunal; dan tempat sampah, ember,
atau kantong portabel untuk penyimpanan area
pemukiman (UNEP 2005a).

Kota-kota teiah mendapat manfaat dari
mempertimbangkan berbagai faktor saat
merencanakan infrastruktur ini, termasuk jenis wadah
yang harus digunakan untuk jenis limbah yang berbeda,
ukuran wadah yang harus digunakan, dan lokasi
penempatan wadah. Sistem untuk menyimpan limbah
paling efektif jika dirancang dengan memperhitungkan
norma dan praktik budaya. Misalnya, kota dapat
menempatkan wadah di tempat yang mudah diakses
oleh truk pengumpul pada pagi hari ketika sebagian
besar rumah tangga biasanya membuang sampah
mereka. Kota dapat mengumpulkan masukan dari
pemangku kepentingan selama proses perencanaan
infrastruktur penyimpanan (lihat bagian Keterlibatan
Pemanaku Kepentingan untuk informasi selengkapnya).

Lokasi

Pendekatan yang berhasil adalah dengan
menempatkan wadah di area yang mudah diakses

oleh kendaraan pengumpul, dapat ditempuh dengan
berjalan kaki oleh pengguna yang dituju, dan berada
di lokasi yang dapat diterima oleh penduduk. Sistem
penyimpanan yang dirancang dengan baiktidakakan
efektif jika kontainer berada di lokasi yang tidak nyaman
bagi penduduk atau pengumpul limbah.

Desain

Merancang wadah pengumpulan limbah agar mudah
digunakan adalah praktik yang terbaik. Wadah
jalanan yang sulit digunakan (misalnya, jika memiliki
tutup mekanisyang berat) mendorong orang untuk
membuang sampah di samping wadah, bukan di
dalam. Faktor ini tidak hanya mengakibatkan masalah
sanitasi, tetapi limbah yang berserakan membutuhkan
waktu lebih lama untuk dimuat ke dalam kendaraan
pengumpul. Di area tempat anak-anak biasanya
membuang sampah rumah tangga, kota merasa
terbantu jika merancang wadah yang memudahkan
penggunaan oleh anak-anak (misalnya, wadah yang
lebih pendek dan memiliki tutup yang mudah dibuka).

OO0O0§Q ®w0®9@©@0


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

70

INTIMASALAH |g|

Pengumpulan
Komunal di Addis
Ababa, Ethiopia

sampah di Platform
Penaetahuan Sampah

PadatKota (CCAC
k 2015). J

Otoritas Pembersihan Addis Ababa bertanggurig jawab atas pengumpulan limbah primer.
Otoritas tersebut mempekerjakan perusahaan skala mikro dan kecil yang terdaftar.
Perusahaan-perusahaan ini membekali pekerja dengan kereta dorong berukuran 1,5 meter
kubik untuk mengumpulkan limbah kira-kira setiap hari dari pengembangan perumahan
multikeluarga, mengikuti model pengumpulan komunal. Ketika pekerja tiba di suatu
area perumahan, mereka memperingatkan penduduk (misalnya, dengan membunyikan
bel) untuk membawa limbah mereka ke pintu masukgedung. Para pekerja kemudian
mengangkut limbah menggunakan kereta dorong ke"titik lewati"(misalnya, stasiun
transfer; lihat Contoh 9.6), tempat limbah tersebut diletakkan di dalam wadah berukuran
8 meter kubik sampai dikumpulkan oleh truk.

Jika limbah dipilah sebelum pengumpulan, desain
tempat sampah di tempat tinggal dan lokasi komunal
harus dapat mendorong orang untuk membuang limbah
ke tempat sampah yang sesuai. Misalnya, tempat sampah
dapat diberi kode warna untuk memudahkan pemisahan
limbah; biru dapat mewakili daur ulang dan coklat dapat
mewakili limbah organik. Gambar dan daftar hal yang
boleh dan tidak boleh ditempatkan di tempat sampah
komunal dapat dipasang di atau dekat tempat sampah.

Menentukan ukuran wadah dengan tepat juga
merupakan praktikyang terbaik. Jika wadah terlalu
kecil, sampah akan menumpuk di tanah di sekitarnya.
Jika wadah terlalu besar, orang mungkin akan
cenderung membuang barang berukuran besar dan
berat ke dalam wadah.

Pemeliharaan

Memelihara area di sekitar wadah pengumpulan limbah
adalah praktik terbaik, karena penduduk cenderung
membuang limbah di luar wadah jika wadah kotor
atau terhalang (UN-Habitat 2010). Di banyaknegara,
sektor informal biasanya memilah limbah dalam wadah
komunal, mencari barang yang dapat mereka jual ke
pendaur ulang, yang dapat mengakibatkan sampah
berserakan di sekitar wadah. Hewan liarsering mencari
makanan di sekitar wadah penyimpanan limbah. Salah
satu pendekatan untuk mengendalikan masalah ini
adalah dengan memberikan tanggung jawab khusus

kepada pekerja sektor informal atas wadah tertentu,
yang memungkinkan mereka mengakses limbah sebagai
imbalan untuk menjaga kebersihan area tersebut (UN-
Habitat 2010). Untuk informasi lebih lanjut tentang
keterlibatan sektor informal dalam pengelolaan sampah,
lihat bagian Daur Ulana Sektor Informal. Beberapa
kota telah mengurangi biaya pemeliharaan dan
meminimalkan pemulungan dengan memasang wadah
yang memiliki tempat di atas tanah dan repositori bawah
tanah yang hanya dapat diakses oleh pengumpul resmi.

Model Pengumpulan

Kota menggunakan berbagai model pengumpulan
untuk memastikan cakupan dan efisiensi pengumpulan
yang tinggi. Memilih model pengumpulan yang paling
tepat juga akan membantu kota menghindari biaya yang
berlebihan. Kota biasanya mempertimbangkan berbagai
variabel ketika menentukan model koleksi mana yang
paling cocok untuk situasi mereka (lihat Contoh 9.2).

Pemisahan Limbah

Pemisahan, atau pemilahan limbah, sebelum atau
selama pengumpulan akan meningkatkan efisiensi
dan mengurangi biaya karena meminimalkan biaya
tenaga kerja dan infrastrukturyang diperlukan
untuk memisahkan limbah campuran. Limbah dapat
dipisahkan oleh pihak yang berbeda pada setiap
langkah dalam proses pengumpulan:


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

71

Contoh 9.2. Ilustrasi Perbandingan Model Koleksi

Pengumpulan Tepi Jalan/Pintu ke Pintu

Dalam pengumpulan tepi jalan, sampah dikumpulkan di setiap properti
rumah tangga. Saat kendaraan pengumpul lewat, pengumpul sampah
membunyikan bel atau mengumumkan kedatangan mereka guna
memperingatkan pendudukagar membawa sampah mereka ke jalan,
tempat sampah dikumpulkan untuk diangkut ke fasilitas pemindahan
atau pengumpulan. Rumah tangga dapat memiliki satu tempat sampah,
atau beberapajika diterapkan pemisahan sumber; lihatbagian Pemisahan
Sampah. Dengan jenis pengumpulan ini, kota umumnya menginformasikan
penduduktentang hari dan waktu pengambilan sampah.

Dalam sistem pengumpulan beberapa kota, tempat sampah dapat ditinggalkan
di luar selama berjam-jam; dalam kasus ini, pendekatan yang mapan adalah
dengan memastikan bahwa tempat sampah memiliki penutupdan/atau cukup
berat untuk mencegah hewan memasukinya atau menjatuhkannya.

Teknologi dapat meningkatkan efisiensi pengumpulan pintu ke pintu;
misalnya, kota dapat meminta pengumpul sampah menggunakan kode
Quick Response (QR)™ untuk memastikan bahwa sampah dikumpulkan
dan dipisahkan dengan benar.

Keuntungan:

Lebih praktis bagi para penduduk

Konsistensi dalam pengumpulan
sampah

Kerugian:

Lebih mahal karena seringnya
pemberhentian kendaraan

Beberapa area rumah tangga
mungkin tidakterjangkau karena
kondisi jalan dan ukuran kendaraan

Potensi pembakaran atau
pembuangan ilegal karena
pengumpulan yang tidak sering

Melewatkan pengumpulan jika
penduduk tidak berada di rumah

Pengumpulan Komunal



it





Pada model pengumpulan komunal, penduduk membawa sampah ke
tempat sampah besaryang diletakkan di tengah-tengah lingkungan
mereka. Dengan jenis pengumpulan ini, kota mengirimkan kendaraan
pengumpul untuk menyingkirkan sampah secara teratur. Pengumpulan
komunal akan berjalan dengan baik bila ada dukungan yang cukup besar
untuk partisipasi di kawasan padat.Teknologi pintar dapat digabungkan
dengan memiliki sinyal monitor elektronik ketika tempat sampah besar
penuh, hal ini akan membantu kota menghindari tempat sampah yang
terlalu penuh dan mengurangi biaya pengumpulan dengan mengurangi
jumlah perjalanan ke tempat sampah yang tidak penuh.

Keuntungan:

Lebih sedikit pemberhentian bagi
kendaraan pengumpul

Lebih sedikit sampah yang disimpan
di rumah penduduk

Kerugian:

Potensi terjadinya pembuangan ilegal
jika lokasi tempat sampah tidak mudah
dijangkau

Hewan dapat memasuki atau
menjatuhkan tempat sampah
jika tidak dirancang dengan benar

Pembakaran sampah ilegal jika
tidak diangkut secara berkala

OO0O0§Q©O®9@@©0


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

72

Penghasil limbah. Beberapa kota menyediakan
tempat sampah berkode warna kepada penduduk
dan meminta agar sampah dipilah dari sumbernya
(Gambar 9.3). Misalnya, Peraturan Pengelolaan
Sampah Padat Kota India menetapkan persyaratan
nasional untuk pengelolaan sampah padat
setempat. Aturan ini mengatur bahwa tempat
sampah hijau digunakan untuk limbah organik,
tempat sampah putih untuk daur ulang, dan
tempat sampah hitam untuk semua limbah lainnya.
Perusahaan komersial terkadang memiliki beberapa
tempat sampah untuk memisahkan kertas, plastik,
logam, kaca, dan iimbah organik.

Pengumpulan. Di beberapa kota, pengumpui
sampah menggantung beberapa kantong di
gerobak dorong, gerobak sepeda, atau kendaraan
mereka; dan menggunakannya untuk memisahkan
sampah saat mereka mengumpulkannya dari
rumah tangga (Gambar 9.3). Mereka biasanya
memisahkan barang-barang yang dapat didaur
ulang ke dalam kantong dan menyimpan barang-
barang yang tidak dapat didaur uiang, termasuk
limbah organik, ke dalam tempat sampah.

Jika kota memiliki fasilitas pengolahan limbah
organik (pengomposan atau digester anaerobik),
pengumpui juga dapat memisahkan limbah organik
pada waktu pengumpulan.

Tempat sampah komunal khusus. Beberapa kota
menyediakan tempat sampah komunal di kompleks
perumahan multikeluarga atau di lingkungan
tempat tinggal penduduk individual untuk
membuang limbah mereka. Banyakkota memiliki
pemisahan dengan tempat sampah berkode warna
(misalnya, biru untuk kertas dan produk kertas,
coklat untuk limbah organik, putih untuk kaca
bening, hijau untuk kaca berwarna, kuning/oranye
untuk material kemasan yang dapat didaur ulang,
dan abu-abu/hitam untuk limbah lainnya).

Kategori limbah yang dipilih kota untuk dipilah akan
bergantung pada kemampuan mereka dalam menangani
setiap kategori secara terpisah. Penting bagi kota untuk
mengidentifikasi pasar lokal dan regional untuk daur
ulang, dan menyesuaikan rencana pemilahan yang
sesuai. Dalam kasus ketika pasar untuk produk tertentu
saat ini tidak tersedia, kota dapat bekerja dengan sektor
swasta untuk mendorong permintaan pasar.

Sektor sampah informal memiliki peranyang signifikan
dalam pengelolaan sampah padat di banyak negara
berkembang. Pekerja sektor informal memilah sampah
untuk mengumpulkan sampah yang dapat didaur

Contoh 9.3. Tempat Sampah Pengumpulan Limbah
di Accra, Ghana

Contoh 9.4. Kereta Dorong dengan Pemilahan
Limbah di Coimbatore, India

Contoh 9.5. Pengumpui Limbah Memisahkan

Limbah Daur Ulang dari Aliran Limbah
di Kota Meksiko


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

73

Contoh 9.6. Stasiun Transfer Skala Kecil di Addis Ababa, Ethiopia (kiri); dan Stasiun Transfer
Skala Besar di Coimbatore, India (kanan)

ulang dari rurriah tangga dan tempat sampah komunal
(Gambar 9.5). Kota-kota di banyak riegara berkembang
sedang berupaya untuk menyertakannya ke daiam
aktivitas pengelolaan sampah padat formal. Bagian

Daur Uiana Sektor Informal memberikan informasi
tambahan mengenai daur ulang di sektor informal.

Fasilitas Transfer



Di berbagai negara, lokasi pembuangan besar terletak
jauh dari area padat penduduk. Dalam kasus seperti
itu, stasiun transfer digunakan sebagai titik perantara,
tempat sampah yang terkumpul akan disatukan (dan
disortir, jika bisa diterapkan) sebelum dipindahkan ke
tempat pembuangan. Limbah terkadang dipadatkan di
stasiun transfer untuk mengurangi jumlah perjalanan ke
tempat pembuangan.

Keuntungan Fasilitas Transfer

Mengonsolidasikan muatan dari kendaraan
pengumpul yang lebih kecil, termasuk sepeda dan
gerobak, ke kendaraan transfer yang lebih besar akan
membantu mengurangi biaya pengangkutan dengan
memungkinkan kru pengumpul menghabiskan
waktu lebih sedikit untuk bepergian ke dan dari lokasi
pembuangan yang jauh, serta memiliki waktu lebih
banyak untuk mengumpulkan sampah. Strategi ini juga
mengurangi pemakaian bahan bakar dan emisi, biaya
perawatan kendaraan pengumpulan, kerusakan jalan,
dan lalu lintassecara keseluruhan.

Stasiun transfer juga da pat berfungsi sebagai
lokasi untuk memilah dan memulihkan limbah (U.S.
EPA 2002b). Melakukan aktivitas penyortiran dan
pemulihan di stasiun transfer akan berkontribusi pada
penghematan bahan bakar, mengurangi keausan ban
truk, dan mengurangi jumlah perjalanan ke tempat
pembuangan akhir (USAID 2018).

Jenis Fasilitas Transfer yang Berbeda

Stasiun transfer dapat berupa fasilitas kecil, sangat
terdesentralisasi dan tidak mekanis, seperti lahan kosong
yang berfungsi sebagai tempat pembuangan sementara
bagi penduduk dan perusahaan komersial membuang
limbah mereka,atau tempat pengumpul utama (misalnya,
pengumpul yang menggunakan gerobak tangan
dan sepeda) mengirimkan limbah yang telah mereka
kumpulkan (Gambar 9.5). Stasiun transfer yang lebih
besar dan kuat dapat digunakan sebagai tempat untuk
mengumpulkan, memilah, dan memuat limbah dalam
jumlah lebih besar. Limbah yang tiba di stasiun transfer
ini dapat berasal langsung dari penduduk dan bisnis,
dari pengumpul sekunderyang mengambil limbah dari
stasiun transfer yang lebih kecil, atau dari trukkota yang
mengumpulkan sampah langsung dari sumbernya.

Meletakkan Fasilitas Transfer

Fasilitas transfer harus ditempatkan jauh dari saluran
pembuangan terbuka untuk mencegah limbah
menyumbat sistem drainase dan memasuki saluran air,
dan harus dibangun atau ditempatkan di permukaan
kedap air. Pertimbangan pemilihan lokasi lainnya
mencakup jarakyang dibutuhkan oleh kendaraan yang
lebih kecil untuk pergi dari lokasi pengumpulan utama
ke stasiun transfer, dan kendaraan yang lebih besar
untuk pergi dari stasiun transfer ke lokasi pembuangan.

Frekuensi Pengumpulan

Umumnya, kota mengumpulkan limbah pada
interval yang berbeda, tergantung berbagai faktor.
Pertimbangan utama saat menentukan seberapa sering
limbah akan dikumpulkan meliputi:

Biaya Semakin besar frekuensi layanan (misalnya,
harian, mingguan), maka semakin mahal biaya
operasi sistem pengumpulan.


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

74

Harapan dan waktu konsumen. Banyak kota
merasa terbantu jika mengoordinasikan waktu
pengumpulan limbah di area komersial sesuai
dengan operasi bisnis setempat (misalnya,
pengumpulan dapat dilakukan setelah pasartutup).
Banyak kota juga mengatur pengumpulan pada
waktu lalu lintas jalan tidakterlalu padat.

Keterbatasan Kapasitas. Armada pengumpulan
limbah mungkin perlu mengumpulkan limbah lebih
sering di lingkungan rumah tangga, karena tempat
sampah komunal atau rumah tangga mencapai
kapasitas dengan cepat.

Iklim. Kota-kota di iklim tropis cenderung
mengumpulkan limbah setiap hari karena limbah
biodegradable terurai lebih cepat pada iklim ini,
serta mulai berbau dan menarik lalat dan hama
pembawa penyakit lainnya. Kota-kota di zona iklim
sedang dapat mengumpulkan sampah setiap dua
minggu atau satu minggu.

Rute Pengumpulan yang Dioptimalkan

Mengoptimalkan rute pengumpulan limbah akan
mengurangi biaya tenaga kerja, bahan bakar, dan
perawatan kendaraan. Selain itu, pengurangan waktu
perjalanan akan menghasilkan emisi kendaraan
yang lebih rendah, dan bermanfaat bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Pengoptimalan rute adalah
proses empat langkah (Shuster 1974):

1.	Meninjau kebijakan yang sudah ada untuk
memahami peran dan tanggung jawab departemen
yang bertanggung jawab atas pengelolaan sampah
padat. Evaluasi ini mencakup pemahaman atas
pendanaan pengumpulan limbah, undang-undang
ketenagakerjaan yang memengaruhi pengumpul,
dan area layanan.

2.	Merutekan area layanan secara makro atau
menentukan cara rute pengumpulan harian
ditetapkan, berdasarkan peninjauan lokasi
pemrosesan dan pembuangan yang ada. Perhitungan
ini melibatkan penentuan jumlah optimal limbah
yang dapat diproses dan dibuang setiap hari, dan
membagi area pengumpulan menjadi subbagian
atau distrikyang dapat dilayani oleh kru pengumpul
dengan sepantasnya pada hari tertentu.

3.	Melakukan penyeimbangan dan membagi distrik rute
untuk memastikan bahwa beban kerja didistribusikan
secara merata di antara kru pengumpul.

4.	Merutekan area layanan secara makro, atau melihat
secara detail di area layanan untuk menentukan

rute kendaraan pengumpul. Tinjauan ini penting
untuk mengoptimalkan rute pengumpulan
sampah, yang berpotensi untuk menghemat
biaya secara signifikan. Perutean mikro perlu
mempertimbangkan banyak faktor, termasuk
fitur geografis, pertimbangan demografis, desain
kendaraan, fitur titik pengumpulan, persyaratan
bagi penduduk dan bisnis untuk meletakkan limbah
mereka di jalan, dan frekuensi pengumpulan. Kota-
kota merasa penting untuk mempertimbangkan
penyesuaian rute berdasarkan perubahan musim
atau pertumbuhan populasi.

Beberapa kota (mis, East Delhi Municipal Corporation di
India) telah memasukkan sistem pintar dengan pencari
sistem pemosisi global yang terpasang di kendaraan
pengumpul,yang memungkinkan untuk melacak
kendaraan mereka, dan memastikan bahwa kendaraan
tidak menganggur atau melewati area pengumpulan.

Kendaraan Pengumpul

Pemilihan kendaraan pengumpul sampah dapat
berdampak besar pada efisiensi program pengumpulan
sampah padat. Kota umumnya mempertimbangkan
faktor berikut dalam memilih kendaraan yang sesuai:

Ukuran kendaraan. Menetapkan ukuran kendaraan
berdasarkan jumlah limbah yang akan dikumpulkan
adalah praktikterbaik.Trukpemadat besar hanya
cocok jika volume limbah yang relatif besar diambil
di setiap pemberhentian. Truk besar tidak cocok
untuk pengumpulan limbah dalam jumlah kecil
yang sering, truk kecil atau sepeda roda tiga akan
lebih menghemat biaya. Truk besar juga tidak sesua
di gang sempit atau ruang jalan yang terbatas.

Jenis limbah yang dikumpulkan. Pengumpulan
limbah yang sudah dipilah mungkin memerlukan
kendaraan dengan banyak kompartemen,
tergantung pada tingkat pemilahan.

Frekuensi pemberhentian. Frekuensi
pemberhentian biasanya mengarahkan pilihan kota
untuk memungkinkan kendaraan mulai dan berhenti
secara konstan, dan bergerak dengan kecepatan
rendah dalam kondisi cuaca tertentu (panas, lembab,
berdebu) atau di jalan yang tidak beraspal.

Kapasitas kendaraan pembawa muatan. Kota
dapat memperkirakan berapa banyak rumah tangga
yang dapat dilayani dengan kendaraan mereka
sebelum kapasitas terpenuhi, dan menetapkan
target untuk setiap kendaraan agar melayani
kurang dari jumlah tersebut.

OO0O0§Q©O®9@@©0


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

75

INTIMASALAH jgj

Kendaraan Listrik
Pengumpul Sampah di Rio
de Janeiro, Brazil

kendaraan DenaumDul

elektrik Rio de Janeiro

(C40 Cities 2018).

Rio de Janeiro telah mengadopsi tujuan yang ambisius untuk iklim dan kualitas
udara guna mengurangi kontribusinya terhadap perubahan iklim dan polusi
udara lokal. Perusahaan pengelolaan limbah kota baru-baru ini membeli
sejumlah kendaraan pengumpul elektrik untuk mengumpulkan limbah rumah
sakitdari beberapa area kota.

Perawatan kendaraan. Banyak kota memahami
bahwa memilih kendaraan yang umum
tersedia atau mudah dirawat (USAID 2018) akan
meningkatkan keandalan kendaraan. Perbaikan
dapat diselesaikan lebih cepat jika suku cadang
dapat dibeli dari pengecer setempat dengan
mudah, tanpa memerlukan valuta asing dan impor.
Memantau kondisi setiap kendaraan melalui
pemeriksaan rutin akan memungkinkan operator
untuk mengganti komponen sebelum rusak.

Emisi kendaraan. Banyak kota yang semakin
khawatirakan kontribusi kendaraan heavy-duty
terhadap polusi udara lokal. Armada pengumpulan
sampah dapat menyumbangkan sejumlah besar
materi tertentu kepada lingkungan setempat,
terutama karena armada ini biasanya beroperasi
setiap hari, berkendara jarakjauh ke lokasi
pembuangan, mungkin tidakterawat dengan baik,
dan menghabiskan banyak waktu menganggurdi
lalu lintas atau di titik pengumpulan. Untuk alasan-
alasan ini, banyak kota yang mempertimbangkan
bahan bakaralternatif atau kendaraan rendah emisi
untuk armada pengumpulan mereka.

Pilihan Kendaraan

Ada banyak pilihan jenis kendaraan pengumpul

sampah, mulai dari gerobak dorong tanpa mesin hingga

truk pemadat besar:

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Apakah kru telah menetapkan batas rute?

Apakah peta kru telah diperbarui dalam dua
tahun terakhir?

Apakah rute saat ini dikembangkan berdasarkan
pada waktu, jarak, kapasitas kendaraan, dan
geografi?

Apakah hasil limbah kira-kira tetap stabil sejak
pembaruan rute pengumpulan limbah terakhir?

Apakah semua kru menyelesaikan rute mereka
sesuai jadwal?

Apakah supervisor layanan pengumpulan
mengetahui berapa banyak pemberhentian
dan wadah yang digunakan dalam setiap rute
individu?

Apakah supervisor layanan pengumpulan tahu
berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap rute.

Apakah ada mekanisme bagi pengguna untuk
mengajukan keluhan tentang pengumpulan
yang terlambat atau tidak tepat, dan untuk
meninjau dan menangani masalah tersebut?

OO0O0§Q©O®9@@©0


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

76

GerobakTangan. Gerobak
tangan dapat digunakan untuk
pengumpulan dari pintu ke pintu di
jalan-jalan sempit yang tidak dapat
dimasuki oleh truk lebar. Limbah
diangkut dengan gerobak dan dibawa ke truk yang
menunggu di ujung jalan. Penggunaan gerobak tangan
meningkatkan kebutuhan akan jumlah tenaga kerja,
tetapi memastikan bahwa semua penduduk memiliki
akses ke layanan pengelolaan sampah padat. Gerobak
tangan biasanya memiliki kotakterbuka yang dipasang
dan dirancang agar limbah yang terkumpul dapat
diambil atau dikosongkan langsung ke truk
pengumpul limbah.

Sepeda atau becak berpedal.

Sepeda berpedal telah
meningkatkan kecepatan dan
kemampuan untuk menjangkau
lebih banyak penghuni dalam waktu
lebih singkat. Sepeda ini sering
memiliki tempat yang terpasang di
depan atau belakang, tempat limbah diletakkan
(UNEP 2005a).

wtr

Gerobak hewan. Kuda,
bagal, dan keledai juga dapat
digunakan untuk mengangkut
limbah dengan gerobak.

Penggunaan gerobak hewan
dapat menguntungkan karena tidak memerlukan
bahan bakarfosil, memiliki modal dan biaya operasional
yang sangat rendah dibandingkan dengan kendaraan
bermotor, dan menghasilkan lebih sedikit kebisingan
daripada truk pengumpul besar. Gerobak dirancang
untuk dituangkan ke lokasi pemindahan atau
penyimpanan (UNEP 2005a).



Becak bermotor. Sepeda motor
roda tiga adalah cara lain untuk
mengumpulkan limbah dari warga
di sepanjang jalan sempit di area
perkotaan. Desainnya mirip dengan
sepeda berpedal dan umum digunakan di Asia. Becak
bermotor menggunakan lebih sedikit bahan bakarfosil
daripada truk, dan mampu membawa lebih banyak
beban dan bergerak dengan kecepatan lebih tinggi
daripada gerobak tangan atau sepeda pedal.

Sistem traktor dan trailer.

Sistem traktor-trailer
memungkinkan pengangkutan
jumlah limbah yang lebih
besar, kemudian dengan

mudah dipindahkan dengan melepaskan trailer.
Kemampuan ini menjadikan opsi traktor-trailer sebagai
opsi yang sesuai, terutama untuk tempat pengumpulan
sampah komunal.

Truk. Truk komersial juga dapat
mengumpulkan limbah, terutama
dari tempat sampah komunal.

Desainnya biasanya mencakup
flatbed besar dipasang di semua sisi dan terbuka
di bagian atas dengan engsel berbalik.Truk-truk
ini biasanya tidak dirancang untuk pengumpulan
limbah, oleh karena itu, memerlukan tangga atau
seseorang untuk melempar dan membuang limbah
secara manual.



Penuang depan dan belakang.

Desain ini memungkinkan
pemuatan dari belakang yang
mudah sambil membawa limbah
padat dalam jumlah besar.

Bagian belakang truk ini dapat

bergerak maju mundur untuk memadatkan limbah atau
membuang isi saat berada di fasilitas pembuangan.Truk
seperti ini sering kali cocok untukaliran limbah di negara-
negara yang memiliki persentase limbah padat dan
lembabyang tinggi.

Kota telah mengetahui bahwa mencegah sampah
jatuh selama proses pengumpulan limbah juga hal
yang penting. Sejumlah kecil limbah dapat berserakan
di jalan selama proses pemuatan. Mengoordinasikan
pekerjaan kru pengumpul dan penyapu jalan dapat
memastikan bahwa limbah yang dibuang dengan cara
ini disingkirkan dengan cepat. Selanjutnya, limbah di
kendaraan pengumpul yang terbuka dapat ditutup
dengan jaring atau bahan lain untuk mencegahnya
jatuh ke jalan.

Pemulihan Biaya

Pengumpulan limbah dapat mengambil sebagian
besar anggaran operasional kota. Maka, kota di negara
berpenghasilan rendah umumnya memiliki layanan
pengumpulan limbah yang kurang komprehensif jika
dibandingkan dengan negara berpenghasilan tinggi
(Kaza et al. 2018). Menetapkan cara memulihkan biaya
pengumpulan limbah adalah komponen utama dari
program pengumpulan limbah yang berkelanjutan
dan efektif.

Untuk informasi selengkapnya tentang pembiayaan
program pengelolaan sampah padat, lihat bagian_
Pertimbanaan Ekonomi.

OO0O0§Q©O®9@@©0


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

77

Sampah Laut

Limbah yang dihasilkan di darat dapat rnencapai
perairan laut melalui berbagai proses jika tidak
dikumpulkan dengan benar. Misalnya, limbah yang
tidak terkumpul dapat dibuang atau tertiup ke perairan
pantai atau sungai (NOAA 2019). infografis di halaman
berikut mengilustrasikan cara berbagai sumber
berkontribusi terhadap masalah global sampah plastik
laut. Seperti yang ditunjukkan oleh grafik, sebagian
besar sampah plastik laut (sebanyak 80 persen menurut
beberapa perkiraan) berasal dari sumber yang berada di
darat (Eunomia Tidak Bertanggal).

Kesadaran akan prevalensi sampah laut pada skala
global - dan kekhawatiran atas dampaknya -
berkembang dengan pesat. Bersamaan dengan itu,
masalah sampah laut menjadi lebih parah karena
jumlah limbah yang terurai secara lambat semakin
menumpuk di lautan. Ada perhatian internasional
pada peningkatan pengumpulan limbah dan opsi
pengelolaan untuk mengurangi sampah laut. Bagian ini
mengidentifikasi dampak penyebab sampah laut, dan
praktik terbaik untuk menguranginya.

Dampak-Dampak

Dampak utama yang berkaitan dengan sampah
laut meiiputi:

Dampak spesies. Ikan, mamalia, dan tumbuhan dapat
terdampak langsung oleh sampah laut, baik melalui
pengonsumsian bahan, kerusakan fisik karena benda
terapung atau tenggelam, atau jebakan (misalnya,
dalam jaring yang terlepas).

Kerusakan habitat. Sampah laut dapat membahayakan
seluruh habitat atau ekosistem melalui dampak
fisik (misalnya, pada terumbu karang) atau melalui
efek cascading pada spesies yang berada di dasar
rantai makanan.

Dampak ekonomi. Sampah laut dapat merusak
infrastruktur laut dan kapal, menurunkan estetika di
daerah yang bergantung pada pariwisata (misalnya,
pantai), dan membahayakan individu dan bisnis yang
bergantung pada kesehatan sumber daya laut.

Praktik Terbaik

Cara paling efektif untuk meminimalkan dampak
sampah laut yang berasal dari darat adalah dengan
berfokus pada sumbernya,yang meiiputi:

Meminimalkan dan mencegah limbah

Cara terbaik untuk mencegah sampah laut adalah
dengan menghindari menghasilkan limbah sejakawal.
Untuk informasi selengkapnya tentang praktik terbaik
untuk peminimalan dan pencegahan limbah, lihat
bagian Penceaahon dan Peminimalan.

Meningkatkan sistem pengumpulan limbah

Meningkatkan sistem pengumpulan limbah (misalnya,
dengan meningkatkan cakupan dan efisiensi
pengumpulan) dapat membantu mengurangi
risiko dibuangnya limbah secara tidak semestinya
ke saluran air, secara tidak sengaja tersapu ke hilir
saat badai, atau dibiarkan masuk ke lautan. Untuk
informasi selengkapnya mengenai praktik terbaik
untuk pengumpulan limbah, lihat bagian Pemisahan,
Pengumpulan, dan Pemindahan . Contoh 9.7
memberikan studi kasus tentang bagaimana Santos,
Brasil meningkatkan pengumpulan limbah untuk
mengurangi sampah laut.

Memperkuat upaya daur ulanq

Dengan mendukung industri daur ulang lokal, kota
dapat menciptakan permintaan atas material (terutama
plastik, yang menyumbang sebanyak 90 persen dari
sampah laut) yang mungkin masuk ke saluran air yang
menuju ke laut (Konvensi Basel 2020). Untuk informasi
selengkapnya mengenai praktik terbaik untuk daur
ulang, lihat bagian Daur Ulana.

OO0O0§Q ®w0®9@©@0


-------
PLASTIK Dl LINGKUNGAN KELUATAN:



DARI MANA A5ALNYA? KEMANA PERGINYA?

•

* •

eunomia isii

m





BER8ASIS Dl TANAH - PEDALAMAN - 0.50 Mlpa

BERBASIS Dl
TANAH - PESISIR

9

Juta ton
setiap tahun

MIKROPLASTIK UTAMA-
0,95 Juta ton setiap tahun

¦4

TOTAL PLASTIK
YANGMASUK KE
LINGKUNGAN LAUT

12.2

Juta ton
per tahun



Dl LAUT	SAMPAH PEMANCINGAN -1,15	,

1,75	• »E •

Mtpa	SAMPAH PENGIRIMAN -0,60 ».

*4

PERMUKAAN
LAUT

18kg/km2
(1 % dari total)*

>»\v.

I	I	I	I

~i

• ••
• •••
• ••••

DASAR LAUT

70kg/km2 (94% dari total)

i ? . .?<• IL £9f •

*Konsentrasi paket yang ditemukan di pilin Pasifik Utara.
Konsentrasi rata-rata secara global adalah 1kg per km2

Meninakatkan pembuangan limbah
ramah lingkungan

Jika limbah tidak dapat didaur ulang, limbah tersebut
harus dikeiola dan dibuang dengan cara yang ramah
lingkungan. Renting halnya untuk memiiiki opsi
pembuangan guna membatasi atau mencegah
pembuangan ilegal atau tempat pembuangan terbuka,
yang menyebabkan sampah dapat dengan cepat terbawa
angin dan berakhir di saluran air dan, pada akhirnya, laut.
Untuk informasi selengkapnya tentang meningkatkan
pembuangan llimbah, lihat baaian Penaelolaan Tempat
Pembuangan Sampah dan Sanitary Landfill.

Meskipun ada kemajuan dalam teknologi pembuangan
sampah laut, membersihkan sampah laut tetap
merupakan upaya padat karya. Upaya pembersihan
juga mahal dan tidak memadai untuk mengatasi
masalah sampah laut sepenuhnya. Oleh karena itu, cara
terbaik untuk mengatasi sampah laut adalah dengan
mencegahnya masuk ke lingkungan lautan.

Sumber: Eunomia.

Sumber Daya Utama untuk
Sampah Laut

Strateai untuk Menauranai Polusi Plastik Laut dari
Sumber Berbasis Daratan di Neaara Berpenahasilan
Rendah - Menenaah (IGES dan UNEP 2020)

Sumber (NOAA 2019)

Buku Panduan Kebiiakan Plastik: Strateai untuk Lautan
Bebas Plastik (Konservasi Laut dan Aliansi Laut Bebas
Sampah 2019)

Beriuana demi Laut Bebas Sampah: Menaakhiri Aliran
Sampah pada Sumbernva (Konservasi Laut 2019)

Kemitaraan Global untuk Sampah Laut [UNEP Tidak
Bertanggal(a)]

Plastik Sekali Pakai: Roadmap untukKeberlaniutan
(UNEP 2018b)

oeo®@@®®wo ®9@©@o


-------
9

Pemisahan, Pengumpulan, dan Pengangkutan

79

Contoh 9.7 STUDI KASUS

Skema Pengumpulan Terpisah Pintu-ke-Pintu Santos, Brasil

Dalam perigelolaan sampah padat, Santos menghadapi masalah seperti penutupan tempat pembuarigan, tidak
tersediariya lahan untuk tempat pembuarigan baru, dan tirigkat daur ulang yang rendah. Mengingat lokasi Santos
yang dekat dengan garis pantai Brasil, sampah laut juga menjadi perhatian utama.

Untuk mengurangi sampah yang masuk ke laut, Santos mendirikan Lixo Limpo pada tahun 1990, sebuah
program untuk mengumpulkan sampah kering yang dapat didaur ulang di sepanjang tepi pantai. Pada tahun
1995, program tersebut diperluas untuk mengumpulkan sampah kering yang dapat didaur ulang dari seiuruh
wilayah. Untuk mengurangi sampah laut lebih banyak, Santos mendirikan "Recicla Santos,"yang dikodifikasi
menjadi undang-undang pada tahun 2016. Program ini memberlakukan denda kepada pihakyang tidak patuh,
menerapkan kewajiban pemilahan sumber menjadi sampah basah dan kering untuk meningkatkan pengumpulan.
Skema pengumpulan terpisah dari pintu ke pintu ini telah mengumpulkan 4.500 metrik ton bahan kering yang
dapat didaur ulang antara tahun 2017 dan 2018.

Komponen utama dalam skema pengumpulan terpisah adalah peraturan yang terpisah untuk penghasil sampah
kecil dan besar. Penghasil sampah kecil (misalnya, rumah tangga dan usaha kecil) harus memilah sampah kering dan
basah, yang dikumpulkan oleh layanan pengumpulan sampah dari pintu ke pintu. Penghasil sampah besar (misalnya,
yang menghasilkan hingga 120 kilogram atau 200 liter per hari) juga harus memilah sampah mereka. Namun,
mereka bertanggung jawab untuk mengontrak pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir sampah
dari penyedia swasta. Pemerintah kota akan mengumpulkan sampah kering mereka dengan otorisasi sebelumnya.

Kemitraan Santos dengan institusi setempat untuk mengedukasi anggota
masyarakattentang pengumpulan dan pemisahan juga telah berhasil.

Selain skema pengumpulan dari pintu ke pintu dengan pemisahan
sumber, Santos juga menerapkan "Cata treco" sebuah program untuk
mengumpulkan sampah konstruksi dan pembongkaran secara masal
sesuai permintaan untuk menghindari pembuangan yang tidak
memadai. Kota tersebut memperkirakan bahwa program ini telah
mengumpulkan 36.646 metrik ton sampah pada tahun 2017. "Cata
treco"adalah bagian dari kemitraan yang beroperasi di luar pasar kota
dan melatih penduduk untuk menggunakan kayu dari furnitur bekas.
Program ini telah menggunakan kembali sekitar 3 metrik ton kayu yang
akan dibuang ke tempat pembuangan.

management system



OO0O0§Q ®w0®9@©@0


-------
Halaman ini sengaja dikosongkan.


-------


10 PENGELOLAAN
LIMBAH ORGANIK

0@©O0


-------
Referensi Ufama

Municipal Solid Waste Knowledge Platform
[CCACTidak Bertanggal(a)]

U.S. EPA Anaerobic Digestion Web Site
(U.S. EPA 2020a)

Biogas SectorTools and Resources (GMI 2020)

Technical Guidance on the Operation of
Organic Waste Management Treatment Plants
(CCAC dan ISWA 2016b)

Sustainable Financing and Policy Models for
Municipal Compostinc (World Bank 2016)

Toward Sustainable Municipal Organic Waste
Management in South Asia (ADB and the
Australian Government Aid Program 2011)

Global Food Waste Management: An
Implementation Guide for Cities
(Jain et al. 2018)

Reducing Food Loss and Waste: Setting a
Global Action Agenda (Flanagan et al. 2019)

Anaerobic Digester (AD) Project Screening
Tool (CCAC 2018a)

OrganEcs -Cost Estimating Tool for
Managing Source-Separated Organic Waste
(U.S. EPA 2016c)

9@©@0


-------
Pengelolaan Limbah Organik

83

Bagian 10

Pengelolaan Sampah Organik

Sampah organik menyumbang lebih dari setengah
aliran sampah padat di banyak negara berpenghasilan
rendah (Kaza et al. 2018). Banyak kota mengetahui
bahwa mengalihkan sampah organik dari tempat
pembuangan dapat memberikan manfaat kesehatan,
ekonomi, dan lingkungan yang cukup besar. Strategi
pengelolaan sampah organik seperti pengomposan dan
penguraian anaerobik (AD), yang melibatkan proses
alami untuk mengubah kandungan organik menjadi
biogas, adalah pilihan yang memungkinkan di sebagian
besar lokasi, tetapi memerlukan perencanaan dan
implementasi yang cermat.

Bagian ini memberikan gambaran umum tentang
manfaat mengalihkan sampah organik dari tempat
pembuangan sampah dan tempat pembuangan akhir,
serta praktik terbaik untuk pengelolaan sampah organik
(termasuk pengomposan dan AD).

Apa itu sampah Organik?

Sampah organik pada aliran sampah padat umumnya
dibagi menjadi dua kategori:

Pembuangan dan Limbah Makanan. Limbah
makanan termasuk produkyang tidakterpakai dari
sumber prakonsumsi (misalnya, pasar dan restoran)
dan sisa makanan setelah dikonsumsi. Pembuangan
makanan termasuk produk yang tidakdigunakan
dari sektor pertanian (misalnya, tanaman yang
tidakdipanen).

Sampah hijau. Sampah hijau termasuk sampah dari
kebun, lanskap, dan pemangkasan pohon.

Kenapa berfokus kepada
Sampah Organik?

Dalam kebanyakan kasus, sampah organik dikumpulkan
dan dibuang di tempat pembuangan sampah atau
tempat pembuangan akhir. Praktik ini mengkhawatirkan
karena beberapa alasan:

Biaya pengumpulan, pengangkutan, dang
pembuangan. Sampah organik umumnya
sangat padat dan memiliki kadar air yang tinggi.
Pengangkutan sampah organik dalam jumlah
besar dari titik penghasil sampah ke pembuangan

Contoh10.1. Apa itu sampah organik?

PEMBOROSAN
MAKANAN
DAN LIMBAH

berkontribusi pada tingkat konsumsi bahan bakar
yang lebih tinggi serta biaya yang lebih tinggi di
lokasi pembuangan.

Hilangnya nutrisi. Sampah organik merupakan
sumber kaya nutrisi yang dapat digunakan untuk
menyuburkan hutan kota dan lahan pertanian.

Dampak terhadap lokasi pembuangan.

Pengelolaan lindi dan gas serta peralihan struktural
dari dekomposisi organik adalah beberapa kegiatan
yang paling memakan biaya di lokasi pembuangan.
Selain itu, membuang sampah organik dalam
jumlah besar di tempat pembuangan sampah akan
mengurangi masa pakai fasilitas tersebut.

Dampak lingkungan terhadap kualitas udara
setempatdan perubahan iklim. Ketika sampah
organik terurai, hal ini berkontribusi terhadap polusi
udara, air, dan tanah. Misalnya, ketika sampah
organik terurai dalam kondisi anaerobik, sampah
ini akan menghasilkan gas metana. Metana adalah
polutan iklim berumur pendek dan prekursor
ozon di permukaan tanah, sebuah polutan udara.
Pelepasan metana di tempat pembuangan
sampah dapat menyebabkan kebakaran,yang
mengakibatkan polusi udara setempat dan
emisi karbon hitam yang berkontribusi terhadap
perubahan iklim. Lindi menyebabkan polusi air dan
tanah. Terakhir, sampah organik yang membusuk
juga menyebabkan masalah terkait bau.

Dengan mempertimbangkan dampak-dampak ini,
banyak kota mengadopsi kebijakan dan program untuk
mengalihkan sampah organik dan menggunakannya

q"©


-------
1

Pengelolaan Limbah Organik

84

Informasi lebib
lanjuttersedia di
situs web Reciclo

Organicos 2020)

Pengumpulan
Sumber Terpisah
Chili, San Juana

INTIMASALAH |g|

Kotamadya Santa Juana adalah kotamadya pertama di Chili yang memiliki cakupan 100
persen atas koleksi sumber terpisah. Kota ini memiliki fasilitas pengomposan dan daur
ulang dengan kapasitas untuk mengolah semua sumber sampah yang telah dipisah dari
rumah tangga.

Setelah tahun pertama beroperasi, jumlah sampah kota yang dibuang ke pembuangan
akhir (jarak 100 kilometer) telah berkurang 30 persen, sehingga menghemat biaya bahan
bakardan biaya tip yang cukup besar.

sebagai sumber daya. Jika dipisahkan dengan benar,
sampah organik dapat dikomposkan atau diproses
dalam digester anaerobik untuk menghasilkan produk
berharga (misalnya, kompos, biogas, digestasi) yang
dapat digunakan atau dijual oleh kota.

Opsi Pengelolaan

Pilihan pengolahan sampah organik umumnya dibagi
menjadi dua kategori: pengomposan dan AD.

Pengomposan Pengomposan adalah dekomposisi
terkendali bahan organik dengan adanya bantuan
oksigen. Pengomposan membutuhkan tiga langkah
umum: (1) menggabungkan jenis sampah organik,
seperti sisa makanan, sisa sampah pekarangan, dan
kotoran hewan; (2) menambahkan serpihan kayu,
sobekan kertas, atau bulking agent lainnya untuk
mempercepat penguraian sampah organik; dan (3)
membiarkan kompos menjadi stabil dan matang
melalui proses pengawetan (U.S. EPA 2015).

AD melibatkan pemecahan bahan organik oleh
mikroorganisme tanpa adanya bantuan udara.
Produk dari proses AD adalah termasuk biogas,
sumber energi yang sebagian besar terdiri dari
metana dan karbon dioksida, serta digestasi.
Digestasi adalah bahan yang tersisa setelah bahan
organik diuraikan secara anaerobik. Digestasi kaya
akan nutrisi dan dapat digunakan sebagai pupuk
untuk pertanian.

Contoh 10.2. Ilustrasi Sistem Pengomposan



Kotoran	Sampah	BiosolidAir

Makanan	Sampah

Pengomposan Windrow

Tolakan

Kompos

Pupuk Organik

o"®


-------
Pengelolaan Limbah Organik

85

Contoh 10.3. Ilustrasi Sistem AD, Menampilkan Bahan Baku dan Produk Sampingan (U.S. EPA 2018a).

Kotoran

(mis., produk susu, babi, bit, unggas)

Biosolid Air Sampah

(mis., lumpur sampah kota)

Sampah Makanan

(mis., rumah tangga, restoran,
kafetaria, toko kelontong,
produksi makanan)

Organik Lainnya

(mis., tanaman energi, lemak,
minyak, lemak, sisa tanaman,
sampah kilang anggur/tempat
pembuatan bir)

Contoh 10.2 mengilustrasikan cara sampah organik dapat
diubah menjadi pupuk organik melalui pengomposan
dan Contoh 10.3 mengilustrasikan cara AD mengubah
bahan baku organik menjadi biogas dan digestasi yang
dapat digunakan untuk berbagai hal. Desain digester
anaerobikbervariasi berdasarkan suhu operasi dan jenis
bahan baku yang digunakan (U.S. EPA 2018a).

Sumber daya utama di awal bagian ini memberikan
penjelasan mendetail tentang teknologi dan praktik
terbaikdalam merancang dan mengoperasikan
fasilitas. Misalnya, World Biogas Association dan C40
Cities membuat An Implementation Guide for Cities
untuk pengelolaan sampah makanan (WBA/C40 2018).
Panduan ini memberikan proses langkah demi langkah
dalam mengevaluasi dan memilih fasilitas pengolahan
sampah organik.

Manfaat Tidak Langsung Teknologi Pengolahan
Selain manfaat umum dari mengalihkan sampah
organik dari tempat pembuangan sampah,
pengomposan dan AD dapat menghasilkan berbagai
manfaat bagi lingkungan dan ekonomi. Misalnya,

penggunaan kompos akan memperkaya tanah,
membantu mempertahankan kelembapan, menekan
penyakit dan hama tanaman, dan mengurangi
kebutuhan akan pupuk kimia. AD akan meminimalkan
bau, mengurangi patogen dan sampah padat, serta
menghasilkan gas dan bahan yang diurai (basah dan
kering) yang dapat digunakan untuk berbagai hal (U.S.
EPA 2016b). Biogas yang dihasilkan oleh AD dapat
digunakan sebagai sumber bahan bakar terbarukan
untuk memasak, memanaskan, mendinginkan,
transportasi, dan listrik. Sisa bahan yang telah diurai
dari AD dapat digunakan sebagai memperbaiki kondisi
tanah atau pupuk.

Ska la Proyek

Sampah organik dapat diolah secara terpusat atau
tidak terpusat, tergantung pada kondisi dan kebutuhan
setempat. Model terpusat melibatkan fasilitas yang
besar karena sampah diangkut dari berbagai lokasi
di kota atau wilayah. Misalnya, beberapa kota di India
memiliki fasilitas pengomposan besar di dekat lokasi
pembuangan mereka saat ini (misalnya, Delhi Selatan,
Coimbatore, Pune), dan Kota Talca sedang membangun

o"®


-------


Pengelolaan Limbah Organik

f$«£23

if ' m L Lit—'—P11 f













pr, ' i

INTI MASALAH

Peraturan
Pengelolaan Sampah
Padat India

Aturan Pengelolaan Sampah Padat 2016 yang komprehensif di India mengharuskan
semua penghasil sampah, mulai dari pedagang kaki lima hingga bangunan komersial
besar, memisahkan sampah mereka menjadi tiga kategori: biodegradable, non-
biodegradable, dan sampah berbahaya rumah tangga. Intinya, sampah yang tidak dipilah
tidak akan dikumpulkan.

fasilitas kompos terbesar di Chile, di tempat
pembuangan akhir mereka.

Model tidak terpusat akan mengutamakan pada
pernrosesan dan pengolahan sampah di dekat tempat
di mana sampah dihasilkan. Misalnya, kota dapat
mendukung pendudukdan bisnis dalam mengatur
proyek pengomposan skala rumah tangga (misalnya,
dengan memberikan panduan cara membangun
tempat sampah kompos kecil). Kota juga dapat
membangun fasilitas berskala kecil yang menerima
sampah organik dari rumah tangga dan bisnis dalam
jumlah terbatas untuk dijadikan kompos atau diolah
dengan sistem AD.

Banyak kota yang bergerak menuju sistem pengolahan
sampah organik yang tidak terpusat. Model tidak
terpusat memiliki banyak manfaat, termasuk lebih
sedikit bahan bakaryang dibutuhkan karena
berkurangnya pengangkutan sampah organik berat
dan peningkatan fleksibilitas jika bagian dari sistem
rusak. Dalam model tidak terpusat ada beberapa
pengomposan kecil atau fasilitas AD; dan jika satu atau
lebih dari fasilitas tersebut tidak beroperasi, sampah
dapat dialihkan ke fasilitas lain di sekitarnya dengan
mudah. Dalam sistem terpusat dengan fasilitas yang
besar, penutupan dapat menyebabkan penumpukan
sampah. Terlepas dari terpusat atau tidak terpusat,
penting bagi setiap pabrik untuk memiliki rencana
darurat jika terjadi kerusakan.

Dalam banyak kasus, kota akan mendapat manfaat dari
pendirian proyek percontohan skala kecil yang berfokus
pada pengumpulan sampah organik dari sumber, yang
memiliki risiko kontaminasi dari komponen sampah

anorganik rendah. Misalnya, proyek pengolahan
sampah organik biasanya dimulai dengan berfokus
pada sampah organik yang dikumpulkan dari pasar
hasil bumi, dapur skala komersial, atau lokasi lain yang
memiliki sampah organik dalam jumlah besar yang
tidak terkontaminasi dengan sampah lain.

PraktikTerbaik

Bagian ini menjelaskan beberapa praktikterbaik untuk
mengelola sampah organik, termasuk mengumpulkan
dan menganalisis data tentang sampah organik,
mengevaluasi pilihan kebijakan dan program untuk
memisahkan sampah organik dari aliran sampah padat
umum, menganalisis pilihan untuk mengolah sampah
organik yang dipisahkan, dan mengembangkan proyek
pengelolaan sampah organik.

Perencanaan Strategi

Bagian Sistem Perencanaan membahas langkah-langkah
utama dalam merencanakan dan mengevaluasi sistem
sampah. Sebagai bagian dari sistem pengelolaan
sampah padat, kota dapat menetapkan rencana
atau program pengelolaan sampah organik formal.
Meskipun ada biaya di muka untuk membuat
program pengalihan sampah organik, kota berpotensi
mengurangi biaya pengumpulan dan pengangkutan
sampah untuk dibuang (misalnya, dengan mengolah
sampah secara organik di fasilitas tidak terpusat dan
tidak mengangkutnya dengan jarak jauh ke tempat
pembuangan akhir di luar kota). Sebagai manfaat
tambahan, kota berpotensi untuk menghasilkan
pendapatan dari produk pengolahan sampah organik
(misalnya kompos, biogas). Langkah-langkah untuk
memberlakukan pengelolaan sampah organik antara lain:

o"®


-------
1

Pengelolaan Limbah Organik

87

Strategi Pengelolaan
Sampah Organik Sao
Paulo, Brasil

INTIMASALAH ^

Kota Sao Paulo mengembangkan strategi pengelolaan sampah organik pada tahun 2016
untuk melengkapi rencana pengelolaan sampah terpadu yang sudah ada dan berdasarkan
pada empat pilar: pengumpulan dan pengangkutan sampah organik secara terpisah,
pengolahan sampah organik skala kecil, komunikasi dengan pemangku kepentingan, dan
penciptaan instrumen ekonomi untuk memotivasi berbagai pelaku. Strategi ini disesuaikan
dengan praktik dan kebutuhan pengelolaan sampah kota tersebut, dan memberikan
pendekatan yang mendetail untuk membangun program pengelolaan sampah organik
secara sistematis dari bawah ke atas.

1.	Memahami aliran sampah. Pengalihan sampah
organik perlu didasarkan pada jenis sampah yang
dihasilkan dan sumber sampah. Maka, rancangan
program pengalihan harus bergantung pada hasil
karakterisasi sampah, seperti yang dijelaskan pada
bagian Karakterisasi Sampah.

2.	Menerapkan kebijakan pendukung. Kebijakan
setempat, seperti aturan pemisahan wajib,
dapat membantu mendorong upaya pengalihan
organik. Untuk informasi selengkapnya tentang
kebijakan yang telah diberlakukan kota dalam
mempromosikan pemisahan aliran sampah, lihat
bagian Penilaian Opsi Pemisahan di bawah ini.

3.	Memahami opsi teknologi. Opsi pengolahan akan
tergantung pada jenis sampah yang dihasilkan dan
kondisi setempat lainnya.

4.	Melibatkan pemangku kepentingan. Komunikasi
dan penjangkauan merupakan komponen penting
dalam program pengalihan sampah organik
yang efektif, karena dapat mendorong tingkat
pengalihan. Untuk informasi selengkapnya tentang
strategi pelibatan pemangku kepentingan, lihat
bagian Keterlibatan Pemangku Kepentingan.

5.	Memastikan kualitas. Produk yang dihasilkan,
termasuk kompos dan digestasi dari pengolahan
sampah organik, harus berkualitas tinggi agar tidak
mencemari lahan tempat produk ini digunakan.

6. Menjamin keamanan. Ada bermacam-macam
bahaya di pabrik pengolahan, termasuk mekanis,
ledakan, dan kebakaran.

Pengumpulan dan Analisis Data

Memahami jumlah, jenis, dan sumber sampah
organik dalam aliran sampah sangat penting untuk
mengidentifikasi dan memilih kebijakan serta teknologi
yang efektif untuk mengalihkan, mengolah, dan
menggunakan sampah tersebut sebagai sumber daya.

Bagian Karakterisasi Sampah menampilkan praktik
terbaik dalam melakukan penelitian karakterisasi
sampah guna memetakan jumlah, jenis, dan sumber
sampah secara umum. Penelitian ini dapat memberikan
informasi yang berguna untuk mengidentifikasi
opsi pengelolaan sampah organik yang potensial.

Selain itu, kota dapat melakukan analisis sampah
organik yang lebih mendetail untuk merencanakan
dan merancang strategi pengalihan yang lebih luas,
serta proyek pengelolaan sampah organik individual
dengan lebih baik. Sebagai contoh, banyak kota telah
melakukan analisis untuk mengidentifikasi bisnis,
institusi, dan fasilitas yang menghasilkan sampah
organik dalam jumlah besar. Sumber-sumber ini sering
kali menjadi yang pertama ditargetkan oleh kota-
kota untuk proyek percontohan pengelolaan sampah
organik. Menempatkan fasilitas kompos atau AD di
dekat penghasil besar ini dapat mengurangi biaya
pengangkutan sampah.

o"®


-------
Pengelolaan Limbah Organik

Penilaian Opsi Pemisahan

Setelah mengumpulkan data tentang sumbersampah
organik, kota harus menentukan cara yang paling tepat
untukmendorong atau mewajibkan penduduk, bisnis,
dan institusi untuk memisahkan bahan organik dari
aliransampah umum. Memisahkan kelompok organik
dan anorganik dari aliran sampah akan meminimalkan
risiko kontaminasi dalam kompos; komposyang
terkontaminasi sangat sulit untuk dijual dan tidak
disarankan untuk digunakan. Memisahkan sampah
organik dari sampah anorganik juga penting bagi proyek
AD, karena bahan baku organik yang bersih dapat
membantu memastikan efisiensi digester yang optimal.

Strategi pemisahan sering kali mencakup:

Mandat pemisahan. Banyak kota membutuhkan
segmen populasi tertentu untuk memisahkan
kelompok organik dari sampah mereka. Mandat
ini dapat diterapkan kepada semua penghasil
sampah atau ditargetkan pada jenis entitas tertentu
(misalnya, penghasil sampah organik skala besar;
proyek pengembangan perumahan baruyang
besar). Bagian Pemisahan. Pengumpulan, dan
Penaanakutan memberikan detail lebih lengkap
tentang mandat pemisahan dan cara penerapannya
melalui program pengumpulan sampah terpisah.

Larangan atau biaya untuk pembuangan
sampah organik. Beberapa kota telah menerapkan
hukuman dan insentif ekonomi, termasuk
larangan pembuangan sampah organik pada masa
mendatang di tempat pembuangan sampah dan
tempat pembuangan akhir, peningkatan biaya tip
untuk sampah organik guna mendorong bisnis dan
perusahaan pengumpul untuk mengalihkan bahan-
bahan ini untuk pengolahan, serta mengurangi
biaya pengumpulan bagi rumah tangga yang
memilah sampah dengan tepat.

Target pengalihan sampah organik. Serupa
dengan larangan pembuangan sampah organik,
beberapa kota menggunakan target pengalihan
(misalnya, mengurangi jumlah pembuangan sampah
organik pada tahun tertentu) untuk membantu
memandu pengambilan keputusan tentang program
dan proyek pengelolaan sampah padat.

Program sukarela. Kota dapat membuat program
insentif atau tantangan untuk mendorong
penduduk, bisnis, sekolah, dan peserta lain untuk
memilah sampah mereka.

88

Pilihan Teknologi Pengolahan

Saat memilih teknologi untuk mengolah sampah
organik yang telah dipisahkan, umumnya kota akan
mempertimbangkan berbagai faktor teknis dan
keuangan,yaitu:

Pertimbangan teknis meliputi jumlah, jenis, dan
sumbersampah organikyang akan diolah; ukuran
dan kapasitas operasi dari fasilitas pengolahan
potensial; jumlah produk akhir (misalnya, kompos
atau biogas) yang akan dijual atau digunakan;
dan standar atau sertifikasi yang relevan yang
diperlukan untuk produk tersebut.

Pertimbangan keuangan termasuk biaya modal
yang terkait dengan pembangunan fasilitas, biaya
operasi untuk pemeliharaan, pendapatan dari
penjualan produk, dan rencana pemasaran untuk
menjual produk kepada target pembeli. Kota dapat
menggunakan alat seperti modelOraanEcs (U.S. EPA
2015c) yang dikembangkan oleh CCAC Municipal
Solid Waste Initiative untuk memperkirakan biaya
proyek pengomposan atau AD dalam mengolah
sampah organik.

Kota-kota sering kali melakukan studi kelayakan untuk
menganalisis faktor-faktor tesebut, mengidentifikasi
tantangan potensial (lihat Contoh 10.4), dan
menentukan apakah dan bagaimana sebuah proyek
harus dikembangkan. Studi yang dipersiapkan dengan
baik (misalnya, dengan data berkualitas tinggi dan

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Di mana penghasil sampah organik berskala
besar berada dan apa jenis sampah yang
dihasilkan, dan apakah akan ada bahan baku
berkelanjutan untuk fasilitas pengolahan?

Strategi pemisahan apa yang paling masuk
akal, mengingat tujuan pengalihan sampah
organik kota yang ditujukan?

Infrastruktur dan dukungan apa yang akan
dibutuhkan oleh entitas yang terdampak dari
kota untuk memastikan bahwa pemisahan
sampah organik berhasil?

Bagaimana pasar untuk produk hasil
pengolahan, termasuk kompos, biogas,
dan digestasi?

q"©


-------
Pengelolaan Limbah Organik

89

Untuk informasi

selerigkapnya, tinjau

C40 Good Practice Guides:

Dhaka - Compostina Project



Waste Concern, sebuah organisasi nonpemerintah yang berbasis di Dhaka,
telah mengoperasikan berbagai proyek pengomposan di Bangladesh sejak
1995. Awalnya, organisasi ini kesulitan untuk menjual kompos yang mereka
hasilkan, terutama karena persaingan yang kuatdari perusahaan pupuk kimia.
Untuk mengatasi tantangannya, organisasi ini bekerja untuk memastikan bahwa
kompos mereka memenuhi standar kualitas tertinggi dan kini menjualnya ke
perusahaan pupuk, yang kemudian menjualnya kembali kepada petani sebagai
pembenah tanah untuk melengkapi pupuk kimia.

dokumentasi asurnsi yang cermat) dapat mernbantu
kota dalam mendapatkan dukungan dari lembaga
keuangan dan mitra sektor svvasta.

Beberapa alat tersedia untuk mernbantu kota dalam
melaksanakan penilaian kelayakan teknis dan fmansial
dari proyek pengelolaan sampah organik. Organisasi
seperti CCAC Municipal Solid Waste Initiative dan Global
Methane Initiative menawarkan paketalattersebut,
seperti Municipal Solid Waste Knowledge Platform: Alat
[CCAC Undated(b)] dan Alat dan Sumber Dava [GMI Tidak
Bertanggal(a)] untuk proyek biogas.

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Berapa ukuran proyek yang paling masuk akal,
dengan rnempertimbangkan perrnintaan lokal
atas produk dan ketersediaan bahan baku?

Teknologi apa yang paling masuk akal,
mengingat kebutuhan tertentu dan
kemampuan kota?

Bagaimana kota akan memastikan aliran bahan
baku yang berkualitas?

Bagaimana kota akan memastikan operasi dan
pemeliharaan fasilitas dengan kapasitas penuh
yang efektif?

Proses dan prosedur apa yang akan dilakukan
kota untuk memastikan bahwa kompos
memenuhi standar kualitas, atau sistem AD
menghasilkan biogas dan digestasi berkualitas
tinggi dalam jumlah optimal?

Bagaimana kota akan memasarkan produk
(misalnya, kompos dan biogas) kepada
pengguna akhir yang potensial?

o"®


-------
Pengelolaan Limbah Organik

90

Contoh 10.4. Tantangan Pengolahan Sampah Organik Umum dan Solusi Potensial

¥

h

Pengomposan dan Digestasi Anaerobik (AD)

Tantangan

Solusi Potensial

Bahaya operasi dan risiko	Memberikan sistem dan pelatihan untuk penjaminan kualitas
pekerjaan

Modal besar dan	Mempertimbangkan mekanisme pemulihan biaya, termasuk membebankan

biaya operasional	biaya pengumpulan yang khusus untuk sampah organik

Menghindari biaya modal yang berlebihan dengan menggunakan fasilitas
pengomposan kecil yang tidak terpusat pada skala lingkungan rumah tangga

Pengomposan

Tantangan

Permintaan
komposyang
terbatas dari
pengguna akhir

Solusi Potensial

Menjual kompos kepada perusahaan pupukyang dapat memasarkan kompos dengan produk
lainnya

Menggunakan kompos di lahan publik untuk proyek pembuatan lanskap, pembenahan tanah,
atau pengendalian erosi

Melakukan sosialisasi kepada petani setempat yang dapat menggunakan kompos

Bekerja dengan pemerintah nasional untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, yang
meningkatkan permintaan kompos (mis., mengadopsi standar kualitas, mewajibkan perusahaan
pupuk membeli dan memasarkan persentase tertentu dari kompos tersebut)

Kompos	Mengamankan bahan baku dari lokasi yang menghasilkan aliran sampah organik murni yang

kualitas rendah/	mudah dipisahkan (misalnya, pasar produksi)

kontaminasi	Berkomunikasi terus-menerus dengan pemangku kepentingan tentang jenis sampah organik

yang dapat diterima (lihat Contoh 10.5)

Mengikuti pedoman teknis yang ditetapkan untuk memelihara kondisi operasi yang optimal
Memberikan peluang pelatihan yang menyeluruh dan berkelanjutan kepada staf fasilitas

Tantangan

Produksi biogas
rendah/tidak konsisten

Solusi Potensial

Memastikan campuran bahan baku yang optimal untuk memaksimalkan potensi hasil biogas
(mis., menggunakan AD Project Screening Tool (CCAC 2018a))

Kerusakan sistem	Mengamankan bahan baku dari lokasi yang menghasilkan aliran sampah organik murni yang

mudah dipisahkan (misalnya, pasar produksi)

Mengikuti pedoman teknis yang ditetapkan untuk memelihara kondisi operasi yang optimal
Memberikan peluang pelatihan yang menyeluruh dan berkelanjutan kepada staf fasilitas

Q"©


-------
1

Pengelolaan Limbah Organik

91

Kredit: Gobierno de Chile

Memisahkan dan Mendaur Ulang Sampah Organik

di La Pintana, Chili

La Pintana melakukari penelitiari karakterisasi sampah dan merietapkan bahwa sampah sayuran menyumbang
porsi terbesar dari aliran sampah kota mereka. Untuk mengelola sampah ini dengan tepat, pemerintah
memutuskan untuk memulai program perigomposan yang dibangun di atas infrastrukturyang ada dari sumber
daya setempat lainnya. Penduduk La Pintana menerima tempat sampah 35 liter, dan lulusan perguruan tinggi
setempatdi bidang lingkungan melakukan kampanye penjangkauan dari pintu ke pintu untuk mengajari
penduduk mengenai pentingnya memisahkan sampah sayuran. Sistem untuk mengumpulkan sampah terpisah
dibangun pada rute yang ada, dan tidak menambah jumlah truk atau biaya pengumpulan sampah. Sampah
sayuran yang dikumpulkan diangkut ke pabrik pengolahan untuk dikomposkan. Pabrik tersebut mencakup area
kompos yang dapat memproses sekitar 18 metrik ton sampah per hari dan area vermikulturyang dapat mengolah
tambahan 18 hingga 20 metrik ton sampah per hari (Allen 2012).

Sekitar 35 metrik ton limbah sayuran dikumpulkan setiap hari
dari rumah tangga dan pasar jalanan di La Pintana. Sampah
yang dialihkan dari pembuangan akhir telah menghemat biaya
transportasi dan pembuangan kota sekitar 700 dolar AS per hari.
Selain itu, kompos yang diproduksi oleh vermikultur dapat dijual
seharga 40 dolar AS per kilogram (OECD LEED Programme 2014).
Sistem baru ini beroperasi dengan biaya harian yang lebih rendah
daripada yang sebelumnya (ketika semua sampah ditimbun),
menghemat uang La Pintana, sekaligus memberikan manfaat bagi
sosial dan lingkungan.

ai LOLUI LGVKI	LCCL.'

Programme 2014) dan La Pintana,
Chile: Prioritizing

the Recovery of Veaetable

Waste (Allen 2012)

Qv©^©@Q 0

©


-------
Halaman ini sengaja dikosongkan.


-------
11 DAURULANG

OO0OO0QOCO©©@©0


-------
Referensi Utama

What a Waste 2.0: A Global Snapshot of Solid
Waste Management to 2050 (Kaza et al. 2018)

Overview of Legal Framework for Inclusion of
Informal Recvclers in Brazil (Dias 2011)

Recycling and Disposal of Municipal Solid
Waste in Low and Middle-Income Countries
(UN-Habitat 2011)

A New Circular Vision for Electronics (WEF 2019)

ISO Standards for Recycling (ISO 2020)
Materials Recovery Facility Toolkit (ADB 2013)




-------
11

Daur Ulang

95

Bagian 11

Daur Ulang

Meskipun sampah yang dapat didaur ulang hanya
mencakup 16 persen sampah padat yang dihasilkan
di negara-negara berpenghasilan rendah, jumlah
sampah yang dihasilkan dan fraksi sampah yang dapat
didaur ulang umumnya meningkat seiring dengan
membaiknya perekonomian (Kaza et al. 2018). Dengan
mengumpulkan dan memisahkan bahan ini dari
aliran sampah, banyak kota telah melestarikan ruang
pembuangan akhir, mendapatkan penghasilan, dan
menyediakan lapangan kerja bagi penduduk. Daur
ulang tidak hanya menghemat uang kota, tetapi juga
membantu lingkungan dengan mengurangi energi dan
sumber daya alam yang dibutuhkan untuk menciptakan
produk baru, dan membantu mencegah aliran sampah
masuk ke perairan.

Bagian ini memberikan informasi tentang manfaat daur
ulang, jenis bahan daur ulang paling umum, tantangan
dalam mengoperasikan program daur ulang yang
berhasil, dan praktik terbaik dalam merencanakan dan
menerapkan program daur ulang.

Apa Itu Daur Ulang?

Daur ulang mengacu pada pengumpulan dan
pemrosesan bahan yang seharusnya dibuang sebagai
sampah dan mengubahnya menjadi produk baru. Kota
dapat memperoleh manfaat dari program daur ulang
dengan cara berikut:

Mengurangi biaya pembuangan sampah. Daur
ulang akan mengurangi jumlah sampah yang
dikirim ke tempat pembuangan akhir, hal ini akan
memperpanjang masa pakaifasilitastersebut;serta
mengurangi biaya penempatan, pembangunan,
dan pengoperasian fasilitas baru.

Mengurangi dampak lingkungan. Di banyak
negara berkembang, sampah yang tidak terkumpul
dibakar di tempat terbuka untuk mengurangi
volume. Mengurangi jumlah bahan daur ulang

yang dibakar secara terbuka akan meningkatkan
kualitas udara dan mengurangi emisi gas rumah
kaca. Selain itu, bertambahnya tingkat daur ulang
akan membantu mencegah sampah berubah
menjadi sampah laut, terutama di daerah pesisir.

Mengurangi penggunaan bahan murni.

Memperlambat ekstraksi bahan mentah murni
akan melestarikan sumber daya alam seperti kayu,
air, dan mineral, seraya meningkatkan keamanan
ekonomi dengan menggunakan sumber daya
bahan yang tersedia di dalam negeri.

Menguatkan pertumbuhan ekonomi dan ekuitas
sosial. Daur ulang akan menciptakan lapangan
kerja dan menawarkan sumber pendapatan kepada
penduduksetempat. Program daur ulang formal
yang didukung oleh beberapa kota telah menjadi
cara bagi pekerja sektor informal untuk dapat
bergabung menjadi staf pengelolaan sampah padat
formal, meningkatkan kesehatan, keamanan, dan
kondisi kerja mereka.

Meskipun ada banyak barang yang dapat didaur ulang,

yang paling umum adalah meliputi:

Kertas. Kertas dapat didaur ulang untuk
menghasilkan lebih banyak kertas dan produk
berbahan kertas. Selain itu,serat dari kertas daur
ulang dapat diubah menjadi produk lain yang dapat
dipasarkan, seperti pita, perban,atau insulasi. Namun,
kertas tidak dapat didaur ulang terus-menerus karena
seratnya memendeksetiap kali digunakan.

Aluminum. Aluminium adalah bahan yang ideal
karena dapat didaur ulang berkali-kali tanpa
kehilangan kualitasnya, dan biasanya memiliki
nilai ekonomi yang lebih tinggi. Memproduksi
aluminium daur ulang akan menghemat lebih dari
90 persen energi yang terkait dengan pembuatan
aluminium baru (Aluminium Association 2019).

oo©o©€)®qq oo@©@o

©,


-------
11

Daur Ulang

96

Logam. Kaleng baja adalah baja rumah tangga
yang paling umum didaur ulang; akan tetapi, semua
jenis baja bekas dapat didaur ulang. Baja mungkin
merupakan komoditasyang paling banyak didaur
ulang di dunia dan digunakan oleh produsen untuk
memproduksi berbagai macam produk, seperti
produk bangunan dan kendaraan. Mendaur ulang
kaleng baja dapat menghematantara 60 persen
hingga 74 persen energi yang dibutuhkan untuk
memproduksi kaleng baru dari bahan mentah
(U.S. EPA 2016a).

Plastik. Pada 2016, plastik mewakili 12 persen dari
sampah padat di dunia (Kaza et al. 2018). Plastik
membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan
tahun untuk terurai, dan hal ini akan menimbulkan
masalah besar bagi lingkungan dan kesehatan
manusia. Pada tingkat lokal, beberapa jenis
plastik (misalnya, polietilen berdensitas tinggi dan
polietilena tereftalat) dapat didaur ulang menjadi
berbagai barang, termasukkayu plastik, furnitur,
bloksemen, aspal untukjalan, dan barang-barang
rumah tangga (misalnya kontainer, keranjang, tikar).

Baterai. Baterai alkaline digunakan dalam banyak
aplikasi rumah tangga umum (misalnya, senter)
telah didaur ulang di banyakfasiIitas. Baterai asam
timbal mengandung logam berat dan harus didaur
ulang di fasilitas dengan peralatan pengendalian
polusi udara yang tepat. Baterai lithium-ion
menjadi sarana penyimpanan energi yang semakin
populer. Baterai ini dapat didaur ulang, tetapi harus
dikumpulkan dan ditangani secara terpisah karena
dapat meledakjika berada di bawah tekanan dan
menyebabkan kebakaran. Lihat bagian Identifikasi
Sampah Khusus untuk informasi selengkapnya.

Kaca. Kaca adalah bahan lain yang kualitasnya tidak
berubah dan tidak berkurang seiring waktu. Botol
dan stoples kaca dapat diproduksi ulang menjadi
wadah kaca baru. Benda-benda ini juga dapat
digunakan kembali sebagai wadah penyimpanan
tanpa melalui proses produksi ulang.

Oli kendaraan bekas. Oli kendaraan bekas dapat
diubah menjadi pelumas, diolah menjadi bahan
bakar minyak, atau digunakan sebagai bahan
baku untuk langkah-langkah lain dalam industri
penyulingan minyak. Oli kendaraan didaur ulang
dengan baik karena tidak menjadi buruk; oli hanya
perlu dimurnikan untuk digunakan kembali. Daur

ulang oli kendaraan bekas paling efektif bila bahan
ini dikumpulkan secara terpisah.

Ban. Ban yang dikumpulkan secara terpisah
dapat digunakan dalam banyak aplikasi berbeda,
tergantung pada pasar. Ban dapat diproses dan
digunakan di jalan raya sebagai alternatif kerikil,
dibulatkan untuk keperluan teknik sipil, atau
bahkan diparut dan digunakan sebagai pelapis dan
penutup untuk tempat pembuangan sampah. Di
beberapa negara, ban digunakan sebagai bahan
bakar di fasilitas pembakaran. Penting untuk
memahami penggunaan akhir sebelum memproses
ban bekas. Ada beberapa masalah lingkungan
dengan proses ini, tetapi bahan bakar yang berasal
dari ban lebih efisien daripada jenis bahan bakar
fosil lainnya (U.S. EPA 2016e).

Limbah Elektronik (e-waste). E-waste umumnya
mencakup bahan sampah yang meliputi komponen
listrik atau elektronik, termasuk telepon, komputer,
peralatan, dan bahan lainnya. Banyak e-waste
yang dapat didaur ulang jika ditangani dengan
tepat. Menurut laporan tahun 2019 oleh World
Economic Forum (WEF 2019), sampah elektronik
global bernilai lebih dari 60 miliar USD per tahun.
Membangun sistem untuk memulihkan material
dari produk-produk ini merupakan area fokus
prioritas bagi banyak negara.

Nilai bahan daur ulang sangat bervariasi dan tergantung
pada negara dan pasarnya. Selain itu, data mengenai
nilai barang yang dapat didaur ulang tidak lengkap di
banyak negara, sehingga sulit untuk memperkirakan
nilainya.

Tantangan

Meskipun daur ulang menghemat sumber daya dan
energi, kota-kota sering kali kesulitan menerapkan
program daur ulang yang berhasil karena berbagai
alasan, yaitu:

Kualitas. Barang daur ulang harus memenuhi
ambang batas kualitas tertentu agar dapat diubah
menjadi produk baru, dan hal ini memerlukan
penyortiran dan perawatan yang teliti. Misalnya,
beberapa jenis plastik memiliki sifat unikyang
menjadikannya kurang lebih cocok untuk
didaur ulang. Jika plastik berkualitas tinggi tidak
dipisahkan dari plastik berkualitas rendah, seluruh

©©OO


-------
11

Daur Ulang

97

INTIMASALAH |g|

Program Daur
Ulang Tunisia

Pada tahun 1997, Tunisia meluncurkari program daur ulang Eco-Lef untuk mengatasi masalah sampah plastik di negara itu.
Komponen utama dari program iff adalah prinsip tanggung jawab produsen yang diperluas, yaitu produsen pengemasan
bertanggung jawabatas perawatan dan pembuangan produk pascakonsumen. Tanggung jawab produsen yang diperluas
membantu menciptakan sistem yang berkelanjutan secara finansial yang mendorong pekerja sektor informal untuk
mengumpulkan bahan yang dapat didaur ulang dan mengirimkannya ke pusat pengumpulan Eco-Lef. Pengumpul sampah
dibayar lebih untuk membawa barang ke pusat pengumpulan Eco-Lef. Harga plastik per ton di pusat pengumpulan sekitar
200 dinar lebih mahal daripada di pasar tradisional (Kaza et al. 2018). Ketika program Eco-Lef dilaksanakan secara nasional,
setiap kota mengalami pertumbuhan lapangan kerja, peningkatan penggabungan sektor informal, dan pengurangan
sampah plastik.

jumlah plastik hanya dapat digunakan untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan plastik
berkualitas rendah. International Organization for
Standardization (ISO, 2020) nnemberikan standar
untuk mendaur ulang material. Mengikuti standar
ini dapat membantu memastikan kualitas.

Kontaminasi. Barang daur ulang dianggap
terkontaminasi jika barang yang tidak dapat didaur
ulang belum sepenuhnya dipisahkan (misalnya,
jika baterai lithium-ion, yang dapat menyebabkan
kebakaran jika tidak ditangani secara terpisah,
tertinggal dalam alat elektronik). Barang yang
dapat didaur ulang juga menjadi terkontaminasi
ketika barang tidak dibersihkan dengan benar
(misalnya, sisa makanan masih menempel pada
barang-barang tersebut ketika memasuki aliran
daur ulang) atau melalui dispersi aditif seperti
ftalat. Kontaminasi sering menyebabkan seluruh
kumpulan barang daur ulang dikirim ke tempat
pembuangan akhir dan tidak didaur ulang.
Kontaminasi dari bahan yang tidak dapat didaur
ulang juga dapat menyebabkan kerusakan pada
mesin yang digunakan dalam proses daur ulang.

Pasar yang fluktuatif. Permintaan barang daur
ulang dapat berubah secara tidak terduga,
mengakibatkan fluktuasi harga. Dalam beberapa
kasus, penurunan harga material yang mendadak
dapat membuat fasilitas daur ulang yang beroperasi

tidak berkelanjutan. Dalam kasus tersebut, barang
daur ulang mungkin akan berakhir di tempat
pembuangan akhir.

Biaya operasi yang tinggi. Operasi daur ulang
dapat melibatkan biaya tinggi untuk tenaga kerja
dan transportasi material. Di lokasi yang biayanya
tinggi, mendaur ulang bahan bernilai rendah sering
kali tidak menguntungkan.

Pendanaan untuk penanaman modal. Seperti
halnya proyek infrastruktur, membangun fasilitas
daur ulang biasanya memerlukan pembiayaan
eksternal. Untuk informasi selengkapnya tentang
pembiayaan proyek sektor sampah, termasuk
penggunaan skema tanggung jawab produsen
yang diperluas guna mengimbangi biaya daur
ulang, lihat bagian Pertimbanaan Ekonomi.

Kurangnya fasilitas pemrosesan. Infrastruktur
dapat menjadi penghalang utama untuk
menerapkan program daur ulang. Banyak kota tidak
dilengkapi dengan fasilitas pemulihan bahan (MRF),
atau mungkin ada kekurangan industri
atau pasar untuk mengubah bahan daur ulang
menjadi produk.

Kurangnya teknologi yang sesuai. Beberapa
barang tidak dapat didaur ulang tanpa teknologi
canggih (misalnya, plastik sekaii pakai). Jika barang

oeo©@©®o®o©©@©o


-------
11

Daur Ulang

98

ini memasuki aliran material daur ulang, barang
dapat tersangkut di mesin dan merusak peralatan
penyortiran. Barang-barang ini sering berakhir
di tempat pembuangan sampah atau sebagai
sampah laut.

Masalah lingkungan dan kesehatan. Transportasi
dan pemrosesan bahan yang dapat didaur ulang
dapat menyebabkan peningkatan polusi udara.
Daur ulang juga dapat meningkatkan penggunaan
air untuk memastikan barang tidak terkontaminasi.
Beberapa bahan akan sangat berbahaya jika tidak
ditangani dengan benar (misalnya, baterai lithium-
ion dapat meledakdan menyebabkan kebakaran).
Dampak lingkungan ini perlu dipertimbangkan
terhadap keuntungan lingkungan dari daur ulang.

Penyertaan sektor informal. Tidak selalu mudah
untuk menggabungkan sektor informal karena
sering kali hal ini akan menggantikan perantara
yang telah lama berkecimpung dalam bisnis daur
ulang. Kota juga memiliki anggaran yang terbatas
dan mungkin tidak dapat memasukkan sektor
informal ke dalam daftargaji mereka. Lihat bagian
Daur Ulana Sektor Informal untuk informasi tentang
keterlibatan dengan sektor informal.

PraktikTerbaik

Bagian ini mengidentifikasi praktikterbaik dalam
perencanaan dan penerapan program daur ulang,
termasuk merencanakan, mengumpulkan, memisahkan,
memproses, menyortir, dan menjual bahan yang dapat
didaur ulang untuk diproduksi kembali.

Perencanaan Strategi

Banyak kota merasa terbantu dengan membuat rencana
atau program daur ulang formal; misalnya, lihat Platform
Penaetahuan Sampah Kota: Kota-Kota [CCACTidak
bertanggal(a)]. Rencana daur ulang biasanya akan
menetapkan cara kota memenuhi tujuan daur ulang
mereka melalui adopsi dan implementasi berbagai
kebijakan, program, dan proyek. Meskipun ada biaya
di muka untuk membuat program daur ulang, kota
berpotensi menghemat uang secara keseluruhan
dengan mengurangi biaya pengumpulan dan
pengangkutan bahan; dan mengurangi kebutuhan atas
tempat pembuangan akhir atau fasilitas pembakaran
baru yang lebih besar. Langkah-langkah untuk
membuat rencana daur ulang formal yaitu:

1.	Memahami aliran daur ulang. Rencana daur
ulang perlu didasarkan pada jenis bahan yang
dihasilkan dan dikumpulkan, dan oleh karena itu
akan bergantung pada karakterisasi sampah, seperti
yang dijelaskan di bagian Karakterisasi Sampah.

2.	Melakukan riset pasar. Kota-kota merasa perlu
untuk mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai ukuran pasar setempat untuk bahan
yang dapat didaur ulang. Pertimbangan utama
termasukseberapa jauh lokasi fasilitas daur ulang
atau pabrikan ulang terdekat, pihakyang akan
menanggung biaya pengangkutan material ke
fasilitas tersebut, dan volatilitas harga pasar untuk
material yang berbeda.

3.	Menerapkan kebijakan pendukung. Kebijakan
lokal, seperti aturan pemisahan wajib, dapat
membantu mendorong upaya daur ulang.

Kebijakan ini juga dapat membantu mengurangi

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Apa tujuan kota dalam membuat program daur ulang?
Apakah untuk mengalihkan sampah dari tempat
pembuangan akhir, mencegah sampah laut, atau
mendorong pertumbuhan ekonomi?

Bagaimana kota dapat memastikan aliran barang daur
ulang berkualitas tinggi yang bersih dengan sedikit
kontaminasi?

Peran apa yang dapat dimainkan sektor informal dalam
memisahkan dan memproses barang daur ulang?

Apakah ada mitra sektor swasta yang dapat dilibatkan
kota (misalnya, perusahaan yang memiliki tanggung
jawab sosial perusahaan atau target tanggung jawab
produsen yang diperluas)?

Apa saja metode terbaik untuk berkomunikasi dengan
pemangku kepentingan tentang upaya daur ulang?

Apa pasar untuk bahan daur ulang? Bagaimana kota
akan beradaptasi dengan penurunan harga bahan?

Apakah ada infrastrukturyang dapat digunakan
untuk memfasilitasi daur ulang (misalnya, ruang
tidak terpakai yang dapat diadaptasi agar
berfungsi sebagai fasilitas daur ulang)?

Apakah tersedia tenaga kerja yang memadai untuk
mengoperasikan fasilitas daur ulang dengan cara
yang hemat biaya?

oeo®s®9®®oo©©©©

©


-------
11

Daur Ulang

99

rmw r _ ,^

INTIMASALAH



vySr

issSsi

Kebijakan Sampah
Padat Nasional
Brasil

Kebiiakan Brazil tentan

Sampah Padat (Brasil NR



risiko kontaminasi aliran daur ulang. Untuk
informasi selengkapnya tentang kebijakan yang
dapat diberlakukan kota guna mempromosikan
pemilahan aliran sampah, lihat bagian Pemisohan,
Penaumpulan. dan Penaanakutan.

4. Melibatkan pemangku kepentingan. Komunikasi
dan penjangkauan adalah kornponen penting dari
program daur ulang yang efektif, karena hal ini
membantu meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam memisahkan barang daur ulang pada tingkat
rumah tangga, mengurangi risiko kontaminasi
dalam aliran daur ulang, dan dapat membantu
mendorong tingkat daur ulang. Untuk informasi
selengkapnya tentang strategi pelibatan pemangku
kepentingan, lihat bagian Keterlibatan Pemangku
Kepentingan. Lihat Contoh 11.3 untuk studi kasus
tentang melibatkan pendaur ulang independen.

Untuk informasi selengkapnya tentang membuat
program daur ulang, lihat panduan UN-Habitat (2011),

Recycling and Disposal of Municipal Solid Waste in Low
and Middle-Income Countries.

Pemerintah Brasil mengesahkan undang-undang pada Agustus 2010 untuk
menetapkan Kebijakan Nasional Brasil tentang Sampah Padat. Undang-
undang ini bertujuan untuk lebih mengintegrasikan dan melibatkan
pekerja sektor informal dalam proses daur ulang, serta untuk memberikan
insentif bagi iembaga setempat untuk mengembangkan organisasi bagi
pekerja sektor informal. Melalui pembuatan rencana sampah padat, Brasil
bertujuan untuk menutup dan memulihkan lokasi pembuangan, yang
juga akan memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi pekerja sektor
informal. Undang-undang mewajibkan layanan pengelolaan sampah untuk
memprioritaskan perekrutan, pengorganisasian, dan fungsionalitas pekerja
sektor informal.

Mengumpulkan dan Memisahkan

Bahan daur ulang dapat dikumpulkan dan dipisahkan
oleh penghasil, pengumpul, atau melalui tempat
sampah komunal khusus (lihat bagian Pemisahan,

Penaumpulan. dan Pemindahan). Bahan daur ulang
yang dipisahkan oleh penghasil cenderung memiliki
kualitas yang lebih tinggi daripada barang daur ulang
yang dipisahkan dari sampah campuran; namun,
pemisahan di rumah atau bisnis membutuhkan usaha
yang rajin dari pihak penghasil. Maka, komunikasi
dan penjangkauan merupakan faktor penting dalam
keberhasilan program pengumpulan daur ulang,
terutama jika sebuah kota mencoba mendorong
penghasil untuk memisahkan barang daur ulang. Lihat
bagian Keterlibatan Pemangku Kepentingan untuk
informasi selengkapnya tentang strategi pelibatan
pemangku kepentingan.

Tempat sampah komunal digunakan di berbagai
kota. Kota-kota menganggap penjangkauan dan
memberikan instruksi yang jelas mengenai apa yang
dapat didaur ulang dan di tempat sampah mana
adalah hal yang penting dan membantu menghindari
kontaminasi. Lihat bagian Pemisahan. Penaumpulan,
dan Pemindahan untuk informasi selengkapnya tentang
tempat sampah umum.

OO0OC0OOCo ©©©© ©

0,


-------
11

Daur Ulang

100

Pemisahan barang daur ulang sering dilakukan oleh
pekerja sektor informal di luar rumah, di stasiun transfer,
dan di tempat pembuangan. Memasukkan pekerja
sektor informal ke dalam proses pengumpulan formal
akan memberi mereka keuntungan pekerjaan sambil
memanfaatkan pengalaman mereka. Untukinformasi
mendetail tentang pengumpulan dan pemisahan,
dan memasukkan pekerja sektor informal, lihat bagian
Pemisahan, Pengumpulan, dan Pemindahan.

Memproses dan Menyortir

Setelah pengumpulan dan pemisahan, bahan daur
ulang diangkut ke fasilitas pemrosesan. Di fasilitas ini,
barang daur ulang disortir menurut jenis materialnya,
dibersihkan dari kontaminan, dan disiapkan untuk
diangkut ke fasilitas penggilingan untuk memecah
material atau ke fasilitas manufaktur jika tidak
memerlukan pemrosesan lebih lanjut.

MRF dirancang khusus untuk menyortir dan
memulihkan bahan yang dapat didaur ulang. Alat
ini dapat ditempatkan di fasilitas transfer atau lokasi
tersendiri. MRF menggunakan kombinasi teknologi
untuk menyortir barang daur ulang.Teknologi umum
termasuk layar silinder berputar yang memisahkan
bahan menurut ukuran, magnet di atas untuk
mengumpulkan barang-barang yang mengandung
besi atau baja, dan ban berjalan yang memindahkan
bahan secara perlahan melewati tim pekerja yang
menyingkirkan barang yang dapat didaur ulang.
Meskipun MRF berteknologi tinggi tidak umum di
negara berkembang, banyak kota menggunakan
fasilitas skala kecil untuk mengoordinasikan pemisahan
bahan daur ulang dengan menggunakan solusi
berteknologi rendah, seperti penyortiran dengan
tangan (lihatTampilan 11.1).

Beberapa MRF yang memproses daur ulang
menggunakan perantara yang membeli barang daur
ulang dari pekerja sektor informal dan memilah,
membersihkan, dan mengemasnya sebelum dikirim
ke fasilitas. Pekerja sektor informal sering kali memiliki
perjanjian untuk menjual barang daur ulang kepada
tengkulak dengan imbalan barang atau jasa (misalnya,
perantara yang meminjamkan kereta kepada pekerja).

Paparan debu dan kontaminan lainnya menjadi masalah
bagi pekerja di MRF dan fasilitas daur ulang lainnya,
sehingga kota menganggap adanya ventilasi yang baik
di fasilitas dan menyediakan peralatan perlindungan
pribadi (misalnya, masker debu, sarung tangan) untuk
pekerja adalah hal yang penting.

Menjual Bahan untuk Remanufaktur

Setelah semua pemrosesan yang diperlukan selesai,
barang daur ulang dibuat menjadi produk baru di
pabrik daur ulang atau fasilitas lain, seperti pabrik kertas
atau fasilitas pembuatan botol. Meskipun kota biasanya
tidak memproduksi ulang produk, kota dapat berperan
dalam membantu memastikan bahwa kualitas bahan
memenuhi standar pabrik produksi ulang. Contoh 11.2
memberikan contoh cara beberapa kota menggunakan
banksampah untuk mengoordinasi upaya penjualan
barang daur ulang.

o©©©© ©

©,


-------
11

Daur Ulang

101

Memanfaatkan Bank Sam pah untuk
Memproses Daur Ulang di Indonesia

Di Indonesia, banyak kota telah mengadopsi model "bank sampah" untuk mengatur upaya daur ulang mereka.
Bank sampah adalah fasilitas pemrosesan sampah skala kecil yang terdesentralisasi, di mana penduduk setempat
dapat membawa bahan daur ulang mereka dan menerima pembayaran berdasarkan nilai pasar harian bahan
tersebut. Penduduk yang memilih untuk berpartisipasi biasanya akan diberikan "buku tabungan"yang digunakan
untuk mencataf'setoran". Para peserta dapat menyimpan penghasilannya di bankatau menguangkannya.

Staf bank sampah - yang biasanya penduduk setempat - akan menerima, memisahkan, dan menggabungkan
bahan daur ulang untuk dijual ke pendaur ulang. Di beberapa bank sampah, staf menggunakan peralatan
pemrosesan untuk mengubah bahan daur ulang menjadi produk baru. Misalnya, di salah satu bank sampah di
Jakarta, staf mengoperasikan alat pencacah untuk mengubah botol plastik menjadi serpihan yang kemudian dijual
ke pendaur ulang dengan harga lebih tinggi daripada botol utuh (lihat foto di atas). Banyak bank sampah juga
mempekerjakan staf yang mengubah bahan daur ulang menjadi kerajinan untuk dijual.

Model bank sampah di Indonesia semakin populerdalam beberapa tahun terakhir, terutama sebagai tanggapan
atas meningkatnya kesadaran akan manfaat peningkatan tingkatdaur ulang demi mencegah sampah laut. Pada
2018, lebih dari 2.800 bank sampah lokal telah beroperasi di negara ini. Banyak dari bank-bank ini didukung oleh
perusahaan swasta, seperti Unilever.

Untuk informasi lebih lanjut
lihat situs web Proaram

Linakunaan Indonesia Unilever

(Unilever, Tidak Bertanggal)


-------
11

Daur Ulang

102

CONTOH 11.3 STUDI KASUS

Pendaur Ulang Independen di Kota Ho Chi Mirth, Vietnam

Pengumpul sampah irideperiden memainkan peran penting dalam sistem pengelolaan sampah padat Kota Ho
Chi Minh dengan mengumpulkan barang-barang daur ulang dari lingkurigan rumah tarigga yang tidakdapat
dijangkau dengan mudah. Pekerjaan mereka mengurangi jumlah barang daur ulang di tempat pembuangan dan
mengurangi biaya pengumpulan sampah pemerintah kota.Terlepas dari manfaat lingkungan dan ekonomi ini,
para pengumpul sampah independen masih kekurangan peralatan penunjang kesehatan kerja yang diperlukan,

Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat bermitra dengan Environnementet Developpementdu
Tiers-Monde untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah padat Ho Chi Minh dengan mendukung para
pengumpul sampah independen. Mereka memberikan pelatihan kepada koperasi pengumpul yang ada dan
menciptakan jaringan koperasi agardapat lebih efektif mengadvokasi upah yang lebih tinggi, peralatan
kesehatan pelindung, akses asuransi kesehatan, dan penerimaan kota dari sepeda roda tiga bermotor yang
digunakan dalam pengumpulan.

Mismanaged Plastic Waste Throuah

Healthier Waste Entrepreneurs

Sejak program dimulai, jaringan koperasi telah mengadvokasi 1.561
pengumpul sampah independen. Program ini juga telah melihat
peningkatan (dari 0 menjadi 22 persen) perempuan dalam peran
kepemimpinan koperasi, dalam perawatan kesehatan (815 pekerja
memperoleh akses yang lebih baik), dan alat pelindung kerja (1.200
pekerja mendapatkan peralatan); dan kegiatan peningkatan kesadaran
(8.700 anggota masyarakat berpartisipasi). Selain itu, upah bulanan
pengumpul independen meningkat sekitar 65 persen melalui kenaikan
biaya 1 USD yang dibayarkan oleh rumah tangga.

oeo©@©®o®o©©@©o


-------
Daur Ulang

Daur Ulang Sektor Informal

Sektor daur ulang informal ada di sebagian besar
kota di negara berkembang. Sektor ini terdiri dari
individu, kelompok, dan usaha kecil yang melakukan
pengumpulan periferal dan penjualan bahan daur
ulang dan yang dapat digunakan kembali. Sektor
ini dapat mengisi celah ketika pilihan pembuangan,
pengumpulan, atau pemisahan tidak memadai. Pekerja
sektor informal seringkali beroperasi dalam kondisi
yang tidak aman, tanpa tunjangan pekerjaan yang
didapatkan oleh pihakyang bekerja di pekerjaan formal,
dan mengalami kesenjangan pendapatan. Seluruh
keluarga, termasuk anak kecil, dapat berpartisipasi
dalam kegiatan daur ulang dan bergantung pada
pekerjaan ini sebagai satu-satunya sumber pendapatan.
Pekerja sektor informal seringkali terpinggirkan oleh
masyarakat dan disebut dengan istilah yang tidak
menyenangkan, termasuk"pemulung,""tukang sampah,"
dan "pengambil sampah."

Bagaimana Cara Kerja Sektor Daur
Ulang Informal?

Pekerja daur ulang informal memperoleh penghasilan
dengan menjual barang daur ulang yang mereka
kumpulkan kejaringan penyalurdan industri (Wilson et
al. 2009, Aparcana 2017). Dalam beberapa kasus, pekerja
dapat menjual kepada pekerja sektor informal lainnya
yang menggunakan kembali bahan tersebut untuk
menjadi bagian dari proses atau produk lain (misalnya,
bagian yang dipungut untuk memperbaiki peralatan).
Daur ulang oleh pekerja sektor informal terjadi di
beberapa lokasi:

Rumah Tangga. Pekerja sektor informal mungkin
memiliki rute reguler dalam mengumpulkan atau
membeli barang daur ulang (misalnya, kertas,
logam, pakaian) dari penduduk. Praktik ini lebih
umum terjadi di mana pengumpulan oleh otoritas
setempat dilakukan secara tidak teratur; sektor
informal berperan sebagai pengumpul sampah.

Tempat pengumpulan komunitas dan stasiun
transfer. Dengan tidak adanya program daur ulang
formal, tempat pengumpulan sampah masyarakat
dan stasiun transfer merupakan sumber bahan yang
kaya bagi pekerja daur ulang informal.

Tempat pembuangan sampah. Pekerja sektor
daur ulang informal biasanya mengambil bahan
langsung dari tempat pembuangan sampah. Tidak
seperti tempat pembuangan sampah akhir, tempat

103

pembuangan sampah di negara berkembang
sering kali tidak memiliki pagar atau dinding untuk
mencegah orang masuk.

Risiko Apa yang Dihadapi Pekerja
Sektor Informal?

Pekerja sektor daur ulang informal menghadapi
berbagai risiko yang berdampak pada kesehatan,
kesejahteraan, dan mata pencaharian. Risiko ini
termasuk kondisi kerja berbahaya yang dapat
menyebabkan cedera fisik, serta paparan racun dan
bahan lain yang dapat menyebabkan penyakit kronis.
Selain itu, pekerja sektor informal sering dieksploitasi
karena kemauan mereka untuk bekerja dengan upah
rendah, dan hal ini memperburuk kerentanan sosial
ekonomi mereka yang sudah terjadi. Risiko termasuk:

Kondisi kerja yang berbahaya. Pekerja sektor daur
ulang informal jarang memiliki alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, atau alas kaki yang
layak. Pekerja dapat terpapar benda tajam seperti
logam dan kaca, sampah berbahaya, atau bahkan
sampah medis. Bekerja di tempat pembuangan
sampah sangat berbahaya jika sampah tidak
dipadatkan dengan benar dan dapat bergeseryang
menyebabkan runtuhnya lereng, mirip dengan
longsoran sampah. Ada beberapa dokumentasi
mengenai insiden pekerja sektor informal yang
tewas dalam kelongsoran sampah. Pekerja sektor
informal sering berada di dekat peralatan besar
(misalnya, ekskavator dan buldoser), dan berisiko
cedera ketika operator mesin tersebut tidak melihat
mereka (Gambar 11.4).

Coritoh 11.4. Pekerja Sektor Informal yang Berada
Dekat dengan Excavator di Addis
Ababa, Ethiopia

oeo©@©®o®o©©@©o


-------
11

Daur Ulang

104

Kebakaran. Kebakaran spontan dapat terjadi
di tempat pembuangan sampah karena adanya
metana dari bahan organikyang membusuk. Sering
kali, sampah dibakar oleh anggota sektor daur
ulang informal untuk memulihkan barang daur
ulang bernilai tinggi seperti logam. Kebakaran
dikaitkan dengan kesehatan manusia dan dampak
lingkungan.

Dampak kesehatan. Selain bahaya fisik langsung
dari kondisi kerja yang berbahaya dan kebakaran,
pekerja sektor informal juga terpapar vektor
penyakit (misalnya, hewan pengerat, serangga),
patogen kesehatan manusia, dan polutan. Polusi
udara, seperti emisi partikulat dari pembakaran
sampah terbuka dan kebakaran tempat
pembuangan, akan memengaruhi kesehatan
pekerja dan penduduksekitar.

Eksploitasi. Pekerja sektor informal tidak memiliki
perlindungan yang didapatkan pekerja sektor
formal dari peraturan dan perundang-undangan,
dan sering dieksploitasi oleh tengkulakyang
membeli barang daur ulang dari mereka.

Variasi harga. Pasar untuk daur ulang tidak stabil.
Perubahan harga berkontribusi pada kerentanan
pekerja, banyakyang telah menghadapi kondisi
kemiskinan ekstrem.

Apa Keuntungan Menggabungkan Sektor Daur
Ulang Informal?

Selain mengurangi risikoyang dihadapi pekerja
sektor informal (lihat bagian sebelumnya), kota dapat
memperoleh manfaat dari menggabungkan para
pekerja ini. Membawa pekerja sektor informal ke
pekerjaan formal akan memanfaatkan pengalaman
mereka, meningkatkan kondisi kerja, dan
meningkatkan statistik ketenagakerjaan kota.
Keuntungan utama meliputi:

Keuntungan teknologi. Pekerja sektor informal
sering kali memperkenalkan teknologi yang baru
dan inovatif, seperti mengembangkan aplikasi
telepon untuk pengambilan barang daur ulang
sesuai permintaan.

Keuntungan lingkungan. Pekerja sektor informal
mencapai tingkat pemulihan yang tinggi karena
pengumpulan sangat penting untuk penghidupan
mereka. Tingkat pemulihan yang bertambah ini
menjauhkan sampah dari perairan dan habitat
kritis lainnya.

Keuntungan ekonomi. Sektor daur ulang informal
mengubah sampah menjadi komoditasyang
dapat diperdagangkan, membentukjaringan
perdagangan dan bisnis baru, dan menciptakan
lapangan kerja.

Keuntungan sosial. Paparan pengumpul sampah
informal terhadap bahaya berkurang bila mereka
diintegrasikan ke dalam sistem formal. Angka
penyerapan tenaga kerja lokal juga meningkat
dengan membawa mereka ke sektor formal. Di
beberapa tempat, pekerja sektor informal menerima
tunjangan pendidikan dan pelatihan sebagai
bagian dari pengintegrasian mereka ke dalam
sistem daur ulang formal.

PraktikTerbaik

Ada sejumlah praktikterbaik dalam mengintegrasikan

sektor daur ulang informal dan organisasi afiliasi ke

dalam sistem pengelolaan sampah formal, termasuk:

Mengumpulkan informasi. Kota dapat
mengumpulkan informasi tentang demografi,
sumber daya, organisasi, dan praktik pekerja sektor
informal untuk membantu menginformasikan
keputusan tentang cara terbaik untuk terlibat
dengan orang-orang tersebut.

Melakukan penjangkauan inklusif. Merupakan
praktikyang baik untuk mengajakdan melibatkan
pekerja daur ulang informal dalam perencanaan
dan kegiatan pengelolaan sampah padat.
Keterlibatan ini dapat membantu mengidentifikasi
solusi, menghasilkan penerimaan, dan idealnya
akan menggabungkan pekerja sektor daur ulang
informal ke dalam angkatan kerja formal untuk
memperbaiki dan meningkatkan kehidupan
mereka. Selain itu, di banyak kota, sektor informal
akan membawa jaringan pengumpul, penyortir,
pengangkut, perantara, pengolah yang lengkap
dan tersusun, dan dalam beberapa kasus, juga
pasar akhir untuk daur ulang. Kota-kota yang secara
proaktif terlibat dengan sektor informal dapat
secara kolaboratif mengembangkan struktur untuk
bekerja sama memformalkan kegiatan daur ulang,
seraya meminimalkan gangguan pada jaringan
yang ada sebelumnya. Dasar-dasar pelibatan
pemangku kepentingan dijelaskan di bagian
Keterlibatan Pemanaku Kepentinaan.

Membuat kebijakan. Kebijakan dapat
dikembangkan dan diimplementasikan di tingkat
lokal dan nasional untuk mengintegrasikan sektor
informal. Brasil dan India telah menerapkan

©©OO


-------
11

Daur Ulang

105

Employment:
Globalizing &

sKfcsiiffl

INTI MASALAH

Memasukkan Sektor
Informal dalam Kegiatan
Pengelolaan Sampah
Padat di Dakar, Senegal

Tempat pembuangan sampah Mbeubeuss di Dakar adalah tempat pembuangan sampah
terbuka paling besardi Afrika Baratdan memiliki ribuari pengumpul sampah informal (ILO
2019). Bokk Diom, asosiasi pekerja sektor informal di Mbeubeuss, telah berupaya meningkatkan
keanggotaan mereka sejak 2018. Selain itu, organisasi tersebut juga membentuk Biro
Perempuan Bokk Diom yang telah meningkatkan partisipasi perempuan hingga 65,6 persen
dari total keanggotaan (WIEGO 2019). Selanjutnya, kelompok tersebut memfokuskan sesi
pelatihan mereka pada keselamatan dan dampak lingkungan.

Faktor kunci keberhasilan Bokk Diom adalah hubungan mereka dengan pejabat publik negara
bagian, nasional, dan kota, yang mengarah pada interaksi reguler antara pekerja sektor informal
dan pembuat keputusan. Kelompok ini juga telah menjalin kemitraan dengan organisasi
nasional seperti Zero Waste Senegal.

kebijakan nasional yang mewajibkan lembaga
pemerintah setempat untuk memasukkan sektor
informal dalam kegiatan pengumpulan dan daur
ulang sampah mereka.

Tawarkan pelatihan. Anggota sektor daur ulang
informal mungkin memerlukan pelatihan agar
berhasil berintegrasi di sektor pengelolaan sampah
formal. Misalnya, mereka dapat mengambil
manfaat dari pelatihan kesehatan dan keselamatan
untuk meningkatkan perilaku di tempat kerja,
seperti mengetahui apa yang harus dilakukan
jika bersentuhan dengan sampah medis. Hidup
di pinggiran masyarakat, anggota sektor informal
mungkin tidak merasa diberdayakan untuk
bernegosiasi dengan penghasil sampah, instansi
pemerintah, atau tengkulak yang membeli daur
ulang mereka. Maka, pelatihan sangat penting
untuk meningkatkan kekuatan negosiasi mereka

Libatkan koperasi. Pekerja sektor informal di
beberapa kota telah membentuk koperasi dan
mengadakan kontrak dengan pemerintah daerah
untuk mengumpulkan sampah. Di India, SWaCH,
koperasi yang sepenuhnya dimiliki pekerja,
melakukan pengumpulan dari rumah ke rumah di
bawah kontrak dengan Perusahaan Kota Pune.

Libatkan lembaga swadaya masyarakat (LSM),

Karena sektor daur ulang informal seringkali tidak

siap untuk mengatur kondisi kerja yang lebih
baik, LSM sering memainkan peran utama dalam
membantu mereka. LSM mendampingi sektor kerja
informal dalam mengembangkan usaha mikro
dan bernegosiasi dengan pemerintah daerah
untuk pekerjaan dan kontrak. Perempuan dalam
Pekerjaan Informal: Globalizing and Organizing dan
The Global Alliance of Waste Pickers adalah dua
organisasi semacam itu.

Mengidentifikasi pengusaha. Di beberapa daerah,
sektor daur ulang informal dimasukkan ke dalam
sektor pengelolaan sampah formal melalui cara-cara
inovatif dan kewirausahaan (lihat, misalnya, Contoh
11.5). Pengusaha memulai bisnis daur ulang dengan
mengembangkan portal online yang mudah
digunakan dan aplikasi telepon untuk pengambilan
barang daur ulang berdasarkan permintaan oleh
pekerja sektor informal. Salah satu contohnya
adalah Kabadiwala, layanan penjemputan online,
yang saat ini beroperasi di lima wilayah India.

Pertimbangkan pekerjaan pemerintah. Banyak
kota di negara berkembang mengupayakan
cakupan pengumpulan sampah yang komprehensif.
Beberapa kota berupaya mencapai cakupan yang
lebih tinggi dengan meningkatkan tenaga kerja,
termasuk mengintegrasikan anggota sektor daur
ulang informal.

oeo©@©®o®o©©@©o


-------
11

Daur Ulang

106

CONTOH 11.5 STUDI KASUS

Memasukkan Pekerja Sektor Informal dalam Kegiatan
Pengelolaan Sampah Padat di Bangalore, India

Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Bangalore telah berfokus pada perencanaan tingkat mikro untuk
pengumpulan dan pengolahan sampah guna mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Memasukkan pekerja
sektor informal ke dalam sistem pengelolaan sampah padat telah menjadi komponen utama dari upaya ini. Saat
ini, lebih dari 15.000 pekerja sektor informal menangani sampah di kota. Para pekerja ini menyediakan tenaga kerja
terampil yang secara signifikan mengurangi biaya pengelolaan sampah kota.

Sejak tahun 2016, kota ini telah meresmikan hubungan mereka dengan sektor informal. Kota ini menyediakan
kartu identitas bagi pekerja sektor informal, menawarkan kursus sertifikasi, dan telah membentuk nota
kesepahaman dengan kelompok pekerja sektor informal. Satu manfaat tambahan dari bekerja dengan sektor
informal adalah, kota telah mengurangi ketergantungan mereka pada kontraktor tradisional, yang terkadang
memberikan harga yang terlalu mahal untuk layanan dan sulit untuk diatur.

sektor informal di Benaaluru dan

situs web Hasiru Dala

(Hasiru Dala 2015).



Kelompok pekerja sektor informal biasanya berbasis di stasiun transfer.
Pekerja di beberapa pusat ini menyediakan pengumpulan dari pintu ke
pintu, dan kemudian menerima bantuan keuangan dari kota.

Pekerja sektor informal di Bangalore telah menemukan cara inovatif untuk
mengintegrasikan solusi teknologi ke dalam pekerjaan mereka. Beberapa
telah mengembangkan aplikasi telepon untuk memantau kapan tempat
sampah pelanggan mereka telah dikosongkan, berapa banyak sampah
yang dikumpulkan, dan seberapa baik sampah dipisahkan (persyaratan di
India). Tinjauan ini memungkinkan pekerja sektor informal untuk menilai
kinerja pelanggan mereka; peringkatyang lebih tinggi dapat memberikan
biaya layanan pengumpulan yang lebih rendah.

oeo©@©®o®o©©@©o


-------
12 PENGELOLAAN
TEMPAT PEMBUANGAN

OO®© S0OOO ® ^^0 © o 0




-------
A

Referensi Utama

Closing Dumpsites Knowledge Base
(ISWA 2017a)

Waste Atlas (Database of Global Waste
Management Sites) (D-WASTE 2020)

Improving Solid Waste Disposal in San
Cristobal Municipality. Dominican Republic
(U.S. EPA 2018c)

Municipal Solid Waste Knowledge Platform
[CCAC Tidak Bertanggal(a)]

A Roadmap for Closing Waste Dumpsites:
The'World's Most Polluted Places (ISWA 2016)

Training Module: Closing an Open Dumpsite
and Shifting from Open Dumping to
Controlled Dumping and to Sanitary Land
Filling (UNEP 2005b)

Municipal Solid Waste Management in
Developing Countries (Coursera 2019)

Closure and Rehabilitation of Open Dumps
(CCAC 2014)

Waste Collection: A Report (Kogler, 2007)








-------
12

Pengelolaari Tempat Pembuangan Sampah

109

Bagian 12

Pengelolaan Tempat
Pembuangan Sampah

Tempat pembuangan sampah terbuka akan
menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan.Transisi dari tempat
pembuangan sampah terbuka ke sanitary landfill
(yang dijelaskan di bagian Sanitary Landfill) harus
menjadi tujuan akhir bagi sebagian besar kota dan
pusat kota. Narnun, transisi biasanya rumit dan mahal,
dan membutuhkan perencanaan jangka panjang
yang ekstensif.Transisi bertahap yang berfokus pada
peningkatan operasi di tempat pembuangan sampah
yang sudah ada menggunakan teknik berbiaya rendah
sambil mengembangkan sanitary landfill, dan kemudian
menutupnya dan beralih ke sanitary landfill, adaiah
praktik terbaik di sebagian besar situasi.

Bagian ini menjelaskan beberapa manfaat utama dari
pengelolaan tempat pembuangan sampah terbuka dan
memberikan gambaran umum tentang praktik terbaik
untuk memulai transisi ke sanitary landfill.

Mengapa Fokus ke Tempat
Pembuangan Sampah Terbuka?

Tanpa tindakan pengelolaan yang tepat, tempat
pembuangan terbuka dapat menyebabkan berbagai
dampak lingkungan dan kesehatan, termasuk beberapa
hal berikut (lihat Contoh 12,1):

Polusi udara. Tempat pembuangan terbuka
memancarkan metana, perkursorozon di
permukaan tanah. Kebakaran di tempat
pembuangan terbuka akan melepaskan partikel
dan dioksin ke udara. Selain berdampak pada
kesehatan manusia, emisi ini juga berkontribusi
pada perubahan iklim global dan regional [untuk
informasi selengkapnya, lihat situs web inisiatif
Lirnbah Kota Koalisi Iklim dan Udara Bersih
(CCACTidak Bertanggal (e)|.

• | ' -r "- '•*"

gjsifej

4

- • . : 
-------
12

Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah

110

Contoh 12,1. DampakTempat Pembuangan Sampah Terbuka terhadap Kesehatan
dan Lingkungan

Emisi partikulat
(termasukkarbon hitam)

Populasi terdekat

Emisi metana
(berkontribusi atas pemberitukan 03)

Lereng yang
tidakstabil

Kebakaran di
permukaan dan di
bawah permukaan

L

\ /
Migrasi lindi

Air tanah yang terkontaminasi

© © © © ©©0©o


-------
12

Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah

111

Risiko kebakaran. Tempat pembuangan terbuka
memiliki risiko kebakaran mendadakyang lebih
tinggi (baikdi permukaan maupun di bawah
permukaan) karena lebih banyaksampah yang
terpapar oksigen. Di beberapa lokasi, pendaur ulang
informal membakar sampah untuk memulihkan
logam, yang meningkatkan kemungkinan
kebakaran di permukaan.

Pencemaran air tanah dan air permukaan. Air

hujan yang bersentuhan dengan sampah di tempat
pembuangan terbuka dengan cepat tersaring di
sampah dan mengeluarkan bahan kimia yang
kemudian merembes ke tanah dan sumber air.

Menyebarkan penyakit. Tempat pembuangan
terbuka dapat menarik serangga, hama, dan
pembawa penyakit potensial lainnya yang dapat
menginfeksi pekerja dan populasi di sekitarnya.

Bau. Bau busuk dari sampah yang membusuk di
tempat pembuangan terbuka dapat memengaruhi
estetika area di sekitar lokasi, menurunkan nilai
properti dan kualitas hidup.

Kelongsoran lereng. Tempat pembuangan terbuka
biasanya memiliki permukaan yang tidakstabil,
yang dapat mengakibatkan kelongsoran; hal seperti
itu dapat berdampak secara fisik pada pekerja dan
rumah di sekitarnya, dan berpotensi mengakibatkan
korban jiwa.

PraktikTerbaik

Bagian ini menjelaskan praktikterbaik untuk memulai
transisi ke sanitary landfill, termasuk meningkatkan
operasi di tempat pembuangan terbuka, mengubah
tempat pembuangan terbuka menjadi tempat
pembuangan terkendali, dan menutup tempat
pembuangan sampah.

Meningkatkan Operasi di Tempat Sampah
Terbuka

Peningkatan sederhana dapat dilakukan dengan sedikit
investasi modal dan biaya berkelanjutan yang minimal
untuk mengurangi dampak lingkungan dan kesehatan
dari tempat sampah terbuka. Contoh termasuk:

Terapkan pelindung harian. Menerapkan bahan
penutup harian (misalnya, kotoran atau kompos)
dapat mengurangi ancaman kesehatan dan
penyakit langsung yang ditimbulkan oleh sampah
yang terbuka (GMI 2012).

Bangun drainase. Membangun saluran air di
sekeliling tempat pembuangan sampah untuk
menampung limpasan dan air lindi (USAID 2018).

Minimalkan pencucian. Pemadatan dan perataan
tanah berkala (setiap dua bulan seringkali memadai)
membantu meminimalkan pencucian melalui tanah.
Praktik ini menyebabkan air hujan mengalir ke
saluran drainase, bukan meresap ke dalam tanah.
Tenaga kerja manual atau alat berat dapat digunakan
(menyewa alat berat seringkali merupakan pilihan
yang paling murah) (USAID 2018).

Terapkan praktik yang melindungi kesehatan
manusia. Melindungi kesehatan sektor informal
dan pekerja lainnya dengan memberikan pelatihan
kebersihan, sabun, dan air. Untuk meminimalkan
risiko cedera fisik akibat benda tajam di tempat
pembuangan, pekerja harus dilengkapi dengan
pakaian pelindung, alas kaki, dan peralatan
(USAID 2018).

Lakukan pemantauan secara berkala. Secara
teratur menguji air tanah untuk kontaminan,
termasuk bakteri, logam berat, dan bahan kimia
organik beracun (USAID 2018).

Hentikan pembuangan di lokasi yang tidak stabil.

Terus membuang sampah di lokasi yang secara fisik
tidakstabil dapat meningkatkan risiko kelongsoran
sampah. Kota dapat menggunakan ekskavator dan
peralatan lain untuk memahat permukaan kerja
di lokasi untuk membuat lereng lebih bertingkat
sehingga lebih stabil (U.S. EPA 2017a).

Pasang pagar. Pagar dapat membantu mencegah
sampah berpindah ke luar lokasi dalam kondisi
berangin. Pagar juga dapat membantu mengatur
orang yang memiliki akses ke lokasi, hal ini dapat
membantu mengurangi risiko kebakaran yang tidak
disengaja dan paparan zat berbahaya.

Mengubah Tempat Pembuangan Sampah
Terbuka meniadi Tempat Pembuangan
Terkendali

Selain menerapkan perbaikan awal berbiaya rendah
di tempat pembuangan terbuka, banyak kota telah
meningkatkan tempat pembuangan terbuka dengan
mengubahnya menjadi tempat pembuangan terkendali.
Perubahan ini biasanya melibatkan langkah-langkah
berikut:

Melakukan penilaian lokasi. Penilaian lokasi akan
membantu menentukan apakah lokasi tempat
pembuangan terbuka yang ada sudah cocok untuk
diubah menjadi tempat pembuangan terkendali
atau untuk penutupan akhir.Tempat pembuangan
alternatif diperlukan jika pengubahan tidak praktis
(Coursera 2019).




-------
12

Pengelolaari Tempat Pembuangan Sampah

112

INTI MASALAH





W

Menutup Tempat
Pembuangan Sampah
Terbuka di Oman



Hingga belakangari ini, sampah Oman disimpan ke dalam sebaran campuran di 317 tempat
pembuangan terbuka dan tempat pembuangan sampah yang tidak terkendali, yang
menimbulkan bahaya lingkungan dan kesehatan masyarakat bagi mereka yang tinggal di dekat
tempat pembuangan sampah.

Pada tahun 2009, pemerintah mengeluarkan dekrit kerajaan untuk mendukung revitalisasi
infrastruktur pengelolaan sampah padatOman. Dalam waktu kurang dari lima tahun, otoritas
pengelolaan sampah negara itu berhasil menutup sekitar90 persen tempat pembuangan sampah
di Oman, mengikuti proses yang sistematis.

Penutupan tempat pembuangan sampah diprioritaskan menggunakan kriteria analisis risiko
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Tempat pembuangan sampah dengan potensi terbesar
atas kontaminasi berkelanjutan, pembakaran terbuka, atau masalah keamanan didorong
ke urutan teratas daftar penutupan untuk meminimalkan dampak buruknya. Prioritas juga
mempertimbangkan waktu penutupan dan biaya yang dibutuhkan.

Mempersiapkan lokasi yang ada. Mengubah
tempat pembuangan terbuka menjadi tempat
pembuangan terkendali melibatkan beberapa
iangkah, termasuk meratakan dan memadatkan
sampah yang ada serta membangun saluran/
parit drainase, di antara kegiatan persiapan lainnya
(Coursera 2019). Prosedur operasional meliputi
pembatasan area wilayah kerja; menutupi sampah
yang terbuka dengan tanah, pasir,atau tanah liat; dan
memasang penghalang sampah (U.S. EPA 2002a).
Dalam kasus yang jarang terjadi ketika ada sedikit
sampah di tempat pembuangan, sampah dapat
disingkirkan untuk sementara waktu ketika lapisan
baru dan sistem pengumpulan lindi dipasang [UNEP
2005(b)]. Hal ini juga merupakan praktikterbaik untuk
kegiatan persiapan untuk memperhitungkan daur
ulang di tempat pada masa mendatang oleh pekerja
sektor informal. Banyak kota telah menghentikan
kegiatan daur ulang di tempat pembuangan limbah
dan sebaliknya meminta pekerja sektor informal
melakukan kegiatan daur ulang di tempat yang lebih
formal di luar lokasi.

Pemantauan fasilitas secara teratur untuk volume
dan komposisi sampah, produksi gas metana,
kondisi air permukaan dan air tanah, dan kondisi
sistem drainase adalah praktik terbaik (USAID 2018).
Jika tempat pembuangan yang terkendali tidak
dipantau dengan cermat, mungkin masih memiliki

masalah yang perlu ditangani, seperti kelongsoran
lereng yang terjadi saat sampah mengendap.
Contoh 12.2 menyajikan studi kasus proyek
rehabilitasi tempat pembuangan sampah terkendali
di Delhi Timur, India.

Penyegelan dan penutupan tempat
pembuangan sampah secara bertahap karena
kapasitas untuk menerima sampah telah habis
(USAID 2018).

Mempertahankan pemantauan terjadwal sampai
pengambilan sampel menunjukkan bahwa hal ini
tidak lagi diperlukan - setidaknya 10 tahun tetapi
mungkin 30 tahun atau lebih (USAID 2018).

Menutup Tempat Pembuangan Akhir

Menutup tempat pembuangan sampah terbuka tidak
hanya berarti meninggalkannya. Produksampingan
dekomposisi diproduksi lama setelah penutupan;
maka, perencanaan dan pemeliharaan jangka
panjang diperlukan untuk meminimalkan risiko kota
pascapenutupan (Coursera 2019). Praktik terbaik untuk
menutup tempat pembuangan terbuka dan terkendali
meliputi:

Melakukan sosialisasi. Kota-kota merasa perlu
mengidentifikasi peran dan tanggung jawab pihak
yang terkena dampak penutupan, seperti operator,
penduduk, dan pemangku kepentingan lainnya.

oeo®@i®0®o ©^©©oo

.a


-------
12

Pengelolaari Tempat Pembuangan Sampah

113

POIN UTAMA



Menutup Kampanye
Tempat Pembuangan
Sampah

Asosiasi Sampah Padat Internasional telah membentuk kampanye untuk menutup 50 tempat pembuangan sampah
terbesar di dunia. 11 SWA website (ISWA 2017b) mencakup berbagai sumber daya untuk membantu kota dalam
merencanakan proyek penutupan tempat pembuangan sampah.

Terlibat dalam diskusi dengan kelompok-kelompok
ini dapat membaritu otoritas setempat dan
pengambil keputusan mengumpulkan informasi
tentang hambatan potensial dan mendapatkan
dukungan. Misalnya, disarankan untuk menjangkau
pekerja sektor informal yang bergantung pada
akses ke bahan-bahan di tempat pembuangan
terbuka untuk mata pencaharian mereka; mereka
dapat secara resmi dimasukkan dalam rencana
untuk menutup tempat pembuangan sampah
dan dipekerjakan sebagai pekerja di fasiiitas baru
yang direncanakan. Untuk informasi selengkapnya
tentang strategi pelibatan pemangku kepentingan,
lihat bagian Keterlibatan Pemanaku Kepentinaan.

Mengembangkan rencana penutupan. Rencana
penutupan menjelaskan kegiatan yang harus
dilakukan selama penutupan Iokasi. Eiemen
rencana dapat mencakup stabilisasi lereng
curam untuk mencegah bahaya erosi, penerapan
sistem pengelolaan lindi dan gas, dan desain
penutup akhir. Rencana tersebut juga harus
rnempertimbangkan langkah-langkah untuk
mencegah pembuangan ilegal pada masa depan,
akses tidak sah di Iokasi tertutup, relokasi pemukim
informal (jika ada), dan pemasangan sumur
pemantauan (Kursus2019).

Pengeluaran modal untuk penutupan antara lain
meliputi biaya bahan penutup akhir, drainase,
lindi dan sistem pengelolaan gas, dan relokasi
pemukiman informal. Biaya operasional umumnya
mencakup kebutuhan peralatan dan tenaga kerja
(Coursera 2019).

Mengembangkan rencana pengelolaan pasca-
penutupan. Tempat pembuangan akan terus
menghasilkan lindi dan gas lama setelah tempat
tersebut berhenti menerima sampah. Selain itu,
penutup akhir situs dapat terkikis seiring waktu
karena curah hujan dan paparan eiemen. Rencana
pascapenutupan yang dirancang dengan baik

memungkinkan pemeliharaan dan pemantauan
situs yang berkelanjutan selama setidaknya 10
tahun (Coursera 2019).

Mempertimbangkan penggunaan kedua dari
tempat pembuangan sampah tertutup. Tempat
pembuangan sampah yang tertutup dengan baik
nantinya dapat digunakan untuktujuan lain, seperti
area rekreasi atau ruang hijau publik, atau untuk
tujuan konstruksi. Renting untuk memastikan
bahwa risiko emisi metana dan kontaminasi
lindi telah dihilangkan sebelum ruang tersebut
digunakan untuk umum.

Bersiap untuk kegiatan remediasi dan
pembersihan, jika diperlukan. Masalah seperti
lindi, selip dan paparan sampah, kebakaran, dan
ledakan sering kali diakibatkan oleh prosedur
penutupan dan pasca-penutupan yang tidak tepat
atau tidak memadai. Solusi mungkin mencakup
penggalian tanah atau teknologi pembersihan yang
lebih agresif (Coursera 2019).

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Langkah rendah biaya apa yang dapat segera
diambil kota untuk mengurangi dampak kesehatan
dan lingkungan dari pembuangan terbuka?

Haruskah tempat pembuangan sampah ditutup
atau diubah? Jika ditutup, apakah Iokasi akan
diperbaiki?

Jika tempat pembuangan sampah akan diperbaiki,
pedoman apa yang harus diikuti kota untuk
meminimalkan dampak terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat?

Standar apa yang dapat dicapai di tempat
pembuangan sampah?

Haruskah kota menawarkan fasiiitas pemindahan
sampah secara permanen atau sementara di
Iokasi tertutup?

oeo®@i®0®o ©^©©oo

.a


-------
Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah

114

Rehabilitasi Tempat Pembuangan Sampah di Delhi Timur, India

Tempat pembuangan sampah Ghazipur di Delhi Timur dibuka pada tahun 1984. Dimulai pada awal 2000-an, situs
ini mulai mencapai kapasitas desain maksimum. Namun, karena tidak adanya tempat pembuangan pengganti,
sampah terus dibuang di lokasi tersebut.

Pada tanggal 1 September 2017, sebagian sampah mengalami longsor. Sampah dari tepat pembuangan sampah
meluncur 110 meter melintasi area yang berdekatan, menewaskan dua orang dan melukai lima lainnya. insiden ini
mendorong urgensi baru untuk meningkatkan operasi dan manajemen di tempat pembuangan akhir.

Dalam menanggapi hal ini, Perusahaan Kota Delhi Timur (East Delhi
Municipal Corporation) bekerja sama dengan Climate and Clean Air
Coalition Municipal Solid Waste Initiative dan Lembaga Perlindungnan
Lingkungan Amerika Serikat untuk melakukan penilaian secara detail
terhadap struktur tempat pembuangan akhir dan praktik operasional
yang mengakibatkan kelongsoran. Kajian tersebut memberikan
rekomendasi untuk (1) mengurangi risiko kelongsoran pada masa
depan, (2) mengurangi risiko kebakaran tempat pembuangan akhir, dan
(3) memperkirakan kapasitas tambahan di tempat pembuangan akhir
sampai alternatif siap.

OQQ©®
-------
K

13 SANITARY


-------
Referensi Utama

Global Methane Initiative: Bioaas Tools and
Resources (GMI 202.0)

Municipal Solid Waste Knowledge Platform
[CCAC Tidak Bertanggal(a)])

Sector Environmental Guideline Solid Waste
(USAID 2018)

International Guidelines for Landfill Evaluation
(ISWA2011)

Landfill Operational Guidelines, 2nd Edition
(ISWA 2010)

Improving Solid Waste Disposal in San
Cristobal Municipality, Dominican Republic
(U.S. EPA 2017b)

Sanitary Landfill Design and Siting Criteria
(Cointreau 2004)

International Best Practices Guide for Landfill
Gas Energy Projects (GMI 2012)

Waste Atlas (Database of Global Waste
Management Sites) (D-WASTE 2020)

Government of India Municipal Solid Waste
Management Manual - Chapter 4.5: Municipal
Sanitary Landfills (CPHEEQ 2016)

0 ft© ® J1®®© "	® ID


-------
13

Sanitary Landfill

117

Bagian 13

Sanitary Landfill

Sanitary landfill dirancang untuk mengontrol dan
mengurangi potensi kontaminasi permukaan dan air
tanah, mengurangi ancaman terhadap pekerja sanitasi,
mengurangi emisi polutan udara, dan memungkinkan
pengumpulan gas tempat pembuangan akhir (LFG)
sebagai sumber energi potensial.

Bagian ini memberikan informasi dasar tentang fitur
utama sanitary landfill; dan praktik terbaik untuk
perencanaan, penempatan, perancangan, dan
pengoperasiannya.

Apa itu Sanitary Landfill?

Sanitary landfill modern adalah tempat pembuangan,
tempat semua praktik berikut diterapkan secara
sistematis (Gambar 13.1):

Penggunaan liner dan sistem pengumpulan lindi
dan gas untuk mengendalikan atau mencegah
dampak lingkungan yang merugikan dan dampak
selanjutnya terhadap kesehatan dan keselamatan
masyarakat.

Pembuangan sampah ke permukaan kerja yang
ditargetkan dan ditetapkan dengan jelas.

Pemadatan sampah untuk melestarikan sumber
daya lahan.

Penerapan material penutup setiap hari untuk
mengendalikan risiko bahaya dari sampah yang
terbuka.

Desain dan operasi tempat pembuangan akhir
untuk mengontrol dan meminimalkan pemukiman
manusia di dalam dan dekat tempat pembuangan
akhir.

Pemantauan air tanah untuk mendeteksi potensi
kebocoran pada liner.

Pendekatan yang mantap dalam jangka panjang adalah
dengan menerapkan semua praktik ini secara sistematis.
Namun, menerapkan semua praktik ini mungkin
akan menantang secara teknologi dan ekonomi di
beberapa negara berkembang. Maka, tujuan jangka
pendekadalah untuk menerapkan praktik ini sebanyak
mungkin dan semaksimal mungkin dalam kondisi saat

Contoh 13.1. Penampang dari Sanitary Landfill yang Khas, Dirancang, Dibangun,
dan Dipelihara dengan Benar

Pengumpulan gas
tempat pembuangan

Pagar

Pagar

Sumur
pemantauan

apisan bawah

Pengumpulan lindi

oeo©®©®o®G®O©©©

0


-------
13

Sanitary Landfill

118

POIN UTAMA

Menangani Sampah Khusus

Beberapa bahan berdensitas rendah (misalnya, selaput plastik
dan busa) memerlukan penanganan dan pemrosesan yang
terampil di tempat pembuangan akhir untuk mencapai
pemadatan yang tepat dan meminimalkan sampah. Sampah
berbahaya mungkin memerlukan penanganan khusus karena
toksisitas, korosifitas, atau sifat berbahaya lainnya (Savage et
al. 1998). Untuk informasi selengkapnya tentang menangani
sampah khusus, lihat bagian Karakterisasi Sampah.

ini.Tujuan terpenting adalah pencegahan dampak
negatif terhadap kesehatan masyarakat dari lingkungan
(Savage etai. 1998).

PraktikTerbaik

Bagian ini menyoroti praktikterbaik untuk semua aspek
sanitary landfill, termasuk cara rriernpertimbangkan
komposisi sampah, biaya penimbunan, penempatan,
desain, pengoperasian dan pengelolaan lokasi, serta
penutupan dan pascapenutupan.

Komposisi Sampah

Komposisi (jenis dan kuantitas) sampah padatyang
tertimbun di tempat pembuangan merupakan penentu
penting dari jenis, jumlah, dan karakteristik produk
sampingan yang dikeluarkan ke udara dan tanah. Emisi
ini terjadi sebagai konsekuensi dari proses yang terjadi di
dalam tempat pembuangan akhir. Merancang sanitary
landfill untuk menangani jumlah dan jenis sampah
yang akan dibuang di lokasi pembuangan merupakan
pendekatan yang sudah kokoh (Savage et al. 1998).

Kota-kota menganggap penting untuk
mempertimbangkan variabel terkait sampah berikut
ketika merencanakan sanitary landfill:

Apakah suatu kota memiliki data kualitas tentang
kuantitas dan komposisi sampah yang akan dibuang
ke tempat pembuangan akhir, yang berbeda dengan
komposisi keseluruhan sampah yang dihasilkan
oleh pendudukyang dilayani kota tersebut. Selama
proses perencanaan, kota menentukan laju aliran
sampah padat ke tempat pembuangan, dan
mengidentifikasi serta mengevaluasi semua faktor
yang mempengaruhi aliran dari waktu ke waktu

(tingkat saat ini dan masa depan) karena tempat
pembuangan akhir akan beroperasi selama beberapa
tahun. Bagian Karakterisasi Sampah membahas
praktik terbaik untuk karakterisasi aliran sampah
secara lebih mendetail.

Program pengalihan sampah saat ini dan
mendatang (misalnya, untuk sampah organik atau
yang dapat didaur ulang), dan dampaknya terhadap
jumlah dan jenis sampah yang dibuang di lokasi.

Apakah aliran sampah mungkin termasuk
sampah berbahaya atau sampah yang mungkin
menimbulkan risiko spesifik saat dibuang, yang
harus diperlakukan secara terpisah (mis., sampah
medis). Sampah ini harus dianggap "tidak dapat
diterirna"di sanitary landfill.

Biaya Tempat Pembuanqan Akhir

Penting untuk memahami biaya untuk merancang,
membangun, mengoperasikan, dan memantau sanitary
landfill sejak awal selama tahap operasional, penutupan,
dan pascapenutupan. Tanpa pemahaman yang jelas
dari biaya ini dan bagaimana biaya tersebut akan
dibayarkan, kota menghadapi risiko harus membatalkan
proyek tempat pembuangan akhir sebelum proyek
itu selesai (misalnya, karena pembiayaan yang tidak
mencukupi) atau menutup tempat pembuangan akhir
setelah dibangun (misalnya, jika operasi terbukti terlalu
mahal). Kota juga perlu mencadangkan pendanaan
yang cukup untuk menutupi biaya pemeliharaan
dan pemantauan tempat pembuangan akhir setelah
ditutup; pemeliharaan pasca-penutupan yang tidak
memadai dapat mengakibatkan lokasi tersebut gagal
menampung sampah dan produksampingan terkait.




-------
13

Sanitary Landfill

119

POIN UTAMA

Karakteristik dan jumlah sampah yarig akari
dibuang

Kepadatan sampah di tempat dan rasio bahan
penutup terhadap sampah padat

Ketersediaari tanah yang cocok untuk
digunakan sebagai bahan penutup dan pelapis

Pembelian dan penyiapan lokasi, yang dapat
mencakup relokasi orang dan bisnis

Faktor yang Perlu
Dipertimbangkan Saat
Menentukan Biaya Tempat
Pembuangan Akhir

Kekasaran medan dan kemudahan akses ke lokasi

Konstruksi tempat pembuangan akhir bertahap

Persyaratan peraturan

Persyaratan infrastruktur pengumpulan dan
pemanfaatan LFG

Persyaratan sistem pengolahan iindi

Rencana pemeliharaan dan pemantauan pasca
penutupan

Tantangan dari Memperkirakan Biaya Tempat
Pembuangan Akhir

Kelarigkaari dari data yang dapat diandalkan tentang
biaya tempat pembuangan akhir rnerupakan tantangan
utama di banyak kota. Dengan demikian, melakukan
upaya pengumpulan data yang terorganisir rnerupakan
langkah pertama yang penting dalam estimasi
biaya yang akurat. Singkatnya, proses ini melibatkan
pencatatan semua biaya yang berlaku (misalnya,
elemen biaya seperti persiapan lokasi), memperkirakan
besarnya biaya untuksetiap elemen, dan menghitung
total biaya pada skala. Bagian 18.8 dalam Guidance for
Landfillina Waste in Developing Countries (Savage et
al. 1998) menyertakan lembar kerja tentang perkiraan
biaya tahunan. Meskipun model menggunakan data
historis Badan Perlindungan Lingkungan Amerika
Serikat dari Amerika Serikat, metode estimasi biaya
berguna untuk perencanaan umum.

Salah satu metode untuk memperkirakan biaya
tempat pembuangan akhir adalah untuk memeriksa
operasi tempat pembuangan akhir masa lalu serta
saat ini di yurisdiksi lain di dekat daerah pembuangan
yang diusulkan, dan untuk mendapatkan atau
memperkirakan biaya. Penting untuk memperhitungkan
baik biaya modal maupun biaya operasional.

Penggunaan Program Pengalihan

Dalam beberapa kasus, memanfaatkan program

pengalihan sampah dapat membantu mengurangi
biaya pembangunan dan pengoperasian tempat
pembuangan akhir. Misalnya, banyak kota telah
menggunakan program pengalihan sampah untuk
mengurangi volume sampah yang harus dibuang,
sehingga memungkinkan mereka membangun tempat
pembuangan akhir yang lebih kecil dengan biaya lebih
rendah atau membangun tempat pembuangan akhir
yang akan bertahan lama. Secara umum, biaya yang
lebih tinggi atas pembuatan tempat pembuangan
akhir dapat membuat program pengalihan lebih hemat
biaya. Misalnya, program daur ulang yang mungkin
terlalu mahal untuk diterapkan mungkin menjadi lebih
ekonomis jika biaya pembuatan tempat pembuangan
akhir tinggi. Untuk informasi selengkapnya tentang
pengelolaan sampah sebelum mencapai tempat
pembuangan akhir, lihat bagian Pengelolaan Sampah
Oraanik dan Daur Ulan a.

Opsi untuk Pemulihan Biaya

Kota dapat memulihkan biaya pengoperasian tempat
pembuangan akhir dengan mengumpulkan "biaya tip".
Biaya tip umumnya dikenakan sesuai dengan berat
atau volume sampah serta jenis sampah. Informasi
selengkapnya tentang perkiraan biaya dan opsi pemulihan
dapat ditemukan di bagian Pertimbanaan Ekonoml.

Kota juga dapat menggunakan proyek pemulihan dan
pemanfaatan LFG untuk mengimbangi biaya operasi
tempat pembuangan akhir. Dalam proyek ini, LFG




-------
13

Sanitary Landfill

120

Contoh 13.2. Karakteristik Geologi yang Ideal untuk Penempatan Tempat Pembuangan Akhir

Stabilitas geologis. Daerah rawan bahaya geologis, seperti zona seismik aktif, zona patahan, banjir,
dan longsoran, dihindari.

Lapisan kedap air di dasar tempat pembuangan akhir. Permeabilitas menggambarkan tingkat di mana air melewati
tanah atau substrat lain (misalnya, menempatkan tempat pembuangan akhir di daerah dengan tanah liat - di mana air
tidakdapat mengalir- akan memberikan perlindungan yang ideal).

Jarak dari badan air permukaan. Menempatkan tempat pembuangan akhir jauh dari badan air permukaan (misalnya,
lebih dari 1.000 meter) meminimalkan potensi banjir di tempat pembuangan akhir dan kontaminasi badan air.

Konduktivitas hidrolikyang rendah pada akuifer pertama yang terletakdi bawah tempat pembuangan akhir untuk
meminimalkan potensi kontaminan berpindah ke akuifer yang berbeda.

Akuifer terdekat di bawah dasar tempat pembuangan akhir mendalam dan tidakdigunakan untuk tujuan minum.

Lapisan tak jenuh di bawah dasar tempat pembuangan akhir mengandung baik udara maupun air di antara tanah
dan batuan (misalnya, lebih dari 30 meter).

dikumpulkan dan digunakan guna menghasilkan listrik
untuk pembakaran langsung (misalnya, dalam boiler di
dalam atau di luar lokasi) atau untuk penggunaan lain
(misalnya, bahan bakartransportasi). Penggunaan LFG
ini mengurangi kebutuhan kota untuk membeli sumber
energi lain. Untuk informasi lebih lanjut tentang praktik
terbaik untuk proyek energi LFG, lihat Panduan Praktik
Terbaik Internasional untuk Provek Enerai Gas Tempat
Pembuangan Akhir dari Global Methane Initiative
(GMI) (GMI 2012). Inisiatif juga telah mengembangkan
beberapa alat untuk pemodelan LFG (GMI Tidak
bertanggal(d)) di negara berkembang tertentu.

Pemilihan Lokasi

Beberapa faktor penting untuk dipertimbangkan
ketika memilih lokasi untuk tempat pembuangan akhir,
termasukfaktor geologis dan non-geologis.

Elemen geologis dan hidrologis

Informasi geologi dan hidrologi dapat digunakan untuk
memilih daerah yang lebih cocok untuk pengembangan
tempat pembuangan akhir, serta untuk membantu
dalam merancang tempat pembuangan akhir guna
meminimalkan potensi pencemaran lingkungan.

Contoh 13.2 menyajikan karakteristik geologi dan
hidrologi yang ideal untuk penempatan tempat
pembuangan akhir.

Pertimbangan non-geologis
Pertimbangan demografi dan politik. Kota
harus mempertimbangkan faktor demografi dan
politik, seperti batas, kepemilikan properti dan hak
penggunaan, reaksi potensial dari penduduk lokal, dan
potensi dampak terhadap populasi yang terpinggirkan.

Potensi kapasitas tempat pembuangan akhir.

Sanitary landfill biasanya dirancang untuk menampung

pembuangan sampah selama bertahun-tahun. Kota
biasanya menghitung volume (atau kapasitas) tempat
pembuangan akhiryang diinginkan berdasarkan jumlah
sampah yang dihasilkan per orang per tahun, ukuran
populasi, populasi yang diantisipasi dan pertumbuhan
ekonomi, proses pengolahan sampah alternatif,
serta jumlah tahun operasi yang diharapkan dari
tempat pembuangan akhir (U.S. EPA 2002a). Informasi
selengkapnya tentang memperkirakan sampah masa
depan dapat ditemukan di baaian KarakterisasiSampah.

Jarak pemindahan. Semakin jauh lokasi tempat
pembuangan akhir dari tempat sampah dihasilkan
dan dikumpulkan, semakin tinggi biaya pengangkutan
limbah. Jika tempat pembuangan akhir jauh dari area
pengumpulan, kota-kota telah mendirikan stasiun
transfer yang membantu untuk mengumpulkan
sampah dari kendaraan pengumpul ke dalam sistem
pemindahan massal. Informasi selengkapnya tentang
stasiun transfer dan perencanaan rute dapat ditemukan
di bagian Pemisahan, Pengumpulan, dan Penaanakutan.

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Area geografis apa yang harus dijadikan lokasi
dan untuk berapa lama?

Kriteria pemilihan lokasi apa yang akan
digunakan?

Apa pandangan warga dan organisasi yang
berkepentingan dengan lokasi tempat?

Bagaimana pandangan ini akan
diperhitungkan dalam proses pengambilan
keputusan?


-------
13

GMI untuk Provek Enerai

Gas Temoat
k Pembuanaan Akhir 4

INTI MASALAH

Menghasilkan Listrik
dari LFG di Sao Paulo,

Sao Paulo, Brasil, menghasilkan sekitar 15.000 metrik ton sampah padat setiap hari.
Sebagian besar sampah ini dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sao Joao milik kota
dari tahun 1992 hingga 2008. Pada saat penutupannya, fasilitas tersebut memiliki sekitar
24 megagram sampah dan tapak seluas 70 hektar.

Pada tahun 2006, Sao Paulo memulai rencana untuk membangun proyek energi LFG
untuk menangkap dan menggunakan LFG dalam jumlah besar yang dihasilkan di tempat
pembuangan akhir. Proyek ini selesai pada tahun 2008. Pembangkit ini membakar
LFG dalam 16 mesin, masing-masing berkapasitas 1,54 megawatt, dan memiliki total
kapasitas produksi listrik 22,4 megawatt.Tiga suar digunakan untuk membakar LFG yang
tidakdigunakan untuk menghasilkan listrik.

Persiapan Lokasi

Secara fisik mempersiapkan lahan untuk pembangunan
sanitary landfill dapat melibatkan kegiatan-kegiatan
berikut (Savage et al. 1998):

Pembersihan dari pemindahan tanaman.

Sebaiknya menyingkirkan pohon, semak belukar,
tanaman, batu, dan bahan lain yang dapat
menghambat pengoperasian peralatan atau
rnenghambat kinerja tempat pembuangan
akhir, termasuk sistem akar apa pun yang dapat
memengaruhi daya tahan jangka panjang sistem
pelapis.

Persiapan drainase, pengendalian erosi dan
sedimentasi, serta akses lokasi. Kota biasanya
membangun jalan, parit, dan fitur-fitur fisik lainnya
untuk memungkinkan drainase, pengendalian
erosi dan sedimentasi, serta akses lokasi. Fitur-fitur
ini diperlukan selama kegiatan persiapan lokasi
dan berpotensi sebagai bagian dari desain tempat
pembuangan akhir permanen.

Penggalian tanah dan penimbunan. Sebagian
besar lokasi tempat pembuangan akhir
memerlukan penggalian material tanah dalam
jumlah besar untuk persiapan tempat pembuangan
akhir. Bahan yang digali dapat digunakan dalam
operasi berikutnya (yakni, sebagai bahan penutup).

Membuat penyangga. Penyangga adalah area
bidang tanah di luar batas dari sampah padat.
Membuat zona penyangga yang cukup besar
meningkatkan penerimaan publikterhadap tempat
pembuangan akhir dan pengoperasiannya.

Desain Tempat Pembuangan Akhir

Di atas segalanya, merupakan praktik terbaik untuk
merancang tempat pembuangan akhir guna melindungi
kesehatan manusia dan lingkungan. Kriteria desain
khusus memperhitungkan persyaratan nasiona! atau
regional, tetapi terdapat beberapa fitur desain umum:

Lapisan bawah. Lapisan digunakan untuk
mencegah iindi memasuki air tanah dengan
menjaga cairan berada di dalam area tempat
pembuangan akhir. Lapisan terbuat dari bahan
yang relatif kedap air seperti tanah yang dipadatkan
atau tanah liat, bahan sintetis, atau gabungan tanah
liat dan bahan sintetis. Tanah liat yang dipadatkan
dengan baik paling sering digunakan karena
sifatnya yang kedap air dan ketersediaannya secara
umum (Savage et al. 1998).

Pengumpulan dan pengolahan Iindi. Di tempat
pembuangan akhir yang dilapisi dengan benar,

Iindi terakumulasi di dalam tempat pembuangan
akhir. Penting untuk menjaga jumlah Iindi di dalam
tempat pembuangan akhir seminimal mungkin



©


-------
13

Sanitary Landfill

122



POIN UTAMA

Langkah Utama dalam
Mengumpulkan dan
Menangani Air Lindi

1.	Mengidentifikasi dan memilih jenis lapisan yang
akan digunakan (misalnya, lapisan tanah atau
tanah liatyang kedapair)

2.	Mempersiapkan rencana penilaian untuk
lokasi, termasuk lokasi saluran dan pipa untuk
pengumpulan dan pembuangan lindi

3.	Merancang fasilitas untuk pembuangan,
pengumpulan, dan penyimpanan lindi

4.	Memilih dan merancang sistem pengolahan lindi
(Savage etal. 1998).

karena tekanan air dapat mendorong lindi melalui
lapisan permeabel atau melalui ketidaksempurnaan
lapisan. Oleh karena itu, tempat pembuangan akhir
yang dirancang dengan baikmenyertakan peralatan
untuk mengumpulkan dan mengalihkan lindi dari
tempat pembuangan akhir dan mengolahnya.

Pipa berlubang, misalnya, dapat dipasang
untuk menampung lindi dan mengalihkannya
untuk diolah. Alternatif pengolahan meliputi (1)
pembuangan ke sistem pengolahan air sampah,
(2) penguapan lindi yang disimpan di kolam
penguapan, (3) resirkulasi atau daur ulang lindi
melalui lingkungan tempat pembuangan akhir
(yang dapat meningkatkan produksi dan laju
pengumpulan LFG), dan (4) pengolahan di tempat
(Savage et al. 1998, U.S. EPA 2002a).

Penutup. Sanitary landfill yang khas memiliki dua
bentukpenutup: (1) penutup harian ditempatkan di
atas sampah di permukaan kerja pada penutupan
operasi setiap hari; dan (2) penutup akhir, atau
tutup, yang merupakan bahan yang ditempatkan di
atas tempat pembuangan akhir yang telah selesai.
Penutup biasanya mencakup bahan alami dan
sintetis seperti lumpur, kompos, ban robek, dan
membran geosintetik.

Pengumpulan LFG dan pemulihan energi.

Pengumpulan LFG dan pemulihan energi
merupakan aspek penting dari operasi sanitary
landfill. LFG dihasilkan sebagai produksampingan
dari dekomposisi jenis sampah tertentu.

Seperti yang diilustrasikan dalam Contoh 13.3, sistem
pengumpulan LFG dapat membantu mengumpulkan,
memindahkan, dan membakaratau menggunakan gas ini
secara produktif. Pembakaran gas membantu mengurangi
risiko kebakaran spontan dan mengurangi emisi metana.
Proyek energi LFG dapat dirancang untuk memanfaatkan
gas yang terkumpul untuk menghasilkan listrik atau
untuk penggunaan produktif lainnya. Panduan Praktik
Terbaik Internasional GMI untuk Provek Enerai Gas Tempat
Pembuangan Akhir (GMI2012) menyertakan informasi

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Apakah departemen pengelolaan sampah
kota memiliki keterampilan untuk
merancang lokasi? Jika tidak, dapatkah
keterampilan ini diperoleh dari bagian lain
kota atau dari sektor swasta

Standar apa yang akan diikuti kota ini?

Bagaimana pekerja sektor informal akan
terpengaruh, dan bagaimana kota akan
mengurangi dampak ini?

Bagaimana fasilitas akan mengumpulkan
dan menggunakan LFG? Apakah ada
fasilitas terdekat yang akan menggunakan
LFG yang ditangkap?



©


-------
13

Sanitary Landfill

123

Contoh 13.3, llustrasi dari Pengumpulari dan Pengolahan LFG untuk Menghasilkan Metana guna
Berbagai Periggunaan (U.S. EPA 2019c)

-Pengumpuian-

Pemrosesan

Penggunaan
Metana

Listrik

J trrn

•¦••¦¦¦I

'"¦¦Till

MM >¦>

Industri /
Institusional

tambahan tentang cara mengimplementasikan proyek
energi LFG. inisiatif Limbah Kota Koalisi Iklim dan
Udara Bersih menawarkan Alat Penyaringan Proyek
LFG (CCACTidak Bertangga! (b)) untuk membantu kota
mengevaluasi kelayakan potensi proyek energi LFG.

Pemantauan air tanah. Pemantauan diperlukan
untuk menentukan kualitas air tanah di suatu
fasilitas dan untuk menentukan apakah telah terjadi
pelepasan kontaminan melalui bagian dasardari
tempat pembuangan akhir. Sistem pemantauan air
tanah terdiri dari sumuryang ditempatkan pada
lokasi dan kedalaman yang sesuai untuk
mengambil sampel airyang mewakili kualitas air
tanah (U.S. EPA 1995).

Akses lokasi. Membangun pagar di sekitar
lokasi dapat secara ketat mengontrol akses
ke tempat pembuangan akhir dan mencegah
cedera, pengambilan sampah yang tidak sah,
dan pembuangan ilegal (U.S. EPA 2002a). Penting
untuk mempertimbangkan bagaimana membatasi
akses ke lokasi yang dapat berdampak pada mata
pencaharian individu yang mencari nafkah dengan
memulihkan dan menjual bahan yang dapat didaur
ulang. Banyak kota mengurangi dampak ini dengan
mengintegrasikan pekerja sektor informal ke dalam
operasi pengumpulan atau pembuangan formal
(misalnya, membantu mereka mengatur koperasi
dan menawarkan akses terstruktur di gerbang
tempat pembuangan akhir).




-------
13

Sanitary Landfill

124

Operasi Tempat Pembuangan Akhir

Banyak kota merasa terbantu dengan menyewa
pengelola tempat pembuangan akhir yang terlatih
untuk mengoperasikan dan mengelola lokasi dengan
benar. Sebelum sampah apa pun dibuang ke tempat
pembuangan akhir, pengelola mengembangkan
rencana untuk menjadi panduan operasional di lokasi.
Rencana tersebut biasanya merinci, secara rinci, lokasi
tempat di mana sampah akan ditempatkan, bagaimana
tempat itu akan dioperasikan, seberapa sering dan di
mana penutup tanah akan digunakan, serta bagaimana
masalah lingkungan (misalnya, hewan, sampah,
kebakaran, gas, lindi) akan ditangani. Pertimbangan
operasional utama lainnya termasuk pemadatan
sampah, penerapan penutup harian, pengolahan lindi
serta pemantauan lindi dan kualitas air, pengelolaan
dan pemantauan emisi dan gasTPA, serta penerapan
penutup akhir (Munawar dan Fellner 2013).

Operasi Penutupan dan Pasca Penutupan

Ketika tempat pembuangan akhir mencapai kapasitas
maksimum, operasi pengisian berhenti, dan lokasi
"ditutup"dengan sistem penutup akhir. Periode waktu di
mana tempat pembuangan akhir selanjutnya dijaga dan
dipantau disebut sebagai "periode pasca penutupan."
Kegiatan-kegiatan yang tercantum di bawah ini secara
luas dikategorikan ke dalam fase penutupan dan
pasca-penutupan.

Penutupan tempat pembuangan akhir melibatkan
kegiatan berikut:

Penghentian pengiriman sampah untuk dibuang
dengan cara dikubur di tempat pembuangan akhir

Persiapan lokasi untuk menerima sistem penutup
akhir atau tutup

Pemasangan sistem penutup akhir

Pemeriksaan ulang sistem pengelolaan lindi untuk
menilai kinerja

Ketentuan untuk pengumpulan dan
pengendalian gas

Peningkatan atau perbaikan sistem drainase,fitur
pengendalian erosi, aksesjalan, dll.

Pemulihan daerah sekeliling yang terganggu

Pembatasan hukum untuk melarang penggunaan
kembali area tempat pembuangan akhir yang
tertutup untukjenis kegiatan tertentu.

Kegiatan pasca penutupan di tempat pembuangan
akhir meliputi pemeliharaan sistem penutup,

pengelolaan lindi, pengelolaan gas, pengendalian
erosi dan sedimentasi, pengelolaan air permukaan,
serta akses dan keamanan lokasi. Selain itu, kegiatan
pasca penutupan juga harus mencakup pemantauan
lingkungan dan ketentuan khusus untuk penggunaan
lokasi di masa mendatang.

Pemeliharaan penutupan dan pasca penutupan adalah
kegiatan penting dalam siklus hidup sebuah tempat
pembuangan akhir karena kegiatan tersebut memenuhi
persyaratan untuk pengelolaan lingkungan dari fasilitas.
Umumnya, pemeliharaan pasca penutupan harus
dilanjutkan hingga sampah padat stabil ke tingkat
di mana tidak lagi berbahaya bagi kesehatan dan
keselamatan publikatau kualitas lingkungan. Proses
stabilisasi ini dapat berlangsung beberapa dekade.

Studi yang dikutip dalam studi kasus di bawah ini
(Contoh 13.4) adalah sumber daya yang berharga
untuk memahami praktikterbaikyang terkait dengan
mengubah tempat pembuangan sampah menjadi
sanitary landfill.

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Apakah ada personel yang cukup terampil
untuk mengoperasikan lokasi tempat
pembuangan akhiryang baru? Pelatihan
apa yang mereka butuhkan, dan dari mana
pelatihan itu berasal?

Haruskah kota mengontrakkan operasi ke
sektor swasta?

Apakah ada cukup uang yang dialokasikan
untuk operasi agar dapat dilakukan
dengan benar?

Apakah ada sumber pendapatan tambahan
yang dapat membantu mengimbangi biaya
operasi (misalnya, biaya tip)?

oeo©®©®o®G®O©©©

0


-------
13

Sanitary Landfill

125

CONTOH 13.4 STUDI KASUS

Mengembangkan Peta Jalan untukTransisi ke Tempat
Pembuangan Akhir dengan Rekayasa Sanitasi di San Cristobal,

Republik Domini ka

San Cristobal adalah kota berpenduduk sekitar 250.000 jiwa yang terletak 30 kilometer dari Santo Domingo di
Republik Dominika. Sejaktahun 2014, tempat pembuangan utama kota telah menjadi tempat pembuangan
semi-terkontrol yang menerima antara 210 dan 270 metrikton sampah setiap hari. Akses ke lokasi tidakterkontrol,
mengakibatkan pemulungan yang tidak aman dan kebakaran yang berbahaya. Selain itu, lokasi tersebut tidak
memiliki sistem pelapis, pemantauan air tanah, atau penutup tanah. Karena kondisi lokasi yang tidak aman, serta
dampakterkait pada kesehatan dan estetika, kota menerima banyak keluhan dari warganya.

Sebagai tanggapan, pemerintah kota telah mulai bekerja dengan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Badan
Pembangunan Internasional Amerika Serikat, dan Badan Perlindungan
Lingkungan Amerika Serikat guna mengembangkan rencana untuk
meningkatkan dan akhirnya menutup tempat pembuangan sampah saat
ini, dan beralih ke sanitary engineered landfill.

Antara tahun 2017 dan 2018, kota dan mitranya melakukan beberapa
penilaian lapangan untuk mengumpulkan data tentang praktik
pengelolaan sampah saat ini dan bertemu dengan para pemangku
kepentingan. Berdasarkan upaya pengumpulan informasi ini, mitra kota
menyiapkan rekomendasi untuk meningkatkan operasi lokasi saat ini
(misalnya, dengan menetapkan permukaan kerjayang tepat), mengubah
lokasi menjadi tempat pembuangan akhir yang direkayasa (misalnya,
dengan merancang pengolahan lindi dan sistem pengumpulan LFG),
serta mengontrak dengan sektor swasta. Rekomendasi tersebut
disampaikan kepada pemangku kepentingan pada Agustus 2018.



Rekomendasi terakhirada
dalam laporan Meningkatkan
Pembuangan Sampah Padat
di Kota San Cristobal, Republik
Dominika (U.S. EPA 2018c).

y

O € © 1 ® © © © " _ © Id


-------
Halaman ini sengaja dikosongkan.


-------

-------
Referensi Utama

Waste-to-Enerav Options in Municipal Solid
Waste Management: A Guide for Decision
Makers in Developing and Emerging Countries
(Mutz etal.2017)

ISWA Guidelines: Waste to Energy in Low and
Middle Income Countries (ISWA 2013b)

Waste to Energy: Considerations for Informed
Decision-Makinci (UNEP 2019)

6(9

OOd@@®9O9d0O ©


-------
14

Pemulihan Energi

129

Bagian 14

Pemulihan Energi

Sekitar 15 persen dari semua sampah yang diolah secara
global dibakar dengan pemulihan energi (UNEP 2019).
Mayoritasfasilitas pemulihan energi saat ini berlokasi di
negara maju, tetapi banyaknegara berkembang tertarik
dengan strategi pengelolaan sampah padat ini karena
potensinya untuk menghilangkan sampah dalam
jumlah besar yang tidak da pat didaur ulang. Selain itu,
fasilitas ini dapat menghasilkan sumber energi alternatif
dan menjaga ruang tempat pembuangan akhir. Namun
demikian, ada banyak tantangan yang terkait dengan
pengembangan dan keberhasilan pengoperasian
proyek pemulihan energi, dan kota-kota didorong untuk
mempertimbangkan dengan cermatapakah pemulihan
energi merupakan pilihan yang tepat untuk situasi dan
kebutuhan khusus mereka.

Bagian ini berfokus pada proses pemulihan energi
yang melibatkan pengubahan bahan yang tidak dapat
didaur ulang menjadi panas, listrik, atau bahan bakar
yang dapat digunakan. Secara khusus, ini membahas
teknologi pemulihan energi yang berbeda, dan faktor
penting untuk dipertimbangkan ketika menentukan
apakah akan memasukkan pemulihan energi sebagai
bagian dari sistem pengelolaan sampah padat. Bagian
ini tidak membahas proyek biogas yang menghasilkan
energi dari pencernaan anaerobik (AD) sampah organik,
atau proyek gas tempat pembuangan akhir (LFG). Topik-
topik ini masing-masing dibahas di bagian Pengelolaan
Sampah Organik dan Sanitary Landfill.

Mengapa Mempertimbangkan
Pemulihan Energi?

Proyek pemulihan energi dapat membantu membuang
bahan limbah yang tidak dapat didaur ulang, sekaligus
menyediakan sumber energi yang dapat digunakan
dalam berbagai aplikasi, termasuk pemanasan dan
pendinginan distrik. Selain itu, proyek pemulihan
energi dapat membantu mengurangi volume sampah
yang dikirim ke tempat pembuangan, keuntungan
yang sangat menarik di lokasi yang memiliki kapasitas
lokasi pembuangan atau tempat pembuangan akhir
terbatas. Proyek sampah-ke-energi (WtE) (atau "sampah

dari energi") juga dapat meningkatkan kesehatan dan
keselamatan masyarakat dengan membuang sampah
dari tempat pembuangan terbuka (UNEP 2019). Oleh
karena itu, memiliki kerangka peraturan dan lingkungan
(misalnya, teknologi pengendalian emisi) untuk
memastikan bahwa proyek WtE tidak memperburuk
masalah kualitas udara lokal sangat penting untuk
keberhasilan proyek dalam mencapai tujuan lingkungan
dan kesehatan.

Jenis Pemulihan Energi

Pemulihan energi, atau WtE, adalah proses mengubah
bahan yang tidak dapat didaur ulang menjadi panas,
listrik, atau bahan bakar yang dapat digunakan.

Konversi ini dapat dilakukan melalui berbagai proses,
antara lain (Mutz et al. 2017):

Pembakaran. Pembakaran atau insinerasi adalah
pembakaran sampah padat di fasilitas khusus untuk
menghasilkan panas, uap, atau listrik. Pembakaran
memerlukan pengelolaan emisi gas buang
(misalnya, partikulat dan gas) dengan hati-hati dan
pembuangan yang aman atau penggunaan abu
padat yang bermanfaat untuk mengurangi dampak
lingkungan dari proses tersebut. Abu pembakaran
biasanya ditimbun (U.S. EPA 2016d).

Pemrosesan bersamaan. Pemrosesan bersamaan
menggunakan sampah sebagai pengganti
bahan bakar fosil dalam proses industri, seperti
pembuatan semen. Bahan bakar yang berasal dari
limbah diperlukan untuk pemrosesan bersamaan
guna memastikan pembakaran yang terkendali.
Bahan bakar yang berasal dari sampah umumnya
terdiri dari sampah yang relatif homogen
dan dicapai melalui serangkaian langkah pra-
pemrosesan,yang membutuhkan modal tambahan.
Pemrosesan bersamaan membantu mengurangi
emisi karbon dioksida dengan menggunakan bahan
bakar biomassa dan bahan bakar campuran, dan
juga dapat menjadi pilihan pengelolaan yang layak
untuk plastikyang tidak dapat didaur ulang (Hinkel
dan Blume 2018).




-------
14

Pemulihan Energi

130

INTI MASALAH

Kemitraan Pemerintah
Swasta di Tiongkok

Kota Wenzhou, Cina, merighadapi semakin banyaknya sampah rumah tangga setiap
tahun. Secara historis, sampah rumah tarigga di daerah tersebut masuk ke dua tempat
pembuangan akhir, Pada tahun 2002, kota bermitra dengan kontraktor swasta lokal
untuk membangun dari mengoperasikan pabrik pembakaran selama dua tahun. Pada
akhir dari dua tahun tersebut, pemerintah akan memiliki dan mengoperasikan pabrik
tanpa kompensasi apapun kepada investor swasta. Pembangkit besar ini mampu
menjual 7 juta kilowatt listrik per tahun. Pabrik juga menerima biaya layanan dari
pemerintah kota Wenzhou untuk pembuangan sampah padat.

Tantangan

WtE dapat merijadi solusi untuk mengurangi sampah
dan menyediakan pasokan energi alternatif. Namun,
hanya ada sedikit proyek WtE yang berhasil di negara
berkembang; tantangan yang dihadapi kota untuk
setiap jenis teknologi pemulihan energi termasuk (Mutz
et al. 2017):

Investasi modal yang besar untuk membangun
dan mengoperasikan fasilitas. Biaya operasional
termasuk biaya operasi tetap (misalnya, gaji) dan
biaya operasi variabel (misalnya, pemeliharaan,
penggunaan utilitas,sistem emisi). Meskipun
fasilitas WtE dapat dibuat layak secara ekonomi
dengan biaya tip, penjualan dari listrik, dan
penjualan dari produk sampingan lainnya (misalnya,
logam yang dipulihkan), dibutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk sebuah fasilitas menjadi
menguntungkan. Sering kali, pendapatan dari
produksi energi tidak menutupi biaya operasional
fasilitas, sehingga kota harus mampu dan mau
mencari jenis pembiayaan tambahan, seperti
kemitraan publik-swasta (KPS). Selain itu, harga
listrik dapat berfluktuasi, yang berarti pemulihan
energi dari sampah padat mungkin bukan pilihan
yang paling kompetitif.

Pengelolaan emisi dan sampah padat. Fasilitas
WtE menghasilkan produk sampah yang perlu
ditangani serta dibuang dengan tepat, termasuk
abu dasar dan abu terbang. Beberapa dari produk
sampah ini dapat dikurangi dengan menggunakan
teknologi kontrol serta pemantauan untuk
emisi udara dan air, melakukan penahanan serta
pembuangan abu dan sampah lainnya yang
tepat, mengendalikan kebisingan dari mesin dan
kendaraan pengangkut, serta menangani dan
menyimpan sampah berbahaya dengan benar.
Renting agar kota memiliki mekanisme pemantauan
dan kepatuhan udara yang memadai untuk
memastikan bahwa fasilitas WtE memenuhi standar
peraturan dan emisi.

Persyaratan bahan baku tertentu. WtE

membutuhkan bahan baku dengan ambang
batas kandungan kalori tertentu yang mungkin
tidak dapat dicapai untuk kota atau pusat kota
yang tidak memisahkan aliran sampah. Sampah
campuran dapat memiliki kadarairyang terlalu
banyak atau nilai kalori yang terlalu sedikit, dan
peraturan beberapa negara melarang pembakaran
sampah berkalori rendah. Selain itu, kondisi
iklim dapat membuat bahan baku yang tepat
sulit diperoleh. Misalnya, di Karibia, kandungan




-------
14

Pemulihan Energi

131

sampah organik basah yang tinggi dan lingkungan
yang keras rnenyebabkan korosi yang cepat pada
peralatan pemulihan energi (IDB 2016). Di banyak
kota, proyek WtE dapat bersaing dengan upaya
daur ulang untuk bahan yang dapat didaur ulang
dengan nilai kalori tinggi.

Pendidikan dan pelatihan staf. Staf yang
berpengetahuan dan terarnpil diperlukan untuk
mengimplementasikan dan rnengoperasikan
fasilitas. Memastikan fasilitas mempekerjakan
staf yang berkualifikasi dan semua staf menerima
pelatihan merupakan hal yang menguntungkan
bagi kota.

Komitmen jangka panjang yang saling
bertentangan. Membangun dan rnengoperasikan
fasilitas WtE membutuhkan komitmen jangka
panjang dari kota. Komitmen ini dapat
bertentangan dengan prioritas lokal lainnya, seperti
pengurangan emisi gas rumah kaca dan target
pengurangan timbulan sampah secara keseluruhan
(karena penurunan tingkat timbulan sampah berarti
lebih sedikit bahan baku untuk fasilitas tersebut)

Digestasi AD dan pemulihan LFG adalah dua cara
lain untuk memulihkan energi dari sampah. Bagian

Penaelolaan Sampah Oraanik dan Sanitary Landfill
masing-masing memberikan informasi lebih lanjut
tentang AD dan pemulihan LFG.

Waktu Mempertimbangkan WtE

Pemulihan energi dapat menjadi bagian yang
takterpisahkan dari sistem pengelolaan sampah
padatyang berfungsi. Namun, menurut hierarki
pengelolaan sampah padatyang dijelaskan di bagian
Pendekatan, praktik terbaik adalah menerapkan
strategi pengurangan sumber dan daur ulang sebelum
mempertimbangkan pemulihan energi sebagai opsi
(U.S. EPA 2019a), atau menerapkan ketiga strategi secara
bersamaan. Selain itu, karena potensi risikoyang terkait
dengan teknologi pemulihan energi (khususnya yang
tidak menyertakan peralatan pengendalian emisi),
proyek ini merupakan pilihan yang layak hanya di
kota-kota dengan sistem pengelolaan sampah padat
yang berfungsi dan efisien, serta protokol pengelolaan
lingkungan yang berlaku.

Pertanyaan untuk
Pengambil Keputusan

Apakah sistem pengelolaan sampah padat
yang efisien sudah ada?

Apa undang-undang lingkungan yang ada
untuk melindungi dari polusi yang disebabkan
oleh WtE? Apakah semua teknologi tercakup
dalam undang-undang? Apakah mekanisme
pemantauan sudah ada?

Bagaimana kota dapat memastikan aliran
sampah berkualitas tinggi yang sesuai untuk
pembakaran?

Bagaimana kota melatih staf untuk
memastikan mereka memiliki keterampilan
untuk rnengoperasikan fasilitas?

Apakah pengguna akhir untuk listrik atau
panas telah diidentifikasi dan ditemui?

Apakah semua biaya proyek telah
dipertimbangkan dan metode pendanaan
alternatif telah diidentifikasi? Apakah ada
keamanan bagi investor?

©v0 (


-------
Halaman ini sengaja dikosongkan.


-------
15

Bibliografi

133

Bibliografi

ABRELPE. 2020. Lixo Fora D'Agua. Brazilian Association of Public Cleansing and Waste Management Companies.
http://lixoforadaaua.com.br/. Diakses pada 1 Mei 2020.

ABRELPE. Tidak bertanggal. Santos: Setting the Scene of the Local Waste Management System. Brazilian Association
of Public Cleansing and Waste Management Companies, http://lixoforadaaua.com.br/wp-content/uploads/
RELATO%CC%81RIO%202-%20ENG%2QSantos.pdf. Diakses pada 19 Mei 2020.

ABRELPE dan CCAC. 2017. Handbook on Communication and Engagement for Solid Waste Management. Brazilian
Association of Public Cleansing and Waste Management Companies and Climate and Clean Air Coalition.
https://www.waste.ccacoalition.oro/document/communication-and-enoagement-solid-waste-manaoement-
handbook. Diakses pada 7 November 2019.

Abt Associates, SCS Engineers, U.S. EPA, dan CCAC. 2017. Landfill Gas Project Screening Tool. Versi 2. Juni. Abt Associates,
SCS Engineers, United States Environmental Protection Agency, and Climate and Clean Air Initiative. https://www.
waste.ccacoalition.ora/document/landfill-aas-proiect-screenina-tool-version-2. Diakses pada 7 November 2019.

ADB. 2010. Sustainable Urban Development in the People's Repulic of China: Municipal Solid Waste Treatment: Case Study
of Public-Private Partnerships (PPPs) in Wenzhou. Asian Development Bank, https://www.adb.org/sites/default/
files/publication/27864/urbandev-prc-nov2010-waste.pdf. Diakses pada 30 Januari 2020.

ADB. 2013. Materials Recovery Facility Toolkit. Asian Development Bank, https://www.adb.org/sites/default/files/
publication/30220/materials-recoverv-facilitv-tool-kit.pdf. Diakses pada 27 April 2020.

ADB dan Australian Government Aid Program. 2011. Toward Sustainable Municipal Organic Waste Management in South
Asia. A Guidebook for Policy Makers and Practitioners. Asian Development Bank and the Australian Government
Aid Program. Mandaluyong City, https://www.adb.org/publications/toward-sustainable-municipal-organic-waste-
management-south-asia. Diakses pada 7 November 2019.

Akenji, L. 2012. Applying EPR in Developing Countries. IGES Rio +20 Issue Brief Vol.3, https://iges.or.jp/en/publication doc-
uments/pub/issue/en/2561/rio issue brief vo!3 EPR mar2012.pdf. Diakses pada 30 Januari 2020.

Allen, C. 2012. La Pintana, Chile: Prioritizing the Recovery of Vegetable Waste. Case Study, Global Alliance for Incinerator
Alternatives. Global Alliance for Incinerator Alternatives. https://www.no-burn.org/wp-content/uploads/ZW-La-
Pintana.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

Aluminum Association. 2019. Aluminum Recycling. Economically & Environmentally Sustainable. The Aluminum

Association, https://aluminum.org/advocacv/top-issues/aluminum-recvcling. Diakses pada 7 November 2019.

Aparcana. 2017. Approaches to formalization of the informal waste sector into municipal solid waste management systems
in low- and middle-income countries: Review of barriers and success factors. Waste Management 61.10.1016/j.
wasman.2016.12.028.

Basel Convention. 2020. Plastic Waste Overview. http://www.basel.int/lmplementation/Plasticwastes/Overview/
tabid/6068/DefauItaspx. Diakses pada 1 Mei 2020.


-------
15

Bibliografi

134

BBC News. 2002. Bangladesh Bans Polythene. BBC News. 1 Januari. http://news.bbc.co.Uk/2/hi/south asia/1737593.stm.
Diakses pada 7 November 2019.

be'ah. 2017a. Electronic Services, https://beah.om/. Diakses pada 28 Oktober 2019.

be'ah. 2017b. Sustainabilitv. https://www.beah.om/Other/Sustainabilitv. Diakses pada 19 Mei 2020.

Brazilian NR. 2010. Law No. 12305 - Brazilian Policy on Solid Waste. Brasilia: Ministry of the Environment in Brazil. 2
Agustus. http://www.braziliannr.com/brazilian-environmental-leoislation/law-no-12305-brazilian-national-
policv-solid-waste/. Diakses pada 7 November 2019.

C40 Cities. 2016a. C40 Good Practice Guides: Dhaka - Composting Project. 15 Februari. https://www.c40.org/case
studies/c40-aood-practice-auides-dhaka-compostina-proiect. Diakses pada 7 November 2019.

C40 Cities. 2016b. Good Practice Guide: Sustainable Solid Waste Systems, http://c40-production-imaaes.s3.amazonaws.com/
good practice briefinas/imaaes/9 C40 GPG SSWS.oriainal.pdf? 1456789082. Diakses pada 7 November 2019.

C40 Cities. 2017. Explainer: How to Finance Urban Infrastructure? https://www.c40cff.org/knowledae-librarv/explainer-
how-to-finance-urban-infrastructure. Diakses pada 28 Januari 2020.

C40 Cities. 2018. Case Study: Electric Urban Cleaning Vehicles to Drive Down City's GHG Emissions, Save Costs, and

Improve Citizens'Health. 3 Desember. https://www.c40.com/case studies/electric-urban-cleaning-vehicles-to-
drive-down-citv-s-aha-emissions-save-costs-and-improve-citizens-health. Diakses pada 7 November 2019.

Cascadia Consulting Group. 2003. Guidelines for Waste Characterization Studies in the State of Washington. Wash-
ington State Department of Ecology. Publikasi No. 15-07-040.https://fortress.wa.oov/ecv/publications/docu-
ments/1507040.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

Cascadia Consulting Group. 2012. City of San Diego Waste Characterization Study: Study Design. 2 November. https://www.
waste.ccacoalition.org/document/waste-characterisation-studv-san-dieao. Diakses pada 7 November 2019.

Cascadia Consulting Group. 2018.2015-2016 Washington Statewide Waste Characterization Study. State of Washington
Department of Ecology. Publikasi 16-07-032. Diterbitkan 16 Oktober - Diperbarui Januari 2018. https://fortress.
wa.gov/ecv/publications/documents/1607032.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

CCAC. 2014. Closure and Rehabilitation of Open Dumps. Webinar, 13 November. Climate and Clean Air Coalition

Municipal Solid Waste Initiative, https://www.waste.ccacoalition.org/seminar/closure-and-rehabilitation-open-
dumps. Diakses pada 4 Februari 2020.

CCAC. 2015. Workplan for Addis Ababa. Climate and Clean Air Coalition, https://www.waste.ccacoalition.org/sites/default/
files/files/ccac workplan addis final 2-25-2015.pdf. Diakses pada 3 Februari 2020.

CCAC. 2018a. Anaerobic Digestion Project Screening Tool (AD_PST). Versi 1. Juli. Developed by Abt Associates for the
United States Environmental Protection Agency and Climate and Clean Air Coalition Municipal Solid Waste
Initiative, https://www.waste.ccacoalition.org/document/anaerobic-digester-proiect-screening-tool.

Diakses pada 7 November 2019.

CCAC. 2018b. Financing Readiness Questionnaire. Climate and Clean Air Coalition Municipal Solid Waste Initiative.
https://www.waste.ccacoalition.org/document/financing-readiness-auestionnaire. Diakses pada
7 November 2019.


-------
15

Bibliografi

135

CCAC. 2018c. Policy Report: High-Level Pre-Feasibility Study and Implementation Plan for an Organic Waste Treatment
Project in the Municipality of Quito. Climate and Clean Air Coalition, https://www.waste.ccacoalition.org/
document/hiah-level-pre-feasibilitv-studv-and-implementation-plan-oraanic-waste-treatment-proiect.

Diakses pada 19 Mei 2020.

CCAC. 2018d. Using Internal Revenue Streams and External Financing for Solid Waste Management Projects. Climate and
Clean Air Coalition Municipal Solid Waste Initiative, https://www.waste.ccacoalition.org/document/usina-internal-
revenue-streams-and-external-financina-solid-waste-manaaement-proiects. Diakses pada 7 November 2019.

CCAC. 2020. City MSW Rapid Assessment Data Collection Tool: ENGLISH. Climate and Clean Air Coalition Municipal Solid
Waste Initiative Platform, https://www.waste.ccacoalition.org/document/citv-msw-rapid-assessment-data-
collection-tool-enalish. Diakses pada 19 Mei 2020.

CCAC.Tidak bertanggal(a). Municipal Solid Waste Knowledge Platform. Cities. Climate and Clean Air Coalition Municipal
Solid Waste Initiative, https://www.waste.ccacoalition.org/participant. Diakses pada 28 Oktober 2019.

CCAC.Tidak bertanggal(b). Municipal Solid Waste Knowledge Platform. Tools. Climate and Clean Air Coalition Municipal
Solid Waste Initiative, https://www.waste.ccacoalition.org/tool. Diakses pada 28 Oktober 2019.

CCAC.Tidak bertanggal(c). Raising Awareness About Solid Waste Management, http://www.waste.ccacoalition.org/
file/1909/download?token=IE-unsJJ. Diakses pada 27 April 2020.

CCAC.Tidak bertanggal(d).The Manure Knowledge Kiosk. Climate and Clean Air Coalition, http://www.manurekiosk.org/.
Diakses pada 11 November 2019.

CCAC.Tidak bertanggal(e). Waste. Mitigating Short-Lived Climate Pollutants from the Municipal Solid Waste Sector.

Climate and Clean Air Coalition, https://www.ccacoalition.org/en/initiatives/waste. Diakses pada 22 Mei 2020.

CCAC dan ISWA. 2016a. Strategy for Organic Waste Diversion - Collection, Treatment, Recycling and Their Challenges

and Opportunities for the City of Sao Paulo, Brazil. Climate and Clean Air Coalition and International Solid Waste
Association, https://www.ccacoalition.org/en/resources/strategy-organic-waste-diversion-collection-treatment-
recvcling-and-their-challenges-and. Diakses pada 7 November 2019.

CCAC dan ISWA. 2016b. Technical Guidance on the Operation of Organic Waste ManagementTreatment Plants. Climate
and Clean Air Coalition and International Solid Waste Association, https://www.ccacoalition.org/en/resources/
technical-guidance-operation-organic-waste-treatment-plants. Diakses pada 7 November 2019.

CCAC dan U.S. EPA. 2018. Best Practices for Waste Characterisation. Webinar. Climate and Clean Air Coalition and United
States Environmental Protection Agency, Washington, DC. 28 Maret. https://www.ccacoalition.org/en/event/
webinar-best-practices-waste-characterisation-studies. Diakses pada 7 November 2019.

CEC. 2016. Environmentally Sound Management of Spent Lead-Acid Batteries in North America. Commission for

Environmental Cooperation. Januari. http://www3.cec.Org/islandora/en/item/11665-environmentallv-sound-
management-spent-lead-acid-batteries-in-north-america-en.pdf. Diakses pada 11 November 2019.

CECC. 2020. Situs web Center of Excellence for Circular Economy and Climate Change, https://centercecc.org/.

Diakses pada 19 Mei 2020.

CGF. 2018. Consumer Goods Forum's Waste Booklet, https://www.theconsumergoodsforum.com/wp-content/

uploads/2017/10/Environmental-Sustainabilitv-Food-Waste-Booklet-2018.pdf. Diakses pada 7 Februari 2020.




-------
15

Bibliografi

136

CGF. 2020. Food Waste: A Global Commitment to Halving Food Waste by 2025. Consumer Goods Forum. https://www.
theconsumeraoodsforum.com/initiatives/environmental-sustainabilitv/kev-proiects/food-solid-waste/.

Diakses pada 28 Januari 2020.

Chengappa, C. 2013. Organizing Informal Waste Pickers: A Case Study of Bengaluru, India. Perempuan dalam Pekerjaan
Informal: Globalizing and Organizing (WIEGO), Cambridge, MA. Maret. https://www.wieao.org/resources/
oraanizina-informal-waste-pickers-case-studv-benaaluru-india. Diakses pada 7 November 2019.

Ciudad Saludable.Tidak bertanggal. Situs web Ciudad Saludable. http://www.ciudadsaludable.org/. Diakses pada
3 Februari 2020.

Cointreau, S. 2004. Sanitary Landfill Design and Siting Criteria. Panduan diterbitkan pada Mei 1996 oleh Bank Dunia

sebagai Catatan Infrastruktur Perkotaan, diperbarui November 2004. http://documents.worldbank.org/curated/
en/461871468139209227/Sanitarv-landfill-design-and-siting-criteria. Diakses pada 7 November 2019.

Coursera. 2019. Municipal Solid Waste Management in Developing Countries. Online course, https://www.coursera.org/
learn/solid-waste-management. Diakses pada 28 Oktober 2019.

CPHEEO. 2016. Municipal Solid Waste Management Manual. Central Public Health and Environmental Engineering
Organisation. http://cpheeo.gov.in/upload/uploadfiles/files/Part2.pdf. Diakses pada 27 April 2020.

Dias, S.M. 2011. Overview of Legal Framework for Inclusion of Informal Recyclers in Brazil. Perempuan dalam Pekerjaan
Informal: Globalizing and Organizing. Mei. http://www.inclusivecities.org/wp-content/uploads/2012/07/Dias
WIEGO PB6.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

D-WASTE. 2020. Waste Atlas, http://www.atlas.d-waste.com/. Diakses pada 31 Januari 2020.

Eunomia.Tidak bertanggal. Plastics in the Marine Environment: Where Do They Come From? Where Do They Go? http://
www.eunomia.co.uk/wp-content/uploads/2016/05/Eunomia-Marine-Litter-MED.ipg. Diakses pada 22 Oktober 2019.

FAO. 2013. Toolkit: Reducing the Food Wastage Footprint. Food Wastage Footprint Project. Food and Agriculture

Organization of the United Nations. http://www.fao.Org/3/i3342e/i3342e.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

FAO. 2020. Food Loss Analysis Reports and Fact Sheets. Food and Agriculture Organization of the United Nations, http://
www.fao.org/food-loss-reduction/resources/faofoodlossanalvsisreports/en/. Diakses pada 31 Januari 2020.

Farvacque-Vitkovic, C. dan M. Kopanyi. 2014. Municipal Finances: A Handbookfor Local Governments. The World Bank,
Washington, DC. https://openknowledge.worldbank.Org/handle/10986/18725. Diakses pada 7 November 2019.

Flanagan, K., K. Robertson, dan C. Hanson. 2019. Reducing Food Loss and Waste: Setting a Global Action Agenda. World
Resources Institute and The Rockefeller Foundation, https://wrioro.s3.amazonaws.com/s3fs-public/reducino-
food-loss-waste-Qlobal-action-aoenda O.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

Gerdes, P. dan E. Gunsilius. 2010. The Waste Experts: Enabling Conditions for Informal Sector Integration in Solid

Waste Management. Lessons Learned from Brazil, Egypt and India. Deutsche Gesellschaft fur Internationale
Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Eschborn/Deutschland. https://www.giz.de/en/downloads/otz2010-waste-
experts-conditions-is-integration.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

GIZ. 2012. Economic Instruments in Solid Waste Management: Case Study - Maputo, Mozambique. Deutsche Gesellschaft
fur Internationale Zusammenarbeit. https://www.giz.de/en/downloads/oiz2012-en-economic-instruments-
mozambique.pdf. Diakses pada 28 Januari 2020.

Global Alliance of Waste Pickers. Tidak bertanggal. Global Alliance of Waste Pickers, https://globalrec.org/. Diakses pada
3 Februari 2020.


-------
15

Bibliografi

137

GMI. 2012. International Best Practices Guide for Landfill Gas Energy Projects. Global Methane Initiative, United States
Environmental Protection Agency, and International Solid Waste Association, https://www.alobalmethane.org/
documents/toolsres Ifg IBPGcomplete.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

GMI. 2020. Biogas SectorTools and Resources. Global Methane Initiative, https://www.alobalmethane.org/tools-
resources/resources filtered.aspx?s=bioaas. Diakses pada 31 Januari 2020.

GMI. Tidak bertanggal(a). Biogas. Featured Tools and Resources. Global Methane Initiative. https://www.globaImethane-
gro/too Is-resources/resources filtered.aspx?s=bioaas. Diakses pada 28 Oktober 2019.

GMI. Tidak bertanggal(b). Municipal Solid Waste. Plans and Actions. Global Methane Initiative. https://www.
globalmethane.org/sectors/technicalgroup.aspx?s=msw. Diakses pada 4 November 2019.

GMI. Tidak bertanggal(c). Naucalpan de Juarez, Mexico - Improving Waste Management Practices and Reducing Methane
Emissions. Global Methane Initiative, https://www.globalmethane.org/challenge/naucalpan.html. Diakses pada
4 November 2019.

GMI. Tidak bertanggal(d). Tools and Resources Archive. Global Methane Initiative, https://www.globalmethane.org/tools-
resources/archive/index.aspx. Diakses pada 28 Oktober 2019.

GMI. Tidak bertanggal(e). Tools and Resources. Featured Tools and Resources. Global Methane Initiative. https://www.
globalmethane.org/tools-resources/resources filtered.aspx. Diakses pada 19 Mei 2020.

Gomez-Brandon, M., M. Fernandez-Delgado Juarez, J. Dominguez, dan H. Insam. 2013. Animal manures: Recycling and
management technologies. In Biomass Now: Cultivation and Utilization, pp. 237272. https://www.intechopen.
com/books/biomass-now-cultivation-and-utilization/animal-manures-recvcling-and-management-technologies.
Diakses pada 4 Februari 2020.

Government of India. 2016. Solid Waste Management Rules 2016. Ministry of Environment, Forest, and Climate Change,
New Delhi, India. https://kspcb.gov.in/SWM-Rules-2016.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

Hasiru Dala. 2015. Situs web Hasiru Dala. https://hasirudala.in/krishna-2/. Diakses pada 7 November 2019.

Hinkel, M. dan S. Blume. 2018. The Role of Pre- and Co-Processing in Sustainable Waste Management. Presented at the
ISWA World Conference in Kuala Lumpur. Malaysia, https://www.iswa.org/media/publications/knowledge-
base/looin-and-registration/kb account//5206/?tx iswaknowledoebase filter%5Bcategories%5D=all&tx
iswaknowledoebase filter%5Bmaincategories%5D=0%2C1&tx iswaknowledoebase
searchbox%5Bsearchphrase%5D=co-processing&tx iswaknowledoebase list%5Bpage%5D=1 &tx
iswaknowledoebase list%5Bsorting%5D=crdate&cHash=0ae6b4bfdb0304b4e85ac8a4bbed012b. Diakses pada
28 Januari 2019.

Hinshaw, D. 2015. How Plastic Bags Are Clogging Accra, Exacerbating Deadly Floods. News Ghana. 23 Juni. https://www.
newsghana.com.gh/how-plastic-bags-are-clogging-accra-exacerbating-deadlv-floods/. Diakses pada
7 November 2019.

IAEA. 2008. Guidelines for Sustainable Manure Management in Asian Livestock Production Systems. Mei. International
Atomic Energy Agency. https://www-pub.iaea.org/MTCD/Publications/PDF/TE 1582 web.pdf. Diakses pada
11 November 2019.

IDB. 2016. Solid Waste Management in the Caribbean: Proceedings from the Caribbean Solid Waste

Conference. April. Inter-American Development Bank, https://pdfs.semanticscholar.org/7617/
f0c0a0cca771a39bb6510232d980953975a9.pdf. Diakses pada 28 Januari 2020.


-------
15

Bibliografi

138

IFC. 2013. Public-Private Partnership Stories. West Bank & Gaza: Solid Waste Management. International Finance

Corporation, Washington, DC. November, https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/e9b7ecl6a-c842-473a-b35b-
9365b99699a0/PPPStories WestBankGaza SolidWasteManaaement.pdf?MOD=AJPERES&CVID=IHIBKti.

Diakses pada 19 Mei 2020.

IGES. 2019. Challenges and an Implementation Framework for Sustainable Municipal Organic Waste Management Using
Biogas Technology in Emerging Asian Countries. Institute for Global Environmental Strategies, https://www.ioes.
or.ip/en/pub/challenaes-and-implementation-framework-sustainable-municipal-oraanic-waste-manaaement-
using. Diakses pada 1 Mei 2020.

IGES dan UNEP. 2017. Planning and Implementation of Integrated Solid Waste Management Strategies at the
Local LevehThe Case ofCebu City. Institute for Global Environmental Strategies and United Nations
Environmental Programme, https://www.iaes.or.jp/en/publication documents/pub/trainina/en/6039/
CCET+Cebu+Case+Studv PrintinaVer0718 2.pdf. Diakses pada 1 Mei 2020.

IGES dan UNEP. 2018. Participatory Waste Management Approach for Climate Change Mitigation: The Case of Battambang
City. Institute for Global Environmental Strategies and United Nations Environmental Programme. https://www.
waste.ccacoalition.org/document/case-studv-battambana-cambodia-ccet. Diakses pada 4 Februari 2020.

IGES dan UNEP. 2020. Strategies to Reduce Marine Plastic Pollution from Land-Based Sources in Low and Middle-Income
Countries. Institute for Global Environmental Strategies and United Nations Environmental Programme, https://
www.iges.or.ip/en/pub/strategies-reduce-marine-plastic-pollution-land-based-sources-low-and-middle-income-
countries. Diakses pada 1 Mei 2020.

ILO. 2019. A First Step Towards Improving Working Conditions of Waste Pickers in Senegal. International Labour
Organization. https://www.ilo.org/global/topics/cooperatives/news/WCMS 721510/lang-en/index.htm.

Diakses pada 3 Februari 2020.

ISO. 2020. Recycling. International Organization for Standardization. https://www.iso.Org/ics/13.030.50/x/. Diakses pada
27 April 2020.

ISWA. 2010. Landfill Operational Guidelines. Edisi ke-2. International Solid Waste Association Working Group on Landfill.
January. http://www.iswa.org/index.php?elD=tx iswaknowledoebase download&documentUid=1449.

Diakses pada 7 November 2019.

ISWA. 2011. International Guidelines for Landfill Evaluation. International Solid Waste Association Working
Group on Landfill. September. http://www.iswa.org/index.php?elD=tx iswaknowledoebase
download&documentUid=2136. Diakses pada 7 November 2019.

ISWA. 2013a. Food Waste as a Global Issue - from the Perspective of Municipal Solid Waste Management. Key Issue Paper.
Juli. International Solid Waste Association Working Group on the Biological Treatment of Waste. https://www.
iswa.org/index.php?elD=tx bee4mememberships download&fileUid=185. Diakses pada 7 November 2019.

ISWA. 2013b. ISWA Guidelines: Waste to Energy in Low and Middle Income Countries. Agustus. International Solid Waste
Association Working Group on Energy Recovery. http://www.iswa.org/index.php?elD=tx iswaknowledoebase
download&documentUid=3252. Diakses pada 7 November 2019.

ISWA. 2015. Wasted Health: The Tragic Case of Dumpsites. Juni. International Solid Waste Association Scientific and
Technical Committee Work Program 2014-2015. https://www.iswa.org/fileadmin/galleries/Task Forces/THE
TRAGIC CASE OF DUMPSITES.pdf Accessed April 29,2020.

ISWA. 2016. A Roadmap for Closing Waste Dumpsites: The World's Most Polluted Places. International Solid Waste
Association. https://www.iswa.org/fileadmin/galleries/About%20ISWA/ISWA Roadmap Report.pdf.

Diakses pada 7 November 2019.


-------
15

Bibliografi

139

ISWA. 2017a. Closing Dumpsites Knowledge Base. International Solid Waste Association, http://closinodumpsites.iswa.
org/get-support/knowledae-base/. Diakses pada 28 Oktober 2019.

ISWA. 2017b. Let's Close the World's Biggest Dumpsites! International Solid Waste Association. http://closinodumpsites.
iswa.org/. Diakses pada 28 Oktober 2019.

ISWA. 2017c. Primer for Cities for Accessing Financing for Municipal Solid Waste Projects. International Solid Waste

Association, https://www.waste.ccacoalition.org/document/primer-cities-accessing-financing-municipal-solid-
waste-proiects. Diakses pada 7 November 2019.

ISWA. 2019. Landfill Operational Guidelines. International Solid Waste Association, https://www.iswa.org/index.
php?elD=tx iswaknowledoebase download&documentUid=5237. Diakses pada 27 April 2020.

Jakobsen, L.G. 2012. Waste Characterization in Rural Areas in Developing Countries with a Case Study in Sundarban,

West Bengal, India. Juni. Bachelor Thesis, DTU Environment, http://www.innoaid.org/wp-content/
uploads/2014/09/Line-Geest-Jakobsen-s091672-Waste-Characterization-in-Rural-Areas-in-Developing-
Countries-with-a-Case-Studv-in-Sundarban-West-Bengal-lndia.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

JICA. 2012. Data Collection Survey on Solid Waste Management Sector in the Central American and Caribbean Region.
Japan International Cooperation Agency. http://open iicareport.iica.go.ip/pdf/12091898.pdf. Diakses pada
11 November 2019.

Johannessen, L.M. dan G. Boyer. 1999. Observations of Solid Waste Landfills in Developing

Countries: Africa, Asia, dan Latin America. World Bank Group. https://pdfs.semanticscholar.
org/55c1/847025be7a9162f87ee3df9e30fabeb5dc08.pdf. Diakses pada 11 November 2019.

Karthik, D. 2018. QR Code to TrackTrichy's Waste Collection. Time of India. 2 September. https://timesofindia.

indiatimes.com/citv/trichv/ar-code-to-track-trichvs-waste-collection/articleshow/65640238.cms. Diakses
pada 7 November 2019.

Kaza, S., L. Yao, P. Bhada-Tata, dan F.Van Woerden. 2018. What a Waste 2.0: A Global Snapshot of Solid Waste Management
to 2050. World Bank Group, Washington, DC. https://openknowledae.worldbank.org/handle/10986/30317.
Diakses pada 7 November 2019.

Kogler, T. 2007. Waste Collection: A Report. International Solid Waste Association, https://www.waste.ccacoalition.org/
document/waste-collection. Diakses pada 7 November 2019.

Kojima, M., A. Yoshida, dan S. Sasaki. 2009. Difficulties in applying extended producer responsibility policies in developing
countries: Case studies in e-waste recycling in China and Thailand. Journal of Material Cycles and Waste
Management 11:263-269.

Komakech, A., N. Banadda, J. Kinobe, L. Kasisira, C. Sundberg, G. Gebresenbet, dan B. Vinneras. 2014. Characterization of
municipal solid waste in Kampala, Uganda. Journal of the Air & Waste Management Association 64:340-348.
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10962247.2Q13.861373. Diakses pada 4 Februari 2020.

Malomo, G., A. Madugu, dan S. Bolu. 2013. Sustainable animal manure management strategies and practices. In

Agricultural Waste and Resides, pp. 119-137. https://www.intechopen.com/books/aoricultural-waste-and-
residues/sustainable-animal-manure-management-strategies-and-practices. Diakses pada 4 Februari 2020.

Matthews, E., C. Amann, S. Bringezu, M. Fischer-Kowalski, W. Huttler, R. Kleijn, Y. Moriguchi, C. Ottke, E. Rodenburg, D.

Rogich, H. Schandl, H. Schutz, E.Van derVoet, dan H.Weisz. 2000. The Weight of Nations: Material Outflows from
Industrial Economies. World Resources Institute, Washington, DC. http://pdf.wri.org/weight of nations.pdf.
Diakses pada 7 November 2019.


-------
15

Bibliografi

140

Munawar, E. dan J. Fellner. 2013. Guidelines for Design and Operation of Municipal Solid Waste Landfills in Tropical
Climates. Februari. International Solid Waste Association. http://www.iswa.ora/index.php?elD=tx
iswaknowledaebase download&documentUid=3159. Diakses pada 7 November 2019.

Mutz, D., D. Hengevoss, C. Hugi, dan T. Gross. 2017. Waste-to-Energy Options in Municipal Solid Waste Management.
A Guide for Decision Makers in Developing and Emerging Countries. Mei. Deutsche Gesellschaft fur
Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Eschborn. https://www.aiz.de/en/downloads/GIZ WasteToEnerav
Guidelines 2017.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

Njoku, N., J. Lamond, G. Everett, dan P. Manu. 2015. An Overview of Municipal Solid Waste Management in Developing
and Developed Economies: Analysis of Practices and Contributions to Urban Flooding in Sub-Saharan Africa.
Presented at the 12th International Post-Graduate Research Conference at Salford, UK. https://www.researchoate.
net/publication/279868600 An Overview of Municipal Solid Waste Management in Developing and
Developed Economies Analysis of Practices and Contributions to Urban Flooding in Sub-Saharan Africa.
Diakses pada 11 November 2019.

NOAA. 2019. Sources. National Oceanic and Atmospheric Administration Marine Debris Program, Office of Response and
Restoration. Direvisi pada 6 November 2019. https://marinedebris.noaa.gov/tvpes-and-sources/sources.

Diakses pada 7 November 2019.

Ocean Conservancy. 2019. Fighting for Trash Free Seas: Ending the Flow of Trash at the Source. https://oceanconservancv.
org/trash-free-seas/. Diakses pada 22 Oktober 2019.

Ocean Conservancy dan Trash Free Seas Alliance. 2019. Plastics Policy Playbook: Strategies for a Plastic-Free Ocean.

https://oceanconservancv.org/wp-content/uploads/2019/10/Plastics-Policv-Plavbook-10.17.19.pdf. Diakses pada
31 Januari 2020.

OECD LEED Programme. 2014. Chile's Pathway to Green Growth: Measuring Progress at Local Level. Organization for
Economic Co-operation and Development Local Economic and Employment Development Programme.
https://www.oecd.org/cfe/leed/Green growth Chile Final2014.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

O'Leary, P. dan P.Walsh. 1991. Example Sanitary Landfill Design Illustration. Reprinted from Waste Age correspondence
course articles. University of Wisconsin-Madison Solid and Hazardous Waste Education Center.

Pehlken, A. dan E. Essadiqi. 2005. ScrapTire Recycling in Canada. Agustus. CANMET Materials Technology Laboratory.

https://www.nrcan.gc.ca/sites/www.nrcan.gc.ca/files/mineralsmetals/pdf/mms-smm/busi-indu/rad-rad/pdf/scr-
tir-rec-peh-eng.pdf. Diakses pada 11 November 2019.

PETCO. 2020. Situs web PETCO. https://petco.co.za/. Diakses pada 28 Januari 2020.

PPP Knowledge Lab. 2019. What is a PPP: Defining "Public-Private Partnership."The World Bank Group.

https://pppknowledgelab.org/guide/sections/3-what-is-a-ppp-defining-public-private-partnership.

Diakses pada 7 November 2019.

Reciclo Organicos. 2020. Reciclo Organicos Program, https://www.reciclorganicos.com/. Diakses pada 1 Mei 2020.

Richards, E. dan D. Haynes. 2014. Solid waste management in Pacific Island countries and territories. In Municipal Solid

Waste Management in Asia and the Pacific Islands, edited by A. Pariatamby and M.Tanaka. Springer, Singapore, pp.
255-279. https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-981-4451-73-4 13. Diakses pada 11 November 2019.

Savage, G.M., L.F. Diaz, C.G. Golueke, dan C. Martone. 1998. Guidance for Landfilling Waste in Economically Developing
Countries. EPA-600/R-09-040. April. United States Environmental Protection Agency. https://nepis.epa.gov/Exe/
ZvPURL.cgi?Dockev=91017GP2.txt. Diakses pada 7 November 2019.


-------
15

Bibliografi

141

Shuster, K.A. 1974. A Five Stage Improvement Process for Solid Waste Collection Systems. United States Environmental

Protection Agency, Washington, DC. https://nepis.epa.gov/Exe/ZvPDF.cai/9100RVVR.PDF?Dockev=91 OORVVR.PDF.
Diakses pada 7 November 2019.

Skoll. 2006. Ciudad Saludable. Skoll Awardee Profile: Organization Overview. Skoll. http://skoll.org/oraanization/ciudad-
saludable/. Diakses pada 3 Februari 2020.

Tchobanoglous, G. dan F. Kreith. 2002. Handbook of Solid Waste Management. Edisi Kedua. McGraw-Hill, New York, https://
sanitarac.pro/wp-content/uploads/2017/07/Solid-Waste-Manaaement.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

TERI. 2020a. Composting and Anaerobic Digestion: Promising Technologies for Organic Waste Management. The Energy
and Resources Institute, https://www.teriin.org/sites/default/files/files/white-paper-compostina-anaerobic-
diaestion.pdf. Diakses pada 1 Mei 2020.

TERI. 2020b. Waste.The Energy and Resources Institute, https://www.teriin.org/waste. Diakses pada 1 Mei 2020.

UNEP. 2005a. Solid Waste Management. United Nations Environment Programme and CalRecovery Inc. https://www.eawao.
ch/fileadmin/Domainl/Abteilungen/sandec/E-Learning/Moocs/Solid Waste/W2/Solid waste management
UNEP 2005.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

UNEP. 2005b. Training Module: Closing an Open Dumpsiteand Shifting from Open Dumping to Controlled Dumping
and to Sanitary Land Filling. United Nations Environment Programme, https://wedocs.unep.org/bitstream/
handle/20.500.11822/8444/SPC Training Module 1.pdf?seauence=3&isAllowed=v. Diakses pada 7 November 2019.

UNEP. 2009a. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual; Volume 1: Waste Characterization
and Quantification with Projections for Future. United Nations Environment Programme, http://wedocs.unep.
org/bitstream/handle/20.500.11822/7502/ISWMPIan Vol1.pdf?seauence=3&isAllowed=v. Diakses pada 7
November 2019.

UNEP. 2009b. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual; Volume 2: Assessment of Current
Waste Management System and Gaps Therein. United Nations Environment Programme, https://wedocs.unep.
org/bitstream/handle/20.500.11822/7609/ISWMPIan Vol2.pdf?seauence=3&%3BisAllowed=. Diakses pada 7
November 2019.

UNEP. 2009c. Developing Integrated Solid Waste Management Plan,Training Manual; Volume 4: ISWM Plan. United Nations
Environment Programme. http://wedocs.unep.Org/bitstream/handle/20.500.11822/7770/ISWMPIan Vol4.
pdf?seauence=3&isAllowed=v. Diakses pada 7 November 2019.

UNEP. 2011. Technical Guidelines for the Environmentally Sound Management of Used and Waste Pneumatic Tyres. Oktober.
United Nations Environment Programme, https://www.etrma.org/wp-content/uploads/2019/09/2011-10-31
technical-Quidelines-on-esm-of-used-tvres adopted-at-copIO advance.pdf. Diakses pada 11 November 2019.

UNEP. 2013. Revised Guideline on Environmentally Sound Material Recovery and Recycling of End-of-Life Computing

Equipment. http://www.basel.int/Portals/4/download.aspx?d=UNEP-CHW.11-INF-13-Rev.1 .English.pdf. Diakses
pada 11 November 2019.

UNEP. 2015. Practical Sourcebook on Mercury Waste Storage and Disposal. United Nations Environment Programme.

November. https://wedocs.unep.org/bitstream/handle/20.500.11822/9839/-Practical Sourcebook on Mercury
Waste Storage and Disposal-2015Sourcebook Mercruv FINAL web.pdf.pdf?seauence=3&isAllowed=v.

Diakses pada 21 Mei 2020.

UNEP. 2018a. Disaster Waste Management Policy/Strategy Nepal. United Nations Environment Programme. November.

https://www.unenvironment.org/ietc/resources/policv-and-strategv/disaster-waste-management-policvstrategy-
nepal. Diakses pada 19 Mei 2020.


-------
15

Bibliografi

142

UNEP. 2018b. Single-Use Plastics: A Roadmapfor Sustainability. United Nations Environment Programme. https://wedocs.

unep.ora/bitstream/handle/20.500.11822/25496/sinaleUsePlastic sustainabilitv.pdf. Diakses pada 28 Januari 2020.

UNEP. 2018c. Waste Management Outlook for Latin American and the Caribbean. United Nations Environment
Programme, https://wedocs.ilnep.org/bitstream/handle/20.500.11822/26448/Residuos LAC
EN.pdf?seauence=2&isAllowed=v. Diakses pada 31 Januari 2020.

UNEP. 2019. Waste-to-Energy: Considerations for Informed Decision-Making. United Nations Environment Programme.
http://wedocs.unep.Org/bitstream/handle/20.500.11822/28413/WTEfull.pdf?seauence%E2%80%A6. Diakses
pada 7 November 2019.

UNEP.Tidak bertanggal(a). Global Partnership on Marine Litter. United Nations Environment Programme, https://

www.unenvironment.org/explore-topics/oceans-seas/what-we-do/addressing-land-based-pollution/global-
partnership-marine. Diakses pada 22 Oktober 2019.

UNEP.Tidak bertanggal(b). Lead Acid Batteries. United Nations Environment Programme. https://www.unenvironment.
org/sw/node/8126. Diakses pada 11 November 2019.

UNEP.Tidak bertanggal(c).The Caribbean Environment Programme and Cartagena Convention Secretariat. Protecting
our Caribbean Sea and Sustaining Our Future. United Nations Environment Programme. https://www.
unenvironment.org/cep/. Diakses pada 22 Oktober 2019.

UNEP.Tidak bertanggal(d). Training Manualforthe Preparation of Used Lead Acid Batteries National Management Plans.

Basel Convention Training Manual. United Nations Environment Programme, https://www.minzp.sk/files/oblasti/
odpadv-a-obalv/medzinarodne-dohovorv/publikacie-bazileiskeho-dohovoru/12-Lead-acid Batteries Training.
pdf. Diakses pada 11 November 2019.

UNEP dan ISWA. 2015. Global Waste Management Outlook. United Nations Environment Programme and International
Solid Waste Association. https://wedocs.unep.Org/bitstream/handle/20.500.11822/9672/-Global Waste
Management Outlook-2Q15Global Waste Management Outlook.pdf.pdf?seauence=3&isAllowed=. Diakses
pada 7 November 2019.

UN-Habitat. 2010. Collection of Municipal Solid Waste in Developing Countries, https://www.ccacoalition.org/en/
resources/collection-municipal-solid-waste-developing-countries. Diakses pada 7 November 2019.

UN-Habitat. 2011. Recycling and Disposal of Municipal Solid Waste in Low and Middle-Income Countries. Perspectives

for Municipal Managers and Environment Agencies. UN-Habitat, Kenya, http://mirror.unhabitat.org/downloads/
docs/Recvcling%20and%20disposal%20of%20solid%20waste%20in%20low%20and%20middle-income%20
countries.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

Unilever Indonesia.Tidak bertanggal. Environment Programme, https://www.unilever.co.id/en/about/unilever-indonesia-
foundation/environment-prooramme.html. Diakses pada 28 Oktober 2019.

University of Texas at Arlington. 2015. Mission. Organized Research Center of Excellence - Solid Waste Institute for
Sustainability. https://www.uta.edu/swis/index.html. Diakses pada 19 Mei 2020.

USAID. 2015. Sector Environmental Guidelines Healthcare Waste. United States Agency for International Development.

Pembaruan Parsial 2015. https://www.usaid.gov/environmental-procedures/sectoral-environmental-social-best-
practices/seo-healthcare-waste/pdf. Diakses pada 11 November 2019.

USAID. 2018. Sector Environmental Guideline: Solid Waste. United States Agency for International Development.
Full Technical Update December, https://www.usaid.gov/sites/default/files/documents/1860/
SectorEnvironmentalGuidelines SolidWaste 2018.pdf. Diakses pada 7 November 2019.


-------
15

Bibliografi

143

USAID. 2019a. Global Development Alliances. Diperbarui pada 12 April. United States Agency for International
Development, https://www.usaid.gov/ada. Diakses pada 7 November 2019.

USAID. 2019b. Reducing Mismanaged Plastic Waste through Healthier Waste Entrepreneurs. Juni. United States Agency for
International Development, https://www.usaid.gov/ada. Diakses pada 21 Mei 2019.

USAID. 2019c. Sector Environmental Guidelines: Healthcare Waste. Full Technical Update. United States Agency for

International Development. November. https://www.usaid.gov/sites/default/files/documents/1864/FINAL HCW
SEG 508 12.02.19.pdf. Diakses pada 21 Mei 2020.

USAID. Tidak bertanggal. Environmental Guidelines for the USAID Latin America and Caribbean Bureau. United States
Agency for International Development. https://usaidgems.org/sectorGuidelinesLAC.htm. Diakses pada 11
November 2019.

U.S. DOE. 2019. Waste-to-Energy from Municipal Solid Wastes. Agustus. United States Department of Energy. https://www.
energv.gov/sites/prod/files/2019/08/f66/BETO-Waste-to-Energv-Report-August-2019.pdf. Diakses pada 28
Januari 2020.

U.S. EPA. 1995. Decision-Maker's Guide to Solid Waste Management, Volume II. EPA530-R-95-023. Agustus. United

States Environmental Protection Agency, Washington, DC. https://nepis.epa.goV/Exe/ZvPDF.cgi/10000VWJ.
PDF?Dockev=10000VWJ.PDF. Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2002a. Solid Waste Management: A Local Challenge with Global Impacts. EPA530-F-02-026. Mei. United States En-
vironmental Protection Agency, Washington, DC. https://nepis.epa.gov/Exe/ZvPURL.cgi?Dockev=10000KWD.txt.
Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2002b. Waste Transfer Stations: A Manual for Decision-Making. EPA530-R-02-002. Juni. United States Environmental
Protection Agency, Washington, DC. https://www.epa.gov/landfills/waste-transfer-stations-manual-decision-
making. Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2009. Sustainable Materials Management:The Road Ahead. EPA530-R-09-009. Juni. United States Environmental
Protection Agency, Washington, DC. https://www.epa.gov/sites/production/files/2015-09/documents/vision2.pdf.
Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2010. Scrap Tires: Handbook on Recycling Applications and Management for the U.S. and Mexico.

EPA530-R-10-010. December. United States Environmental Protection Agency, Washington, DC. https://nepis.epa.
gov/Exe/ZvPDF.cgi/P100ACUU.PDF?Dockev=P100ACUU.PDF. Diakses pada 11 November 2019.

U.S. EPA. 2011. International Environmental Finance Tools. United States Environmental Protection Agency. https://nepis.
epa.gov/Exe/ZvPURL.cgi?Dockev=P100B9IY.TXT. Diakses pada 7 Februari 2020.

U.S. EPA. 2015. Best Management Practices for Optimizing Waste Collection Routes. Memorandum, 12 Februari, dari

Sandra Mazo-Nix dan Dana Murray, SCS Engineers, kepada Zaidoun EIQasem. Prepared for the Climate & Clean Air
Coalition's Waste Initiative, Amman, Jordan. United States Environmental Protection Agency. https://www.waste.
ccacoalition.org/document/best-management-practices-optimizing-waste-collection-routes. Diakses pada 7
November 2019.

U.S. EPA. 2016a. Environmental Factoids. United States Environmental Protection Agency, https://archive.epa.gov/epawaste/
conserve/smm/wastewise/web/html/factoid.html. Diakses pada 3 Februari 2020.

U.S. EPA. 2016b. Frequent Questions about Anaerobic Digestion. Terakhir diperbarui pada 3 Oktober 2016. United States
Environmental Protection Agency, https://www.epa.gov/anaerobic-digestion/freauent-auestions-about-
anaerobic-dioestion. Diakses pada 7 November 2019.


-------
15

Bibliografi

144

U.S. EPA. 2016c. OrganEcs - Cost Estimating Tool for Managing Source-Separated Organic Waste - Version 2.1. Prepared
for the Climate and Clean Air Coalition Municipal Solid Waste Initiative. United States Environmental Protection
Agency, https://www.waste.ccacoalition.oro/document/oroanecs-cost-estimatino-tool-manaoing-source-
separated-oraanic-waste-version-21. Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2016d. Wastes - Non-Hazardous Waste - Municipal Solid Waste. Terakhir Diperbarui pada 26 Maret 2016. United
States Environmental Protection Agency, https://archive.epa.gov/epawaste/nonhaz/municipal/web/html/basic.
html. Diakses pada 28 Januari 2020.

U.S. EPA. 2016e. Wastes - Resource Conservation - Common Wastes & Materials - Scrap Tires. Tire-Derived Fuel. Terakhir
diperbarui pada 22 Februari 2016. United States Environmental Protection Agency, https://archive.epa.gov/
epawaste/conserve/materials/tires/web/html/tdf.html. Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2017a. Ghazipur Landfill Rehabilitation Report. United States Environmental Protection Agency, Washington, DC.

https://www.ccacoalition.org/en/resources/ghazipur-landfill-rehabilitation-report. Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2017b. Improving Solid Waste Disposal in San Cristobal Municipality, Dominican Republic. United States
Environmental Protection Agency. https://response.epa.gov/sites/14055/files/CAFTA-DRSanCristobal
ENGLISH 2018-09-28.pdf. Diakses pada 31 Januari 2020.

U.S. EPA. 2017c. Managing and Transforming Waste Streams: ATool for Communities. U.S. Environmental Protection
Agency, https://www.epa.gov/transforming-waste-tool/managing-and-transforming-waste-streams-tool.
Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2017d. Public Participation Guide. United States Environmental Protection Agency, Washington, DC.

https://www.epa.gov/international-cooperation/public-participation-guide. Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2017e. Rio De Janeiro, Brazil: Mitigating Methane and Black Carbon from the Municipal Solid Waste Sector.

Case Study. Prepared for the Climate and Clean Air Coalition. United States Environmental Protection Agency.
https://www.waste.ccacoalition.org/document/case-studv-rio-de-ianeiro-brazil-ccac-waste-initiative.

Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2017f. Sustainable Materials Management: Non-Hazardous Materials and Waste Management Hierarchy.

Diperbarui pada 10 Agustus 2017. United States Environmental Protection Agency, https://www.epa.gov/smm/
sustainable-materials-management-non-hazardous-materials-and-waste-management-hierarchv. Diakses pada
7 November 2019.

U.S. EPA. 2018a. Basic Information about Anaerobic Digestion (AD). Diperbarui pada 5 September 2018. United States
Environmental Protection Agency, https://www.epa.gov/anaerobic-digestion/basic-information-about-
anaerobic-digestion-ad#HowADworks. Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2018b. Coalition Partners Assist Naucalpan, Mexico in Analyzing Waste Stream. Results to Inform Development
of New Biogas Project. United States Environmental Protection Agency Climate & Clean Air Coalition.
https://ccacoalition.org/en/news/coalition-partners-assist-naucalpan-mexico-analvzing-waste-stream.

Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2018c. Improving Solid Waste Disposal in San Cristobal Municipality, Dominican Republic. U.S. Environmental

Protection Agency. https://response.epa.gov/sites/14055/files/CAFTA-DRSanCristobal ENGLISH 2018-09-28.pdf.
Diakses pada 28 Januari 2020.

U.S. EPA. 2018d. Municipal Solid Waste Landfills. Diperbarui pada 13 September 2018. United States Environmental

Protection Agency, https://www.epa.gov/landfills/municipal-solid-waste-landfills. Diakses pada 7 November 2019.


-------
15

Bibliografi

145

U.S. EPA. 2018e. Sustainable Materials Management Options for Construction and Demolition Debris.

EPA/601/R-18/001. United States Environmental Protection Agency, Cincinnati, OH. November, https://
cfpub.epa.aov/si/si public record report.cfm?dirEntrvld=342507&Lab=NRMRL&subiect=Health%20
Research&showCriteria=0&searchAII=Waste%20Manaaement%20or%20Nitroaen%20Manaaement%20or%20
Contaminated%20Sites%20or%20Ground%20Water%20or%20Materials%20Manaae. Diakses pada
11 November 2019.

U.S. EPA. 2018f. Waste Characterization Best Practices Guidance. Draft. Prepared by Abt Associates and SCS Engineers for the
United States Environmental Protection Agency Climate & Clean Air Coalition's Municipal Solid Waste Initiative.

U.S. EPA. 2019a. Energy Recovery from the Combustion of Municipal Solid Waste (MSW). Diperbarui pada 22 Oktober

2019. United States Environmental Protection Agency, https://www.epa.oov/smm/enerov-recoverv-combustion-
municipal-solid-waste-msw. Diakses pada 7 November 2019.

U.S. EPA. 2019b. Household Hazardous Waste (HHW). Diperbarui pada 2 Mei 2019. United States Environmental Protection
Agency, https://www.epa.gov/hw/household-hazardous-waste-hhw. Diakses pada 11 November 2019.

U.S. EPA. 2019c. Landfill Gas Basics. United States Environmental Protection Agency, https://www.epa.gov/lmop/basic-
information-about-landfill-gas. Diakses pada 31 Januari 2020.

U.S. EPA. 2020a. Situs web Anaerobic Digestion (AD). United States Environmental Protection Agency, https://www.epa.
Qov/anaerobic-dioestion. Diakses pada 31 Januari 2020.

U.S. EPA. 2020b. Hazardous Waste Generators. Diperbarui pada 22 Mei 2020. United States Environmental Protection
Agency, https://www.epa.gov/hwgenerators. Diakses pada 16 Juni 2020.

U.S. EPA. 2020c. Managing Your Hazardous Waste: A Guide for Small Businesses. Diperbarui pada 18 Februari 2020. United
States Environmental Protection Agency, https://www.epa.gov/hwgenerators/managing-vour-hazardous-waste-
ouide-small-businesses. Diakses pada 16 Juni 2020.

WBA/C40.2018. Global Food Waste Management: An Implementation Guide for Cities. Full Report. World Biogas

Association and C40 Cities. http://www.worldbiogasassociation.org/wp-content/uploads/2018/05/Global-Food-
Waste-Management-Full-report-pdf.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

WEF. 2019. A New Circular Vision for Electronics. World Economic Forum. http://www3.weforum.org/docs/WEF A New
Circular Vision for Electronics.pdf. Diakses pada 3 Februari 2020.

WHO. 2014. Safe Management of Wastes from Health-Care Activities. World Health Organization, https://www.who.int/
water sanitation health/publications/wastemanag/en/. Diakses pada 11 November 2019.

WHO. 2017. Recycling Used Lead-Acid Batteries: Health Considerations. World Health Organization, https://www.who.int/
ipcs/publications/ulab/en/. Diakses pada 11 November 2019.

WIEGO. 2019. Annual Report. April 2018-Maret 2019. Perempuan dalam Pekerjaan Informal: Globalizing and Organizing
(WIEGO). Ma ret, https://www.wiego.org/wiego-a n n ua l-reports. Diakses pada 3 Februari 2020.

WIEGO. 2020. Perempuan dalam Pekerjaan Informal: Globalizing & Organizing, https://www.wiego.org/. Diakses pada
3 Februari 2020.

Wilson, D.C., C.A. Velis, dan L. Rodic. 2013. Integrated sustainable waste management in developing countries. Waste and
Resource Management 166 (WR2):52-68. https://www.icevirtuallibrarv.com/doi/pdf/10.1680/warm.12.000Q5.
Diakses pada 7 November 2019.


-------
15

Bibliografi

146

Wilson, D.C., A.O. Araba, K. Chinwah, dan C.R. Cheeseman. 2009. Building recycling rates through the informal sector.
Waste Management 29, no. 2 (29 Februari 2009):629-635.10.1016/j.wasman.2008.06.016.

World Bank. 2014. Results-Based Financing for Municipal Solid Waste. The World Bank, http://documents.worldbank.org/
curated/en/237191468330923040/pdf/918610v20WP0FM0BE0CATALQGED0BY0WED0.pdf. Diakses pada
28 Januari 2020.

World Bank. 2016. Sustainable Financing and Policy Models for Municipal Composting. The World Bank, Washington, DC.

https://www.waste.ccacoalition.org/document/sustainable-financina-and-policv-models-municipal-compostina.
Diakses pada 4 Februari 2020.

World Bank. 2019a. Municipal Solid Waste (MSW) PPPs. Public-Private-Partnership Legal Resource Center. The World Bank.
Diperbarui pada 11 Juli 2019. https://ppp.worldbank.ora/public-private-partnership/sector/solid-waste.

Diakses pada 7 November 2019.

World Bank. 2019b. What A Waste 2.0: A Global Snapshot of Solid Waste Management to 2050. Tackling Increasing Plastic
Waste. The World Bank, http://datatopics.worldbank.org/what-a-waste/tacklina increasing plastic waste.html.
Diakses pada 28 Oktober 2019.

World Bank Blog. 2019. Lessons from the West Bank's First PPP: Fragile State + Open Mind. 13 Maret. https://bloos.
worldbank.org/ppps/lessons-west-bank-s-first-ppp-fragile-state-open-mind. Diakses pada 19 Mei 2020.

Yagasa, R. dan P. Gamaralalage. 2019. Ecology Note - Towards a Clean and Beautiful Capital City. Institute for Global

Environmental Strategies, https://www.iges.or.ip/en/pub/ecologv-note-towards-clean-green-and-beautiful/en.
Diakses pada 27 April 2020.


-------
*1 Ringkasan Sumber Daya Utama

147

Lampiran A

Ringkasan Sumber Daya Utama

Sumber Daya

Organisasi

Tahun

Bagian-Bagian yang Relevan 1

A New Circular Vision for Electronics

World Economic
Forum

2019

Recvclina

A Road map forClosina Waste Dumosites:
The World's Most Polluted Places

International Solid
Waste Associations
(ISWA)

2016

Dumpsite Manaaement

Anaerobic Diaester (AD) Proiect Screenina Tool

United States
Environmental
Protection Agency
(U.S. EPA) and
Climate and Clean Air
Coalition (CCAC)

2018

Oraanic Waste Manaaement

BestManaaement Practices for Optimizina Waste
Collection Routes

U.S. EPA dan CCAC

2015

Separation, Collection, and
Transportation

Best Practices for Waste Characterization

U.S. EPA dan CCAC

2018

Characterization

Climate and Clean Air Coalition Municipal Solid
Waste Knowledae Platform

CCAC

Tidak ber-
tanggal

Oraanic Waste Manaaement:
Dumpsite Manaaement:
Sanitarv Landfills

Closina Dumosites Knowledae Base

ISWA

2017

Dumpsite Manaaement

Collection of Municipal Solid Waste in Developina
Countries

UN-Habitat

2011

Separation, Collection, and
Transportation

Consumer Goods Forum: Food Waste

The Consumer Goods
Forum

2020

Prevention and Minimization

Decision-Maker's Guide to Solid Waste
Manaaement, Volume II

U.S. EPA

1995

Stakeholder Enaaaement:
Plannina Svstems

Developina Intearated Solid Waste Manaaement
Plan, Trainina Manual: Volume 1: Waste
Characterization and Ouantification with
Projections for Future

United Nations
Environment
Programme (UNEP)

2009

Characterization

DeveloDina Intearated Solid Waste Manaaement
Plan, Volume 2: Assessment of Current Waste
Manaaement Svstem and Gods Therein

UNEP

2009

Plannina Svstems

Developina Intearated Solid Waste Manaaement
Plan, Trainina Manual: Volume 4: Intearated Solid
Waste Manaaement Plan

UNEP

2009

Plannina Svstems

Explainer: How to finance urban
infrastructure?

C40 Cities

2017

Economic Considerations

Fiahtina for Trash Free Seas: Endina the Flow of
Trash at the Source

Ocean Conservancy

2019

Marine Litter


-------
Ringkasan Sumber Daya Utama

148

Sumber Daya

Organisasi

Tahun

Bagian-Bagian yang Relevan

Financina Readiness Questionnaire

U.S. EPA dan CCAC

2018

Economic Considerations

Food Loss Analysis Reports and Fact Sheets

Food and Agriculture
Organization of the
United Nations

2020

Prevention and Minimization

Food Waste as a Global Issue - From the

ISWA

2013

Prevention and Minimization

Perspective of Municipal Solid Waste Manaaement







Global Alliance of Waste Pickers

Global Alliance of
Waste Pickers

Tidak ber-
tanggal

Informal Sector Recvclina

Global Waste Manaaement Outlook

UNEPdan ISWA

2015

Understandina the Need for Solid
Was te Manaaemen t

Global Development Alliances

United States Agency
for International
Development

2019a

Economic Considerations

Global Food Waste Manaaement: An

World Biogas

2018

Oraanic Waste Manaaement

Implementation Guide for Cities

Association dan C40
Cities





Global Methane Initiative: Bioaas Tools and

Global Methane

2020

Oraanic Waste Manaaement:

Resources

Initiative



Sanitarv Landfills

Global Partnership on Marine Litter

UNEP

Tidak ber-
tanggal

Marine Litter

Global Waste Manaaement Outlook

UNEP

2015

Plannina Svstems

Government of India Municipal Solid Waste
Manaaement Manual - Bab 4.5: Municipal

Central Public Health
and Environmental

2016

Sanitarv Landfills

Sanitarv Landfills

Engineering
Organisation





Handbook on Communication and Enaaaement

Brazilian Association

2017

Stakeholder Enaaaement

for Solid Waste Manaaement

of Public Cleansing
and Waste
Management
Companies dan CCAC





Improvina Solid Waste Disposal in San Cristobal

U.S. EPA

2018

Plannina Svstems: Dumpsite

Municipality, Dominican Republic





Manaaement: Sanitarv Landfills

In ternational Best Practices Guide for Landfill Gas

Global Methane

2012

Sanitarv Landfills

Enerav Proiects

Initiative





International Environmental Finance Tools

U.S. EPA

2011

Economic Considerations

International Guidelines for Landfill Evaluation

ISWA

2011

Sanitarv Landfills

ISWA Guidelines: Waste to Enerav in Low and

ISWA

2013

Enerav Recovery

Middle Income Countries







ISO Standards for Recvclina

International
Organization for
Standardization

2020

Recvclina

Landfill Operational Guidelines. Edisi ke-2

ISWA

2010

Sanitarv Landfills

Manaaina and Transformina Waste Streams: A

U.S. EPA

2017

Prevention and Minimization

Tool for Communities








-------
Ringkasan Sumber Daya Utama

149

Sumber Daya

Organisasi

Tahun

Bagian-Bagian yang Relevan

Materials Recovery Facility Toolkit

Asian Development
Bank

2013

Recvclina

Municipal Finances: A Handbook for Local
Governments

Farvacque-Vitkovic
dan Kopanyi

2014

Economic Considerations

MuniciDal Solid Waste (MSW) PPPs

Bank Dunia

2019

Economic Considerations

OraanEcs -Cost Estimatina Tool for Manaaina

U.S. EPA

2016

Oraanic Waste Manaaement

Source-Separated Oraanic Waste







Overview ofLeaal Framework for Inclusion of
Informal Recvclers in Brazil

Dias

2011

Recvclina

Plastics Policv Plavbook: Strateaies for a Plastic-
Free Ocean

Ocean Conservancy

2019

Prevention and Minimization:
Informal Sector Recvclina: Economic
Considerations

Primer for Cities forAccessina Financina for
Municipal Solid Waste Proiects

I SWA

2017

Economic Considerations

Public Participation Guide

U.S. EPA

2017

Stakeholder Enaaaement

Recvclina and Disposal of Municipal Solid Waste in
Low and Middle-Income Countries

UN-Habitat

2011

Recvclina

Reducina Food Loss and Waste: Settina a Global
Action Aaenda

Flanagan etal.

2019

Oraanic Waste Manaaement

Results-based Financina for Municipal Solid Waste

Bank Dunia

2014

Economic Considerations

Sanitarv Landfill Desian and Sitina Criteria

Cointreau

2004

Sanitarv Landfills

Sector Environmental Guideline Solid Waste

USAID

2018

Approaches: Sanitarv Landfills

Solid Waste Manaaement

UNEP

2005

Understanding the Need for Solid
Was te Manaaemen t

Sources: Marine Debris

National Oceanic
and Atmospheric
Administration

2019

Marine Litter

Sustainable Financina and Policv Models for
Municipal Compostina

Bank Dunia

2016

Economic Considerations: Oraanic
Was te Manaaemen t

Sustainable Materials Manaaement: Non-
Hazardous Materials and Waste Manaaement
Hierarchy

U.S. EPA

2017

Approaches

Sustainable Materials Manaaement: The Road
Ahead

U.S. EPA

2009

Understandina the Need for Solid
Was te Manaaemen t

Technical Guidance on the Operation of Oraanic
Was te Manaaemen t Treat men t Plan ts

CCAC dan ISWA

2016

Oraanic Waste Manaaement

The Waste Experts: Enablina Conditions for
Informal Sector Intearation in Solid Waste
Manaaement

Gerdes dan Gunsilius

2010

Informal Sector Recvclina

The Weight of Nations: Material Outflows from Matthews et al.	2000 Understanding the Need for Solid

Industrial Economies	Waste Manaaement


-------
Ringkasan Sumber Daya Utama

150

Sumber Daya

Organisasi

Tahun

Bagian-Bagian yang Relevan

Toolkit: Reducina the Food Wastaae Footprint

Food and Agriculture
Organization of the
United Nations

2013

Prevention and Minimization

Toward Sustainable Municipal Oraanic Waste
Manaaement in South Asia

Asian Development
Bank and the
Australian
Government Aid
Program

2011

Oraanic Waste Manaaement

Trainina Module: Closina an Ooen Dumpsite
andShiftina from ODen Dumpina to Controlled
Dumpina and to Sanitarv Land Fillina

UNEP

2005

Dumpsite Manaaement

Trainina: Municipal Solid Waste Manaaement in
Developina Countries

Coursera

2019

Dumpsite Manaaement

U.S. EPA Anaerobic Diaestion Web Site

U.S. EPA

2020

Oraanic Waste Manaaement

Usina Internal Revenue Streams and External
Financina for Solid Waste Manaaement Projects

U.S. EPA dan CCAC

2018

Economic Considerations

Waste Atlas (Database of Global Waste
Manaaement Sites)

D-WASTE

2020

Dumpsite Manaaement: Sanitarv
Landfills

Waste Collection: A Report

Kogler

2007

Separation. Collection, and
Transportation

Waste to Enerav: Considerations for Informed
Decision-Makina

UNEP

2019

Enerav Recoverv

WasteTransfer Stations: A Manual for Decision-
Makina

U.S. EPA

2002

Separation. Collection, and
Transportation

Waste-to-Enerav Options in Municipal Solid Waste
Manaaement: A Guide for Decision Makers in
Developina andEmeraina Countries

Mutz etal.

2017

Enerav Recoverv

Webinar: Closure and Rehabilitation of Open
Dumps

CCAC

2014

Dumpsite Manaaement

What A Waste 2.0: A Global Snapshot of Solid
Waste Manaaement to 2050

Kaza etal.

2018

Understandina the Need for Solid
Waste Manaaement: Recvclina

What a Waste 2.0: A Global Snapshot of Solid
Waste Manaaement to 2050. Tacklina Increasina
Plastic Waste

Bank Dunia

2019

Recvclina

Women in Informal Employment: Globalizina &
Oraanizina

Perempuan dalam
Pekerjaan Informal:
Globalizing &
Organizing

2020

Informal Sector Recvclina


-------
Sumber Daya Khusus Wilayah untuk Pengelolaan Sampah Padat

151

Lampiran B

Sumber Daya Khusus Wilayah untuk
Pengelolaan Sampah Padat

Asia Timur dan Pasifik

Observations of Solid Waste Landfills in Developing Countries: Africa, Asia and Latin America (Johannessen dan Boyer 1999)

Solid Waste Management in Pacific Island Countries and Territories (Richards dan Haynes 2014)

Challenges and an Implementation Framework for Sustainable Municipal Organic Waste Management Using Biogas
Technology in Emerging Asian Countries (IGES 2019)

An Overview of Municipal Solid Waste Management in Developing and Developed Economies: Analysis of Practices and
Contributions to Urban Flooding in Sub-Saharan Africa (Njoku et al. 2015)

Observations of Solid Waste Landfills in Developing Countries: Africa, Asia and Latin America (Johannessen dan Boyer 1999)


-------
c

Keterlibatan Publik/Alat Komunikasi

152

Lampiran C

Keterlibatan Publik/Alat Komunikasi

Alat untuk Menginformasikan Publik

Alat	Jumlah Peserta Paling Sesuai untuk	Secara

_	Virtual Cetak

Pribadi

Pertemuan publik	Kelompok besar Kota-kota kecil dan kota-

Pertemuan publikdiadakan untuk	kota di mana pemangku

melibatkan khalayak luas dalam	kepentingan bersedia

berbagi informasi dan diskusi.	menghadiri pertemuan.

Mereka dapatdigunakan untuk
meningkatkan kesadaran atau
sebagai titik awal untuk keterlibatan
dan keterlibatan publik lebih lanjut.

Pengarahan

Presentasi singkatyang diberikan
secara langsung kepada kelompok
lokal di pertemuan atau lokasi mereka
yang ada - seperti klub sosial dan
kemasyarakatan - untuk memberikan
gambaran umum atau pembaruan
tentang suatu proyek.

Umumnya	Menjangkau kelompok yang

dirancang untuk sudah mapan.
kelompok yang
lebih kecil

Kontaktelepon	Umumnya satu	Semua proyek, tetapi

Panggilan ke orang atau kelompok	orang pada satu	membutuhkan tenaga yang

orang tertentu yang tertarik pada	waktu	cukup untuk menjawab dan/

suatu masalah.	atau membalas panggilan.



Tidakterbatas,

Proyek dengan jumlah



Bahan tercetak

tetapi biaya

pemangku kepentingan



Bentuk populer termasuk lembar

pencetakan

yang dapat dikelola jika



kebenaran, selebaran, buletin, brosur,

dan pengiriman

pencetakan dan pengiriman

X

kartu pos, makalah masalah, dan

dapat menjadi

harus dilakukan. Mungkin



laporan ringkasan.

pertimbangan

tidak sesuai di mana literasi
menjadi masalah.



Situs web

Situs web di seluruh dunia memberikan
informasi proyek, pengumuman,
dokumen, dan peluang bagi masukan
atau diskusi kepada pemangku
kepentingan yang tertarik. Situs web
memungkinkan penggunaan berbagai
format media, termasuk video.

Takterbatas	Semua proyek dan audiens

yang aksesnya tersedia.
Masalah literasi dapat diatasi
dengan menggunakan suara
dan video.




-------
c

Keterlibatan Publik/Alat Komunikasi

153

Alat untuk Menginformasikan Publik

Alat

Jumlah Peserta

Paling Sesuai untuk

Virtual Cetak

Pribadi

Repositori informasi

Tempat untuk menyimpan informasi
proyek di lokasi publik yang terpusat
untuk memberikan kemudahan akses
bagi warga. Biasanya, informasi yang
disimpan dalam repositori adalah
untukdibaca dan ditinjau di tempat
dan tidak untuk dibawa ke luar lokasi.

Tidak terbatas,
tetapi dapat
dibatasi secara
geografis oleh
lokasi

Proyek yang dilokalkan di
mana akses ke lokasi fisik
dimungkinkan. Repositori
juga dapat dibuat secara
online.

X

Hotline informasi

Mereka memberikan informasi dalam
dua cara: (1) melalui akses telepon
langsung ke anggota staf tim proyek
yang dapat menjawab pertanyaan
atau memberikan informasi dan
bantuan tambahan, dan (2) melalui
nomor telepon yang memberikan
informasi proyek yang direkam
sebelumnya.

Takterbatas

Semua proyek dan audiens,
terutama yang memiliki
masalah akses internet.

X

Takterbatas

Takterbatas

Pers dan media

Rilis pers dan media bertujuan untuk
mendapatkan liputan yang seluas-
luasnya atas suatu isu atau proposal
lokal melalui publikasi atau penyiaran
informasi dalam rilis tersebut. Mereka
juga mungkin mencoba untuk
mendapatkan pertanyaan lebih lanjut
oleh publiktentang masalah ini.

Media sosial

Penjangkauan media sosial da pat
memberikan informasi proyek,
pengumuman, dokumen, dan peluang
bagi masukan atau diskusi kepada
pemangku kepentingan yang tertarik.
Media sosial, seperti Twitter, WhatsApp,
dan Facebook, memungkinkan
penggunaan berbagai format media,
termasuk video.

Alat untuk Menghasilkan dan Memperoleh Masukan Publik

Proyek-proyek yang lebih
besardengan kepentingan
luas; penggunaan pers dan
media harus menjadi bagian
dari strategi komunikasi
secara keseluruhan.

Proyek-proyek yang lebih
besardengan kepentingan
luas; penggunaan media
sosial harus menjadi bagian
dari strategi komunikasi
secara keseluruhan.

Wawancara

Wawancara dengan pemangku
kepentingan adalah percakapan satu
lawan satu tentang topikatau masalah
tertentu.Tujuan utama dari wawancara
ini adalah untuk mendapatkan
informasi yang relevan dengan proyek
serta mendapatkan reaksi dan saran
pemangku kepentingan.

Individu atau
kelompok kecil

Mempelajari tentang
perspektif individu mengenai
masalah.

00d@®@®9®G®9®©00


-------
Keterlibatan Publik/Alat Komunikasi

Alat untuk Menginformasikan Publik

Jumlah Peserta Paling Sesuai untuk

Secara
Pribadi

Virtual Cetak

Kelompokfokus

Sebuah diskusi kelompok kecil
dengan kepemimpinan profesional.
Kelompokfokus digunakan untuk
mencari tahu masalah apa yang
paling menjadi perhatian warga atau
kelompok ketika sedikit atau tidak ada
informasi yang tersedia.

Pertemuan/

dengar pendapat publik

Pertemuan/dengar pendapat publik
diadakan untuk melibatkan khalayak
luas dalam berbagi informasi dan
diskusi. Mereka dapat digunakan
untuk meningkatkan kesadaran atau
sebagai titik awal untuk keterlibatan
dan keterlibatan publik lebih lanjut.

Lokakarya umum

Lokakarya yang diadakan oleh
badan publik untuktujuan
menginformasikan publik dan
memperoleh masukan mereka
tentang pengembangan tindakan
pengaturan atau tindakan
pengendalian oleh badan tersebut.

Proses pertanyaan apresiatif

Proses yang difasilitasi untuk
menemukan praktik masa lalu dan
saat ini yang menginformasikan dan
menginspirasi peserta saat mereka
berusaha untuk bersama-sama
menciptakan dan menerapkan masa
depan yang ideal.

World Cafe

Proses pertemuan yang melibatkan
serangkaian percakapan simultan
seputar masalah atau topiktertentu.
World Cafe biasanya berlangsung
selama 2-3 jam dan terdiri dari banyak
diskusi yang melibatkan 3-5 orang
per meja. Setiap meja memiliki"host"
yang tetap berada di meja selama
acara berlangsung dan menjaga
diskusi tetap pada jalurnya.

Kelompok kecil
(15 atau kurang)

Kelompok besar

Be be ra pa
kelompok kecil
(8-15 di setiap
kelompok kecil)

Bervariasi,
tetapi biasanya
melibatkan
"keseluruhan
si stem"

Sangat mudah
beradaptasi,
melibatkan
be be ra pa
percakapan
simultan (4-8
orang di setiap
kelompok kecil)

Mengeksplorasi sikap dan
opini secara mendalam.

Menyajikan informasi kepada
dan menerima komentaratau
umpan balikdari publik.

Bertukar informasi dan/atau
pemecahan masalah dalam
kelompok kecil.

Membayangkan masa depan
bersama, bukan membuat
keputusan.

Membina diskusi terbuka
tentang suatu topikdan
mengidentifikasi kesamaan.


-------
Keterlibatan Publik/Alat Komunikasi

155

Alat untuk Menginformasikan Publik

Alat	Jumlah Peserta Paling Sesuai untuk	Secara

_	Virtual Cetak

Pribadi

Charrette	Kecil hingga	Menghasilkan rencana atau

Berbagai macam alat interaktif	sedang	alternatif yang komprehensif.

yang merangkul sumber media
yang ada dan muncul sebagai
forum guna memungkinkan publik
mengekspresikan pendapatdan
berusaha memengaruhi pengambilan
keputusan di wilayah mereka.

Demokrasi elektronik dapat dicapai
melalui teknologi yang lebih lawas,
seperti televisi dan radio; dan
teknologi yang lebih baru, seperti
internet, telepon seluler, dan sistem
pemungutan suara elektronik.

Demokrasi elektronik	Takterbatas

Berbagai macam alat interaktif
yang merangkul sumber media
yang ada dan muncul sebagai
forum guna memungkinkan publik
mengekspresikan pendapatdan
berusaha memengaruhi pengambilan
keputusan di wilayah mereka.

Demokrasi elektronik dapat dicapai
melalui teknologi yang lebih lawas,
seperti televisi dan radio; dan
teknologi yang lebih baru, seperti
internet, telepon seluler, dan sistem
pemungutan suara elektronik.

Alat untuk Membangun Konsensus dan Mencari Kesepakatan

Lokakarya musyawarah Kelompok besar

Jenis pertemuan publikyang

memungkinkan pemangku

kepentingan untuk terlibatdalam

menilai suatu masalah atau proposal,

dan bekerja sama untuk menemukan

titiktemu dan memberikan masukan

berdasarkan musyawarah.

Keputusan yang lebih kecil
dan tidakterlalu kontroversial
atau mengidentifikasi nilai-
nilai bersama.

X

Memungkinkan partisipasi
langsung dari masyarakat
yang tersebar secara geografis
sesuai kenyamanan mereka.


-------
Keterlibatan Publik/Alat Komunikasi

Alat untuk Menginformasikan Publik

Dewan penasihat

Sekelompok perwakilan pemangku
kepentingan dari daerah tertentu

Kelompok kecil Proses jangka panjangdan

(25 orang atau kompleks.

kurang)

yang ditunjuk untuk memberikan
komentar dan saran tentang proyek
atau masalah yang bertemu secara
teratur selama periode waktu
tertentu untuk mengembangkan
pengetahuan terperinci tentang
proyek dan masalah; dan berbagi
perspektif, ide, perhatian, dan minat
mereka yang relevan.

Juri residen	Terbatas,	Keputusan yang dapat

Sampel perwakilan penduduk	umumnya sekitar disusun menjadi pilihan yang

(biasanya dipilih secara acak atau	12 orang	jelas.

bertingkat) yang diberi pengarahan

secara terperinci tentang latar

belakang dan pemikiran terkini

terkaitdengan masalah atau proyek

tertentu. Masalah yang diminta

untukdipertimbangkan adalah

masalah yang berdampak di seluruh

wilayah dan yang memerlukan

proses pengambilan keputusan yang

representatif dan demokratis.


-------

-------